Kekurangan Vitamin D berkaitan dengan Keparahan COVID-19? Ini Buktinya

Menurut penelitian, vitamin D bisa meningkatkan sistem imun

Salah satu anjuran yang sering kita dengar untuk melawan COVID-19 adalah dengan berjemur di bawah sinar matahari. Ini dilakukan supaya kita mendapatkan vitamin D yang cukup agar sistem kekebalan tubuh meningkat dan menekan peradangan. Selain itu, kita bisa mendapatkan vitamin D dari makanan atau suplemen.

Tetapi, apakah benar kalau tingkat keparahan COVID-19 berkaitan dengan kurangnya vitamin D? Temuan penelitian ini akan menjawab rasa penasaranmu. Simak yuk!

1. Vitamin D bisa memodulasi respons inflamasi terhadap infeksi virus

Kekurangan Vitamin D berkaitan dengan Keparahan COVID-19? Ini Buktinyahollandandbarrett.com

Berdasarkan studi berjudul "Vitamin D and Inflammation: Potential Implications for Severity of Covid-19" yang diterbitkan di Irish Medical Journal, mengatakan bahwa vitamin D berperan penting dalam fungsi sel kekebalan tubuh. Khususnya, dalam memodulasi respons inflamasi terhadap infeksi virus.

Dari penelitian ini, ditemukan bahwa vitamin D mengurangi cedera paru yang diinduksi lipolysaccharide pada tikus. Selain itu, kadar vitamin D yang cukup akan memberi efek anti-inflamasi pada orang dewasa dan lanjut usia. Jika kita mendapatkan asupan vitamin D yang cukup, maka bisa mengurangi risiko pneumonia.

Di sisi lain, kekurangan vitamin D bisa meningkatkan risiko infeksi pernapasan atas yang disebabkan oleh virus dan berpotensi memperbesar risiko cedera paru-paru.

2. Kekurangan vitamin D dikaitkan dengan pengembangan kasus COVID-19 yang lebih parah

Kekurangan Vitamin D berkaitan dengan Keparahan COVID-19? Ini Buktinyahelsana.ch

Menurut peneliti dari Trinity College Dublin, Irlandia, dan University of Liverpool, Inggris, yang menerbitkan temuannya di British Medical Journal, menghasilkan kesimpulan bahwa kekurangan vitamin D berkaitan dengan pengembangan kasus COVID-19 yang lebih parah.

Para peneliti mengumpulkan data orang yang berusia 65 tahun ke atas, kepadatan populasi setiap negara, garis lintang ibu kota, dan tingkat polusi udara. Hasilnya, setiap satu persen peningkatan proporsi orang berusia 65 tahun ke atas, ada peningkatan angka kematian sebesar 13 persen.

Menariknya, ada peningkatan 5 persen tingkat kematian pada orang yang tinggal pada garis lintang utara di atas 28°. Orang yang tinggal di sini tidak terpapar ultraviolet B yang cukup. Ultraviolet B kerap ditemukan di sinar matahari dan fungsinya untuk mempertahankan kadar vitamin D.

3. Jika tak bisa mendapatkan vitamin D dari sinar matahari, konsumsilah suplemen secara teratur

Kekurangan Vitamin D berkaitan dengan Keparahan COVID-19? Ini Buktinyatoday.com

Menurut profesor Rose Anne Kenny, salah satu peneliti dari studi berjudul "COVID-19 Mortality Increases with Northerly Latitude after Adjustment for Age Suggesting a Link with Ultraviolet and Vitamin D", merekomendasikan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D pada orang yang lebih tua, kelompok berisiko tinggi, dan orang yang sering berada di dalam ruangan.

Seberapa banyak suplemen harian yang harus dikonsumsi? Peneliti menganjurkan untuk mengonsumsi suplemen vitamin D sebanyak 800-1000 IU atau 20-25 mikrogram setiap hari. Tujuannya untuk mencukupi kadar vitamin D dalam darah, terlebih pada orang yang menghabiskan banyak waktu di dalam ruangan serta orang yang berkulit lebih gelap.

Tetapi, vitamin D adalah privilege bagi orang yang tinggal di negara yang disinari matahari sepanjang tahun seperti Indonesia, sebab kita bisa mendapatkannya dengan mudah. Kita juga bisa mendapatkan vitamin D dari ikan berminyak, saran profesor Jonathan Rhodes, rekan peneliti lain dalam studi tersebut.

Baca Juga: Meningkatkan Imun Tubuh dengan Vitamin A, Tangkis Virus dan Bakteri

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya