Kemanjuran Vaksin Pfizer yang Sesungguhnya, Hanya 19 Persen?

Data mentah dibutuhkan untuk ditinjau sejawat

Baru-baru ini, Peter Doshi, asisten profesor penelitian layanan kesehatan farmasi di University of Maryland School of Pharmacy, Amerika Serikat (AS), mempertanyakan tingkat kemanjuran vaksin Pfizer. Opininya tertuang dalam artikel yang dirilis di platform blog di bawah jurnal farmasi Inggris, The BMJ, pada Senin (4/1/2021).

Selama ini, vaksin Pfizer diklaim memiliki efektivitas di atas 90 persen. Dengan datanya, Doshi mengatakan bahwa kemanjuran vaksin Pfizer mungkin turun menjadi 19-29 persen jika faktor-faktor tertentu disertakan.

Alhasil, pendapat Doshi menjadi perbincangan hangat di antara ahli vaksin. Banyak ahli setuju bahwa Pfizer harus menyediakan lebih banyak data mentah untuk tinjauan sejawat. Mengapa demikian?

1. Jika kasus yang dicurigai dimasukkan, tingkat kemanjuran vaksin Pfizer akan berkurang drastis

Kemanjuran Vaksin Pfizer yang Sesungguhnya, Hanya 19 Persen?Ilustrasi vaksin atau jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Melansir dari Global Times, Pfizer mengungkapkan bahwa mereka menemukan 170 kasus yang dikonfirmasi COVID-19 selama uji klinis fase III dengan total 3.410 kasus yang dicurigai. Sebanyak 170 kasus yang dikonfirmasi terdiri dari 8 kasus di kelompok vaksin dan 162 kasus di kelompok plasebo.

Sementara, dari 3.410 kasus yang dicurigai (tapi belum dikonfirmasi COVID-19), terdiri dari 1.594 kasus pada kelompok vaksin dan 1.816 pada kelompok plasebo. Menurut Doshi, jika semua kasus yang dicurigai dimasukkan sebagai kasus yang dikonfirmasi, kemanjuran vaksin Pfizer akan berkurang drastis menjadi 19 persen.

Bahkan, jika menghilangkan kasus yang terjadi dalam 7 hari setelah vaksin (yang sebagian besar akibat reaktogenisitas vaksin dalam jangka pendek), kemanjuran vaksin tetap rendah, yakni 29 persen. Angka ini tetap jauh di bawah ambang efektivitas 50 persen yang ditetapkan.

2. Lebih banyak data dibutuhkan untuk menganalisis detail

Kemanjuran Vaksin Pfizer yang Sesungguhnya, Hanya 19 Persen?amp.dw.com

Alasan lain dibutuhkan lebih banyak data adalah untuk menganalisis detail yang tidak dapat dijelaskan yang ditemukan dalam tabel tinjauan Badan Pengawas Obat dan Makanan AS (FDA) terhadap vaksin Pfizer. Salah satunya data terkait 371 orang yang dikeluarkan dari analisis kemanjuran karena penyimpangan protokol pada atau sebelum 7 hari setelah mendapatkan dosis kedua.

Hal lain yang dikritisi adalah ketidakseimbangan jumlah individu pada kelompok tersebut, yaitu 311 orang dari kelompok vaksin dan 60 orang dari kelompok plasebo. Bila dibandingkan dengan uji coba vaksin Moderna, hanya ada 36 peserta yang dikeluarkan dari analisis kemanjuran, yang terdiri dari 12 orang dari kelompok vaksin dan 24 orang dari kelompok plasebo.

3. Beberapa pakar meragukan metode penghitungan Doshi

Kemanjuran Vaksin Pfizer yang Sesungguhnya, Hanya 19 Persen?Ilustrasi Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Komentar Doshi memicu kontroversi di platform media sosial di Tiongkok. Beberapa pakar meragukan keefektifan metode penghitungan Doshi karena ia membawa semua peserta yang bergejala untuk dikonfirmasi sebagai kasus COVID-19, bahkan jika hasil tesnya negatif.

"Tes ini memiliki sensitivitas yang sangat tinggi, (mencapai) 98,6 persen pada tahun lalu. Akan tetapi, sensitivitasnya hanya dapat mencapai 5 persen dengan metode penghitungan Doshi," ujar Zhuang Shilihe, dokter vaksin asal Guangzhou mengungkapkan kepada Global Times.

Di sisi lain, seorang ahli vaksin asal Beijing yang tidak ingin disebutkan namanya, mengungkapkan ketidakpercayaannya terhadap kemanjuran vaksin Pfizer. Baik Zhuang maupun ahli vaksin asal Beijing tersebut setuju bahwa Pfizer harus mengungkapkan data mentah untuk tinjauan sejawat, agar vaksin dapat dianalisis lebih baik.

Baca Juga: Efikasi Vaksin Sinovac 65,3 Persen, Guru Besar UGM Beri Penjelasan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya