Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinya

Apa chloroquine telah diuji klinis sebagai obat COVID-19?

Kamis lalu (19/3), Presiden Amerika Serikat, Donald Trump membuat pernyataan ke publik kalau chloroquine sudah disetujui oleh Food and Drug Administration (FDA) dan sangat ampuh mengatasi COVID-19, yang disebabkan oleh virus corona. Ini adalah obat yang sama yang dipesan oleh pemerintah Republik Indonesia untuk melawan COVID-19.

Padahal, FDA sendiri sudah membantah pernyataan Trump. FDA menyebut bahwa chloroquine dan obat lainnya belum disetujui oleh lembaganya sebagai obat untuk COVID-19. Mengapa demikian?

1. Sebenarnya chloroquine sudah disetujui oleh FDA, tapi untuk pengobatan malaria

Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinyatechcrunch.com

Penggunaan obat chloroquine telah disetujui oleh FDA, tetapi untuk pengobatan malaria. Hal ini ditegaskan ulang oleh FDA di laman resminya. FDA menyebut kalau chloroquine sudah disetujui untuk pengobatan malaria, lupus dan rheumatoid arthritis.

Karena chloroquine sudah disetujui untuk penggunaan lain, secara hukum dokter diizinkan meresepkannya untuk pengobatan virus corona. Namun, keamanan dan efektivitasnya belum terbukti dalam mengobati COVID-19. Kini, penelitian sedang dilakukan untuk melihat kemanjuran dan efektivitas chloroquine.

2. Menurut ahli, chloroquine belum melalui uji klinis untuk pengobatan COVID-19

Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinyapixabay.com

Menurut direktur National Institute of Allergy and Infectious Diseases, Dr. Anthony Fauci, obat chloroquine belum melalui uji klinis untuk mengobati COVID-19. Dr. Anthony Fauci menyebut bahwa Presiden Donald Trump harus berhati-hati dalam membuat pernyataan, tegasnya di laman Tech Crunch.

Sebelum chloroquine disetujui sebagai obat untuk COVID-19, harus melewati uji klinis yang canggih dan membutuhkan studi banding (peer review). Studi lanjut ini perlu dilakukan demi kesehatan dan keselamatan pasien, tidak asal diberikan begitu saja.

3. Efektivitas dan keamanannya pun belum terbukti

Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinyatechcrunch.com

Senada dengan Dr. Anthony Fauci, komisaris FDA, Dr. Stephen Hahn, menyebut bahwa chloroquine belum terbukti keamanan dan keefektifannya dalam mengobati COVID-19, tegasnya di laman resmi Food and Drug Administration. 

"Kita harus memastikan produk ini efektif. Jika tidak, kita berisiko merawat pasien dengan produk yang tidak berfungsi (dengan baik). Padahal, mereka bisa mengejar perawatan lain yang lebih tepat," jelas Dr. Stephen Hahn.

Baca Juga: Plus Minus Avigan, Obat yang Dipesan Pemerintah untuk Atasi COVID-19

4. Chloroquine sendiri memiliki berbagai efek samping

Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinyaratuobral.com

Sebagaimana obat lain, chloroquine juga memiliki efek samping. Apabila dikonsumsi dengan dosis tepat dalam jangka panjang, akan menimbulkan perubahan tekanan lambung atau bahkan kerusakan permanen pada penglihatan seseorang, seperti yang dilansir dari laman Tech Crunch.

Melansir mayoclinic.org, obat ini dapat menyebabkan masalah jantung, perubahan irama jantung dan mempengaruhi pernapasan kamu. Jika kamu punya masalah terkait jantung atau paru-paru sebelumnya, kamu harus konsultasi ke dokter sebelum meminumnya. Jika tidak, akibatnya bisa fatal.

Periksakan ke dokter segera jika kamu mengalami nyeri dada atau sesak napas, penurunan jumlah urine yang signifikan, urat leher melebar, kelelahan ekstrem, pembengkakan pada wajah, jari-jari kaki, atau kaki bagian bawah, pernapasan bermasalah, atau kenaikan berat badan. Karena itu semua bisa jadi efek samping yang perlu ditindaklanjuti dari konsumsi chloroquine.

Beberapa kasus juga mencatat efek merasa pusing atau pingsan, atau pasien mungkin akan mengalami detak jantung yang cepat, berdebar, atau tidak rata. Jadi, penting untuk tidak meminum obat ini sembarangan apalagi membelinya secara pribadi.

Bahkan, chloroquine bisa mengakibatkan kematian jika diambil dalam dosis yang tidak tepat. Para tenaga medis mengingatkan bahwa obat ini semestinya hanya bisa didapatkan dengan resep dokter. Oleh karena itu, penelitian lanjutan harus dilakukan untuk melihat apakah chloroquine bisa mengurangi durasi gejala, pelepasan virus dan membantu mencegah penyebaran penyakit.

5. Menurut penelitian, chloroquine memiliki efek jangka panjang

Kontroversi Chloroquine untuk Obat COVID-19 dan Dampak Konsumsinyartlnieuws.nl

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh H. Weniger dan dipublikasikan di laman World Health Organization, chloroquine memiliki efek jangka panjang yang bisa merusak penglihatan, yaitu keratopati dan retinopati. Jika seseorang mengonsumsi chloroquine dengan dosis tinggi dalam jangka panjang, ada kemungkinan 10-50 persen terkena keratopati.

Melansir msdmanuals.com, keratopati bulosa adalah kelainan mata yang berupa pembengkakan kornea (lapisan bening di depan iris dan pupil). Sementara retinopati adalah kondisi di mana suatu penyakit menyebabkan kerusakan pada retina mata.

Retinopati lebih jarang terjadi tapi memiliki efek yang lebih serius. Sebab, retinopati bisa memicu kerusakan organ mata dan menyebabkan kebutaan. Retinopati akan terjadi jika seseorang mengonsumsi chloroquine dengan dosis sedang hingga tinggi dalam kurun waktu yang lama.

Pastikan kamu konsultasi ke dokter dulu ya, sebelum berusaha untuk mendapatkan obat ini. Sayangi tubuhmu dan kesehatanmu dengan mencari tahu info yang selengkap-lengkapnya mengenai apa yang kamu konsumsi.

Baca Juga: Pemerintah Siapkan untuk Atasi COVID-19, Ini Plus Minus Chloroquine

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Jumawan Syahrudin

Berita Terkini Lainnya