Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta Jawabannya

Tuntaskan rasa penasaranmu di sini!

Pekan lalu, tepatnya Rabu (13/1/2021), vaksinasi COVID-19 perdana dilakukan di Kompleks Istana Negara. Selain Presiden Joko "Jokowi" Widodo, sejumlah pejabat dan perwakilan masyarakat juga memperoleh kloter pertama vaksin CoronaVac buatan Sinovac.

Vaksin menawarkan secercah harapan di tengah kasus harian yang belum menunjukkan penurunan dengan ratusan kematian setiap harinya. Berbagai pertanyaan tentang vaksin pun tercetus di benak banyak orang. Inilah yang paling sering diajukan beserta jawabannya!

1. Apakah vaksin mencegah kita menyebarkan virus ke orang lain yang belum divaksinasi?

Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta Jawabannyapexels.com/August de Richelieu

William Moss, direktur eksekutif International Vaccine Access Center di Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health, Amerika Serikat (AS), mengatakan masih menunggu hasil dari studi formal yang sedang berlangsung. Studi ini menentukan apakah orang yang divaksinasi bisa menyebarkan COVID-19 pada mereka yang tidak divaksinasi.

"Apa yang dapat kami katakan adalah bahwa sangat mungkin (vaksin) mengurangi risiko penularan. Apakah itu mencegahnya sepenuhnya? Itu yang harus kita lihat," tegasnya di laman The Huffington Post.

Lebih lanjut, ia mengatakan bahwa vaksin bisa mengurangi keparahan penyakit dan mencegah penyakit. Sehingga, sangat mungkin vaksin mencegah peningkatan jumlah virus dalam diri seseorang dan berdampak pada penularan.

Meski vaksin bisa mengurangi risiko penularan, ia tidak memiliki data untuk membuktikan bahwa vaksin benar-benar mencegah individu yang divaksinasi untuk menularkan virus. Ia sangat menyarankan untuk tetap mengikuti protokol kesehatan (memakai masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak), bahkan setelah divaksinasi, untuk memastikan kita tidak menyebarkan virus ke orang lain tanpa disadari.

2. Berapa lama kekebalan bertahan setelah kita mendapatkan vaksin?

Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta Jawabannyapixabay.com/fernando zhiminaicela

Tidak diketahui secara pasti berapa lama imunitas bertahan setelah vaksinasi. Menurut Rachel Graham, asisten profesor epidemiologi di Gillings School of Global Public Health di University of North Carolina, AS, orang-orang yang divaksinasi di tahap awal uji coba masih menunjukkan tanda-tanda penawar kekebalan.

Ia menambahkan bahwa kita akan mengetahui lebih banyak tentang kekebalan dan bagaimana itu memengaruhi penyebaran COVID-19 setelah fase lebih lanjut diluncurkan.

"Mudah-mudahan kita mendapatkan sesuatu yang menunjukkan bahwa kekebalan bertahan minimal setahun sehingga vaksinasi ini bisa menjadi bagian dari program vaksinasi tahunan anda," ungkapnya.

Menurut data dari New England Journal of Medicine yang dikutip dari laman Boston Herald, vaksin Pfizer menunjukkan perlindungan awal 12 hari setelah dosis pertama dan 7 hari setelah dosis kedua. Sementara, penelitian lain menunjukkan bahwa tingkat antibodi tinggi pada peserta uji coba vaksin Moderna ada pada tiga bulan setelah dosis kedua.

3. Apakah orang yang pernah terjangkit COVID-19 tetap harus divaksinasi?

Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta JawabannyaIlustrasi Penyuntikan Vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Sandra Albrecht, asisten profesor epidemiologi di Mailman School of Public Health di Columbia University, AS, mengingatkan bahwa setiap orang mengembangkan tingkat kekebalan yang berbeda setelah infeksi alami. Ada yang tidak memiliki antibodi, ada yang memiliki tingkat antibodi rendah, dan ada yang memiliki tingkat antibodi tinggi.

Namun, tidak ada cara untuk memprediksi siapa yang kebal setelah terinfeksi, sehingga, Moss menyarankan untuk tetap memvaksinasi orang yang pernah terjangkit COVID-19 demi memastikan mereka benar-benar terlindungi.

4. Apakah orang yang khawatir dengan reaksi alergi tetap mendapatkan vaksinasi?

Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta Jawabannyabvallergy.com

Graham menyebut bahwa reaksi alergi yang parah akibat suntikan sangat jarang terjadi. Namun, mengingat ini vaksin baru, tenaga medis akan mengawasi penerima vaksin jika dikhawatirkan timbul masalah. Ia menambahkan bahwa satu-satunya alergen yang berpotensi bermasalah bagi sebagian orang adalah polietilen glikol.

Sementara itu, Albrecht mengatakan bahwa persentase reaksi parah sangat kecil. Sejauh ini, hanya ada sekitar 11 kasus reaksi parah per 1 juta dosis vaksin yang telah diberikan.

"Reaksi alergi, secara umum, dapat diobati pada saat itu. Itulah salah satu alasan mengapa individu didorong untuk tetap di lokasi setelah vaksinasi," jelasnya.

Baca Juga: Daftar Komorbid yang Layak dan Belum Layak Divaksinasi COVID-19

5. Apa efek samping vaksin yang mungkin terjadi?

Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta Jawabannyaestrellaent.com

Efek samping vaksin COVID-19 berbeda pada setiap orang, tetapi yang paling umum adalah nyeri di tempat suntikan, demam, dan sakit kepala. Ada yang melaporkan nyeri otot dan kelelahan beberapa hari setelah disuntik, ada pula yang tidak mengalami efek samping sama sekali.

Yvonne Maldonado, ahli epidemiologi penyakit menular anak dari Stanford University, AS, mengatakan bahwa efek samping bukanlah alasan untuk khawatir. Ini justru adalah respons imun yang diharapkan terhadap vaksin.

Secara umum, efek samping lebih mungkin terjadi setelah vaksin dosis kedua. Karena sifatnya ringan, efek samping ini bisa diobati dengan obat yang dijual bebas dan dipadukan dengan beristirahat di rumah.

6. Apakah vaksin aman untuk orang dengan gangguan kekebalan dan perempuan hamil?

Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta JawabannyaIlustrasi ibu hamil. IDN Times/Arief Rahmat

American College of Obstetricians and Gynecologists menyatakan bahwa vaksin COVID-19 tidak boleh ditahan dari perempuan yang sedang hamil. Albrecht mengatakan bahwa ia belum melihat kejadian buruk dari kelompok ini, ucapnya di laman The Huffington Post.

Meski tidak banyak data yang tersedia saat ini, para ahli tidak menganggap risiko vaksin lebih besar dari manfaatnya. Sementara, bagi individu dengan gangguan kekebalan, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit AS (CDC) merekomendasikan agar mereka mendapatkan vaksin COVID-19.

Walau demikian, penting untuk diingat bahwa perempuan hamil dan individu dengan gangguan kekebalan berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 yang parah, sehingga harus didiskusikan lebih dulu dengan dokter jika hendak divaksinasi.

7. Apakah vaksin bisa melindungi dari mutasi COVID-19 yang baru?

Pertanyaan tentang Vaksin COVID-19 Paling Umum beserta Jawabannyacanr.msu.edu

Dalam beberapa waktu terakhir, varian virus corona yang baru dan lebih menular terus bermunculan. Varian yang lebih menular pertama kali diidentifikasi di Inggris dan Afrika Selatan, kini menyebar ke negara-negara lain.

Melansir The Huffington Post, diketahui bahwa vaksin Pfizer efektif dalam melindungi dari varian virus corona baru, sementara vaksin Moderna masih dipelajari. Menurut Albrecht, studi menunjukkan bahwa vaksin Pfizer efektif dalam melindungi dari dua varian baru.

Ia menambahkan, para ahli menunggu data dari vaksin Moderna (yang kini masih dalam proses pengolahan) untuk melihat apakah efektif juga. Belum diketahui apakah vaksin Sinovac bisa melindungi dari varian virus corona baru atau tidak.

Baca Juga: Efikasi Vaksin Sinovac 65,3 Persen, Guru Besar UGM Beri Penjelasan

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya