Polusi Udara Menyebabkan 7 Juta Kematian Setiap Tahun

Sebagian besar karena masalah paru

Di kota-kota besar, pemandangan seperti foto di atas bukanlah hal yang asing. Itu adalah polusi udara, yang terlihat seperti kabut. Tidak hanya mengurangi jarak pandang, tetapi juga buruk bagi kesehatan.

Bahkan, diperkirakan ada sekitar 7 juta kematian terkait polusi udara setiap tahunnya! Sebagian besar karena masalah paru, seperti pneumonia, penyakit paru obstruktif kronis (PPOK), dan kanker paru.

Berangkat dari topik tersebut, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) mengadakan media briefing bertema "Polusi Udara dan Dampaknya bagi Kesehatan" pada Kamis siang (19/1/2023). Pembicara yang dihadirkan ialah Prof. Dr. dr. Agus Dwi Susanto, SpP(K), Ketua Bidang Kajian Penanggulangan Penyakit Menular PB IDI sekaligus Ketua Perhimpunan Dokter Spesialis Paru Indonesia (PDPI). Simak, yuk!

1. Penyebab polusi udara bukan hanya asap pabrik dan kendaraan bermotor

Menurut Prof. Agus, polusi udara adalah akumulasi berbagai bahan berbahaya yang ada dalam udara yang dapat menimbulkan efek negatif pada manusia, hewan, vegetasi, dan makhluk hidup lain. Polusi udara dibagi menjadi dua, yaitu yang bersifat alami (gunung meletus dan kebakaran hutan) dan yang tidak alami (asap pabrik, emisi kendaraan, dan pembakaran sampah).

Sumber polusi udara adalah gas (karbon monoksida, sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan ozon) serta particulate matter (PM). Berdasarkan ukurannya, particulate matter dibagi menjadi tiga, yakni partikel kasar (PM10), partikel halus (PM2.5), dan partikel ultrahalus (PM0.1).

Seberapa halus particulate matter? Jika dibandingkan dengan rambut manusia yang diameternya 50-70 mikron (µm), maka ukuran PM10 adalah 2,5–10 µm, PM2.5 0,1–2,5 µm, dan PM0.1 di bawah 0,1 µm.

2. Dikaitkan dengan 7 juta kematian setiap tahun

Polusi Udara Menyebabkan 7 Juta Kematian Setiap Tahunilustrasi kematian (pexels.com/Pavel Danilyuk)

Setiap polutan memiliki dampak yang berbeda bagi kesehatan. Misalnya, sulfur dioksida, nitrogen oksida, dan ozon menyebabkan iritasi atau peradangan. Sementara, volatile organic compounds (VOC) dan particulate matter menyebabkan iritasi, peradangan sistemik, kerusakan saraf, dan karsinogen (meningkatkan risiko kanker).

Lain halnya dengan karbon monoksida yang merupakan gas asfiksia, yang bisa menyebabkan sesak napas karena kekurangan oksigen. Intinya, semuanya berbahaya, apalagi jika terpapar dalam jangka panjang.

Lebih lanjut, Prof. Agus mengungkapkan bahwa terdapat 7 juta kematian yang terkait dengan polusi udara setiap tahunnya. Sebagian besar karena masalah paru, seperti pneumonia (21 persen), penyakit paru obstruktif kronis (19 persen), dan kanker paru (7 persen). Sisanya karena penyakit jantung iskemik (34 persen) dan stroke (20 persen).

3. Polutan masuk ke tubuh manusia lewat saluran napas

Prof. Agus menjelaskan bahwa polutan masuk ke tubuh manusia lewat saluran napas. Partikel yang sangat kecil dan halus bisa masuk ke bagian terdalam paru-paru. Bahkan, partikel tersebut bisa masuk ke aliran darah serta merusak sel dan mitokondria.

Sebagai contoh, particulate matter dengan ukuran 5–9 µm bisa membuat mata merah dan berair. Namun, jika ukurannya 0,5–1 µm, bisa masuk ke alveoli (kantung udara kecil di paru-paru).

Baca Juga: Mengenal 'Particulate Matter', Polutan Berbahaya bagi Pernapasan

4. Bisa meningkatkan risiko berbagai penyakit

Polusi Udara Menyebabkan 7 Juta Kematian Setiap Tahunilustrasi serangan jantung (pexels.com/Towfiqu barbhuiya)

Efek jangka pendek polusi udara adalah mata merah, hidung berair, bersin, sakit tenggorokan, batuk, dan produksi dahak meningkat. Sementara, efek jangka panjangnya adalah meningkatkan risiko berbagai penyakit, seperti asma, PPOK, penyakit jantung dan pembuluh darah, serta kanker.

Sebagai contoh, Prof. Agus mengutip salah satu studi yang diterbitkan dalam jurnal Environmental Health Perspectives pada tahun 2008. Ditemukan bahwa 53 anak berusia 9–18 tahun yang memiliki asma dan terpapar PM2.5 mengalami penurunan fungsi paru.

Selain itu, 8 dari 100 kasus kanker paru di Inggris dikaitkan dengan pajanan PM2.5. Sebagian kalangan menghadapi risiko lebih tinggi, seperti polisi lalu lintas, penyapu jalan, dan penjual koran di lampu merah.

5. Apa yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif polusi udara?

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan untuk meminimalkan dampak negatif polusi udara. Misalnya, hindari berolahraga di luar ruangan saat indeks kualitas udara (AQI) berada di level yang tidak sehat. Lebih baik, lakukan olahraga di rumah, American Lung Association menyarankan. 

Untuk mengurangi emisi karbon, alih-alih menggunakan kendaraan pribadi, lebih baik berjalan kaki, bersepeda, atau memakai transportasi umum. Selain itu, jangan membakar sampah, kurangi pemakaian listrik, dan tidak merokok di dalam ruangan.

Baca Juga: Polusi Udara, Salah Satu Faktor Pencetus Demensia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya