Polusi Udara, Salah Satu Faktor Pencetus Demensia

Seperti apa penjelasannya?

Selama ini kita berpikir bahwa polusi udara hanya menyebabkan gangguan pernapasan dan masalah kulit. Padahal, ini bisa merembet ke masalah kesehatan lain. Salah satunya adalah demensia.

Apa keterkaitan antara polusi udara dengan demensia? Ini dikupas tuntas dalam program "Break Time with Manuka" yang disiarkan secara live di Instagram @manukahealth.id pada Selasa (12/7/2022).

Tema yang diangkat adalah "Benarkah Polusi Udara Tingkatkan Risiko Alzheimer dan Demensia?" dengan dr. Zicky Yombana, SpS (dokter spesialis saraf) sebagai narasumber. Penasaran? Langsung scroll ke bawah!

1. Apa itu demensia?

Selama ini, orang awam menyebut demensia sebagai penyakit pikun. Menurut dr. Zicky, demensia merupakan suatu sindrom atau kumpulan gejala berupa gangguan memori, gangguan perilaku, dan gangguan aktivitas hidup sehari-hari yang muncul secara progresif.

Terdapat sekitar 55 juta pengidap demensia di seluruh dunia. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa jumlahnya diperkirakan akan meningkat menjadi 78 juta pada tahun 2030 dan 139 juta pada tahun 2050.

2. Terdapat beberapa jenis demensia

Jarang disadari, ternyata terdapat beberapa jenis demensia. Perawatannya tergantung pada jenis yang diidap, tidak bisa disamaratakan. Berikut beberapa di antaranya:

  • Alzheimer: Jenis demensia yang memengaruhi memori, pemikiran, dan perilaku. Alzheimer menyumbang 60-80 persen dari keseluruhan kasus demensia. Ini merupakan penyakit progresif yang mana gejalanya makin memburuk dari waktu ke waktu.
  • Demensia vaskular: Penurunan kemampuan berpikir akibat berkurangnya aliran darah ke otak, yang membuat seseorang kekurangan oksigen dan nutrisi.
  • Demensia dengan badan Lewy: Berhubungan dengan deposit abnormal protein di otak yang disebut badan Lewy. Ini menyebabkan masalah dengan pemikiran, gerakan, perilaku, dan suasana hati.
  • Demensia Parkinson: Perubahan otak yang disebabkan oleh penyakit Parkinson. Pengidapnya mengalami penurunan kemampuan berpikir, penalaran, dan gerakan.

3. Demensia bukan sekadar pikun

Polusi Udara, Salah Satu Faktor Pencetus Demensiailustrasi lupa (pixabay.com/RobinHiggins)

Dokter Zicky menegaskan bahwa orang yang pelupa belum tentu demensia, apalagi yang usianya di bawah 50 tahun. Misalnya, lupa menaruh kunci kendaraan masih tergolong wajar dan tidak terkait dengan usia.

"Ini masuknya ke cognitive impairment atau gangguan fungsi kognitif. Penyebabnya banyak, misalnya orangnya (terbiasa) multitasking dan mungkin memorinya terganggu karena fokus atau atensinya berkurang, bukan karena gangguan struktur otak," tegasnya.

Apabila gangguan memorinya progresif, maka bisa disebut sebagai demensia. Selain itu, terjadi gangguan mood, seperti tiba-tiba marah atau tertawa. Mungkin juga terjadi gangguan perilaku, misalnya berjalan ke luar tanpa pakaian.

Terakhir adalah terjadi gangguan aktivitas sehari-hari. Orang tersebut mendadak tidak tahu bagaimana cara makan, cara memakai baju, cara membersihkan diri, hingga cara buang air. Pada titik ini, mereka memerlukan caregiver atau pendamping.

Baca Juga: Awas, Ini 7 Fakta Penyebab Demensia Juga Bisa Terjadi di Usia Muda

4. Beberapa kalangan lebih rentan terkena demensia

Memang, faktor risiko terbesar demensia adalah penuaan. Artinya, seiring bertambahnya usia, risiko mengembangkan demensia makin meningkat. Selain itu, seseorang yang memiliki keluarga dengan riwayat demensia punya peluang yang lebih besar untuk mengembangkannya.

Menurut dr. Zicky, perempuan lebih berisiko daripada laki-laki dengan perbandingan 2:1. Sebelum berkecil hati, simak penjelasan dari dr. Zicky terlebih dahulu.

"Yang namanya demensia itu dikaitkan dengan usia. Dan seperti yang kita ketahui, harapan hidup perempuan itu lebih tinggi. Kasarnya begini, laki-laki sudah keburu meninggal sebelum sempat demensia. Sementara, perempuan bisa lebih lanjut usianya dan akhirnya terkena demensia," jelasnya.

5. Paparan polusi udara jangka panjang dikaitkan dengan peningkatan risiko demensia

Polusi Udara, Salah Satu Faktor Pencetus Demensiailustrasi polusi udara (pexels.com/Pixabay)

Tinggal di kota besar menawarkan sejuta kemudahan. Akan tetapi, kita harus siap terpapar polusi udara dari kendaraan bermotor dan asap pabrik yang membahayakan kesehatan.

"Mungkin selama ini kita beranggapan bahwa polusi udara bisa diselesaikan dengan menutup hidung. Tapi, ternyata tidak semudah itu. Bukan hanya masuk ke saluran pernapasan, tapi juga berpengaruh terhadap kulit dan mukosa atau selaput lendir. Polusi udara juga mengandung partikel logam berat yang bisa mengubah struktur sel di otak," ungkap dr. Zicky.

Berdasarkan data dari Alzheimer's Association International Conference (AAIC) 2021, paparan polutan udara jangka panjang dikaitkan dengan tingkat beta amiloid dalam darah yang lebih tinggi. Protein ini dipercaya berperan penting dalam patogenesis Alzheimer, mengingat pada otak pengidap Alzheimer terdapat penumpukan beta amiloid.

Masih mengutip sumber yang sama, pengurangan partikel halus (PM2.5) dan polutan terkait lalu lintas (NO2) selama 10 tahun dikaitkan dengan penurunan risiko demensia hingga 26 persen.

Baca Juga: 7 Tahapan Penyakit Alzheimer, Penyebab Ayah Bill Gates Meninggal

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya