Relawan Vaksin AstraZeneca Mengalami Kondisi Neurologis Langka

Ini terjadi setelah dia mendapatkan dua dosis vaksin

Kabar mengejutkan datang dari Inggris. Seorang peserta uji coba vaksin AstraZeneca terdiagnosis gangguan neurologis serius beberapa minggu setelah mendapatkan dosis kedua. Relawan perempuan berusia 37 tahun yang sebelumnya sehat, harus dirawat di rumah sakit.

Hal ini pertama diumumkan pada Kamis (17/9/2020). Apakah kondisi yang dialami relawan tersebut berkaitan dengan vaksin yang disuntikkan kepadanya?

1. Dipastikan, relawan itu mengembangkan penyakit neurologis langka bernama mielitis transversa

Relawan Vaksin AstraZeneca Mengalami Kondisi Neurologis LangkaIlustrasi pasien yang sakit (Sumber: Telegraph)

Setelah menerima dua suntikan vaksin buatan raksasa farmasi AstraZeneca, relawan perempuan berusia 37 tahun ini dipastikan mengembangkan myelitis transversal. Ini adalah penyakit neurologis langka yang disebabkan oleh peradangan tulang belakang, melansir laman RT.

Awalnya, relawan ini tidak mengalami reaksi merugikan saat dosis pertama diberikan pada awal Juni lalu. Akan tetapi, gejala neurologis muncul sekitar 2 minggu setelah suntikan kedua diberikan. Suntikan kedua diberikan pada bulan Agustus, sementara gejala muncul pada tanggal 2 September.

Berdasarkan dokumen internal perusahaan, relawan itu tersentak (bukan jatuh) saat joging. Lalu, keesokan harinya dia melaporkan kesulitan berjalan, kelemahan pada lengan, gangguan kontrol motorik pada tangan, dan sakit kepala. Alhasil, dia dirawat di rumah sakit pada tanggal 5 September dan terdiagnosis penyakit mielitis transversa.

2. Relawan itu pulih dalam waktu kurang dari seminggu setelah munculnya gejala

Relawan Vaksin AstraZeneca Mengalami Kondisi Neurologis Langkafiercehealthcare.com

Awalnya, AstraZeneca menolak laporan pers yang menyatakan kondisi relawan itu telah dikonfirmasi. Namun, ini tercatat dalam laporan internal perusahaan. Ini tertuang dalam Suspected or Unexpected Serious Adverse Reaction Report (SUSAR).

Laporan internal juga mencatat bahwa relawan itu telah menemui ahli saraf dan tidak memiliki gangguan saraf sebelumnya. Setelah menerima penanganan medis, relawan tersebut pulih dalam waktu kurang dari seminggu setelah kemunculan gejala.

"Penyelesaian gejalanya cukup cepat mengingat penyakitnya dimulai hanya 4 hari yang lalu. Gejalanya membaik. Kekuatan dan ketangkasan di tangannya semakin baik," seperti yang tertulis dalam laporan, mengutip dari RT.

Hingga saat ini, belum ada peserta lain dalam uji coba vaksin yang mengalami reaksi serupa.

3. Uji coba tetap dilanjutkan di Inggris dan Brasil, tetapi ditangguhkan di Amerika Serikat

Relawan Vaksin AstraZeneca Mengalami Kondisi Neurologis Langkakhn.org

Setelah kejadian tersebut, percobaan uji vaksin dihentikan di seluruh dunia. Namun, uji vaksin ini tetap dilanjutkan di Inggris dan Brasil. Namun, uji coba di Amerika Serikat (AS) ditangguhkan sampai otoritas kesehatan memutuskan proses tersebut aman untuk dilanjutkan. Ini diungkapkan oleh Moncef Slaoui, kepala penasihat upaya vaksin COVID-19 pemerintah AS, melansir RT.

Pihak AstraZeneca mengatakan bahwa reaksi tersebut dianggap "tidak mungkin terkait dengan vaksin" karena tidak ada bukti yang cukup untuk memastikan apakah mielitis transversa yang dialami relawan tersebut berhubungan dengan vaksin atau tidak.

Menurut Universitas Oxford, Inggris, ada sekitar 18.000 sukarelawan yang terlibat dan telah menerima inokulasi.

Ahli vaksin di Baylor College of Medicine, AS, Dr. Peter Hotez, mengatakan bahwa transparansi dan kepercayaan publik adalah kunci untuk mengakhiri pandemik. Bila publik sangsi, mereka mungkin tak akan mau melakukan vaksinasi walaupun vaksin gratis atau mudah didapat.

Baca Juga: Menjaga Jarak Fisik 2 Meter Masih Bisa Tertular COVID-19?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya