Setiap Jam, 1–2 Orang di Indonesia Meninggal akibat Kanker Serviks

Cakupan skrining kanker serviks di Indonesia sangat rendah

Kanker serviks adalah kanker yang terjadi pada leher rahim, yaitu bagian bawah rahim yang terhubung ke vagina. Lebih dari 95 persen kanker serviks disebabkan oleh human papillomavirus (HPV).

Menurut GLOBOCAN 2020, ada 36.633 kasus baru kanker serviks di Indonesia. Angka kematiannya pun cukup tinggi, yaitu 1–2 orang per jam.

Oleh karena itu, World Editors Forum bersama Roche mengadakan online session dengan tema "The Big Health Stories for Women in Asia Pacific in 2023" pada Selasa sore (21/2/2023).

Pada penghujung acara, terdapat sesi yang bertajuk "Cervical Cancer Elimination in Indonesia" yang dibawakan oleh Dr. dr. Tofan Widya Utami, SpOG Subsp.Onk, dokter spesialis onkologi ginekologi. Simak, yuk!

1. Kanker serviks menduduki peringkat pertama dari semua jenis kanker ginekologi

Menurut Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC), ada lima jenis kanker ginekologi, yaitu serviks, ovarium, rahim, vagina, dan vulva. Dari semua jenis kanker ginekologi, kanker serviks berada di peringkat pertama di Indonesia (dari segi jumlah kasus).

Padahal, di negara lain, bukan kanker serviks yang berada di urutan teratas. Di Amerika Serikat (AS), dari semua jenis kanker ginekologi, yang paling banyak adalah kanker rahim (26,82 kasus per 100.000 orang). Yang terbanyak bukan kanker serviks karena cakupan vaksinasi HPV di AS cukup tinggi.

2. Selain itu, cakupan skrining kanker serviks masih sangat rendah

Dokter Tofan menjelaskan bahwa cakupan skrining kanker serviks di Indonesia masih sangat rendah, yaitu 9,35 persen saja. Padahal, idealnya adalah 80 persen.

Karena itu, banyak orang yang tidak menyadari bahwa dirinya mengidap kanker serviks. Maka, tidak heran kalau 77,9 persen pasien datang pada stadium lanjut. Makin tinggi stadium kanker, maka makin rendah peluang untuk sembuh.

Mengutip National Cancer Institute, skrining yang dimaksud berupa tes HPV (5 tahun sekali) dan Pap smear atau sitologi serviks (tiga tahun sekali). Yang perlu diskrining adalah perempuan usia 30–50 tahun.

3. Makin banyak pasangan seksual, makin tinggi risiko kanker serviks

Setiap Jam, 1–2 Orang di Indonesia Meninggal akibat Kanker Serviksilustrasi memiliki banyak pasangan seksual (pexels.com/cottonbro studio)

Menurut dr. Tofan, orang paling banyak didiagnosis kanker serviks pada usia 40–50 tahun. Faktor risiko utama adalah mempunyai banyak pasangan seksual, aktif secara seksual pada usia yang sangat muda, imunitas yang lemah, kurang antioksidan, dan merokok.

"Misalnya, punya lima pasangan seks, risiko kanker serviks naik hingga 12 kali lipat," ungkapnya.

Selain itu, dr. Tofan mengatakan bahwa 99,7 persen kanker serviks terkait dengan HPV dan ditularkan melalui hubungan seksual. Hanya 0,3 persen yang tidak terkait dengan HPV.

Baca Juga: Kanker Payudara dan Kanker Serviks, Ancaman Utama Perempuan

4. Menjadi tantangan tersendiri karena ada banyak wilayah Indonesia yang tidak memiliki fasilitas radioterapi

Dilansir Cancer Research UK, radioterapi adalah treatment yang menggunakan sinar-X energi tinggi untuk membunuh sel kanker serviks. Untuk kanker serviks stadium awal atau menengah, biasanya menggunakan radioterapi eksternal bersamaan dengan kemoterapi, lalu mungkin diikuti dengan radioterapi internal.

Permasalahannya, fasilitas radioterapi untuk pasien kanker di Indonesia belum merata, cenderung terpusat di Pulau Jawa. Ada banyak wilayah yang tidak memiliki fasilitas radioterapi, seperti sebagian Kalimantan dan Sulawesi, Nusa Tenggara Timur, Maluku, dan Papua.

5. Eliminasi kanker serviks dengan strategi 90–70–90

Setiap Jam, 1–2 Orang di Indonesia Meninggal akibat Kanker Serviksilustrasi vaksinasi (pexels.com/Gustavo Fring)

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan bahwa kanker serviks bisa dicegah dan disembuhkan, asalkan terdeteksi dini dan diobati dengan maksimal. Untuk mengeliminasi kanker serviks, strategi yang digunakan adalah 90–70–90, yang artinya:

  • 90 persen anak perempuan divaksinasi penuh dengan vaksin HPV pada usia 15 tahun.
  • 70 persen perempuan melakukan skrining pada usia 35 tahun dan diulang pada usia 45 tahun.
  • 90 persen perempuan dengan pra-kanker diobati dan 90 persen perempuan dengan kanker invasif ditangani.

WHO mengatakan bahwa semua negara di dunia harus memenuhi target 90–70–90 pada tahun 2030 mendatang. Selain itu, kasus kanker serviks harus diturunkan menjadi 4 per 100.000 perempuan.

Baca Juga: Cegah Kanker Serviks dengan Rutin Pap Smear dan Vaksin HPV

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya