Sindrom Fase Tidur Tertunda: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Bikin susah bangun pagi dan mengganggu aktivitas sehari-hari

Gangguan tidur ada banyak macamnya. Selain insomnia (sulit tidur) dan sleep apnea (pernapasan terganggu saat tidur), ada pula delayed sleep phase syndrome (DSPS) atau sindrom fase tidur tertunda. Prevalensinya di kalangan remaja dan dewasa muda adalah sekitar 7-16 persen.

Mau tahu lebih banyak seputar sindrom fase tidur tertunda? Apa efek yang ditimbulkan bagi penderitanya? Baca selengkapnya di bawah!

1. Apa itu sindrom fase tidur tertunda?

Sindrom Fase Tidur Tertunda: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi tidak bisa tidur (thesleepdoctor.com)

Mungkin, belum banyak yang tahu mengenai sindrom fase tidur tertunda. Ini merupakan kondisi gangguan di mana tidur seseorang tertunda dua jam atau lebih di luar waktu yang dapat diterima atau waktu tidur konvensional.

Sementara, mengutip Healthline, gangguan ini menandakan adanya masalah dengan jam internal tubuh atau ritme sirkadian (circadian rhythm). Pengidapnya tidak bisa terlelap pada waktu tidur normal, justru cenderung mundur setidaknya dua jam.

Sebagai contoh, seseorang dengan sindrom fase tidur tertunda mungkin tertidur setelah lewat tengah malam. Lalu, ia akan mengalami kesulitan bangun di pagi hari untuk sekolah atau bekerja.

2. Apa gejala atau tantangan yang dialami pengidapnya?

Sindrom Fase Tidur Tertunda: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi terlambat bangun tidur (launch-marketing.com)

Dilansir Stanford Health Care, setidaknya ada dua tantangan atau kesulitan utama yang dihadapi oleh pengidap sindrom fase tidur tertunda, yaitu:

  • Tidur sangat larut, biasanya beberapa jam setelah tengah malam atau bahkan menjelang pagi.
  • Sulit bangun pada waktu normal pada pagi hari karena jam internal tubuh belum menghasilkan sinyal peringatan yang kuat untuk bangun.

Yang perlu digarisbawahi, sindrom fase tidur tertunda tidak mengganggu durasi dan kualitas tidur. Pengidapnya masih bisa tidur nyenyak seperti orang normal lainnya. Permasalahan utamanya adalah sulit bangun tepat waktu pada pagi hari untuk sekolah atau bekerja.

Karakteristik lainnya adalah merasakan kantuk pada siang hari (daytime drowsiness atau excessive daytime sleepiness). Selain itu, terkadang pengidapnya sulit untuk fokus atau konsentrasi dan merasa lelah sepanjang hari.

3. Kira-kira, apa penyebabnya?

Sindrom Fase Tidur Tertunda: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi terpapar cahaya berlebih di malam hari (health.harvard.edu)

Sebenarnya, penyebab sindrom fase tidur tertunda belum diketahui secara pasti. Namun, gangguan ini dikaitkan dengan beberapa hal, seperti:

  • Genetik. Jika kita mempunyai keluarga atau kerabat dekat dengan sindrom fase tidur tertunda, peluang kita mengembangkan kondisi tersebut jauh lebih tinggi. Sekitar 40 persen orang dengan sindrom fase tidur tertunda memiliki riwayat keluarga dengan gangguan tersebut.
  • Kebiasaan tidur yang buruk. Seperti tidak mendapatkan paparan cahaya yang cukup di pagi hari atau justru terpapar banyak cahaya (lampu atau layar gadget) pada malam hari.
  • Gangguan psikologis dan neurologis. Dikaitkan dengan depresi, kecemasan, gangguan obsesif kompulsif, hiperaktif, dan gangguan pemusatan perhatian.
  • Insomnia kronis. Sindrom fase tidur tertunda memengaruhi 10 persen orang dengan insomnia kronis.

Baca Juga: Life Hacks! 7 Cara supaya Tidur Siangmu Lebih Berkualitas

4. Diagnosis sindrom fase tidur tertunda

Sindrom Fase Tidur Tertunda: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi smartwatch pelacak tidur (smartbedtime.com)

Sering kali sindrom fase tidur tertunda salah didiagnosis. Sebaiknya, konsultasikan dengan spesialis tidur dan jangan ragu memeriksakan diri jika gejalanya bertahan selama tujuh hari atau lebih.

Ada beberapa tes untuk memastikan apakah seseorang benar mengidap sindrom fase tidur tertunda atau tidak, seperti:

  • Mengecek riwayat medis apakah ada anggota keluarga yang mengidap sindrom ini.
  • Mencatat kapan waktu kita tertidur dan bangun setiap harinya dalam sleep log.
  • Memakai perangkat yang dipasang di pergelangan tangan seperti smartwatch untuk melacak pola tidur-bangun kita.
  • Melakukan polisomnogram, yaitu tes yang akan memantau gelombang otak dan detak jantung selama tidur.

5. Pengobatannya

Sindrom Fase Tidur Tertunda: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi terapi cahaya (health.harvard.edu)

Bila terdiagnosis dengan sindrom fase tidur tertunda, tenang, ini bukan akhir dari segalanya. Ada beberapa cara untuk mengatasi gangguan tidur ini, tentunya dengan intervensi spesialis tidur. Contohnya:

  • Terapi cahaya terang atau bright light therapy. Setelah bangun tidur, duduklah di dekat lampu putih yang terang selama 30 menit. Paparan cahaya bisa membantu tidur lebih cepat dan memajukan jam internal tubuh.
  • Pemberian suplemen melatonin. Dokter mungkin menyarankan kita mengonsumsi melatonin, yaitu hormon yang mengontrol siklus tidur-bangun. Dosis dan waktu konsumsi suplemen berbeda untuk setiap individu.
  • Chronotherapy. Mengatur ulang ritme sirkadian dengan menunda waktu tidur secara perlahan, yaitu sekitar dua jam dan dilakukan selama beberapa hari. Namun, kerugiannya adalah mengganggu aktivitas normal di mana jam tidur kita akan terbalik selama beberapa saat.
  • Memajukan jam internal tubuh. Setiap malam, kita akan tidur 15 menit lebih awal. Tujuannya supaya jam tidur maju dan kita bisa bangun lebih pagi.
  • Menghindari beberapa hal sebelum tidur: Seperti menghindari barang elektronik, kafein, alkohol, tembakau, dan olahraga berat.

Nah, itulah serba-serbi seputar sindrom fase tidur tertunda, mulai dari definisi, gejala, diagnosis, pemicu, hingga penanganan. Apabila kamu mengalami gejala yang mengarah pada kondisi ini, sebaiknya konsultasikan ke dokter, ya.

Baca Juga: Bekerja dari Rumah bikin Jam Tidur Bergeser? Ini Solusinya!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya