Waspada Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak Usai Infeksi COVID-19

Seperti apa gejalanya?

Pernahkah kamu mendengar tentang sindrom inflamasi multisistem pada anak atau multisystem inflammatory syndrome in children (MIS-C)? Dengan nama lain sindrom multisistem inflamasi pediatrik atau pediatric inflammatory multisystem syndrome (PIMS), kondisi ini bisa terjadi setelah infeksi COVID-19.

Seperti namanya, kondisi ini menyerang anak-anak usia sekolah. Ketahui selengkapnya seputar sindrom inflamasi multisistem, mulai dari definisi, penyebab, gejala, penanganan, hingga keterkaitannya dengan COVID-19. Let's go!

1. Apa itu sindrom inflamasi multisistem?

Waspada Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak Usai Infeksi COVID-19ilustrasi anak demam (rossbridgepeds.com)

Menurut Anna Sick-Samuels, M.D., M.P.H., seorang dokter spesialis anak, sindrom inflamasi multisistem punya kesamaan dengan sindrom syok toksik (toxic shock syndrome) dan penyakit Kawasaki, di mana keduanya menyebabkan peradangan di seluruh tubuh, ucapnya dalam Johns Hopkins Medicine.

"Sindrom ini merupakan reaksi peradangan dalam tubuh sekitar 4 minggu setelah terinfeksi virus corona SARS-CoV-2. Gejala awal termasuk demam, ruam, mata merah, diare, dan muntah. Dan mungkin memburuk selama beberapa hari. Peradangan dapat memengaruhi jantung, pembuluh darah, dan organ lainnya, yang dapat membuat anak sangat sakit dan membutuhkan perawatan segera," jelas Sick-Samuels.

2. Seperti apa gejalanya?

Waspada Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak Usai Infeksi COVID-19ilustrasi sakit perut (choc.org)

Dirangkum dari Johns Hopkins Medicine, berikut ini gejala sindrom inflamasi multisistem:

  • Mengalami demam persisten 38 derajat Celsius atau lebih yang berlangsung lebih dari 3-4 hari
  • Muncul ruam, bintik merah, benjolan, atau bercak di kulit
  • Sakit perut, muntah, atau diare
  • Merasa sangat lemah, pusing, dan mata memerah
  • Terlihat bingung dan sangat mengantuk

Diketahui, sindrom inflamasi multisistem adalah komplikasi COVID-19 yang jarang terjadi, tetapi bisa berbahaya. Paling sering menyerang anak usia 8-9 tahun, tetapi bayi dan dewasa muda juga bisa terkena.

Setelah terinfeksi COVID-19, gejala sindrom inflamasi multisistem akan muncul dalam 2-6 minggu (rata-rata 4 minggu). Sebenarnya, kondisi ini bisa diobati dan mayoritas anak pulih sepenuhnya. Diperlukan obat-obatan untuk mengendalikan peradangan dan kerusakan organ, terutama jantung.

3. Kira-kira, apa penyebabnya?

Waspada Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak Usai Infeksi COVID-19ilustrasi hasil tes positif COVID-19 (myhealthspace.in)

Sejujurnya, Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) masih mempelajari tentang sindrom inflamasi multisistem, mulai dari penyebab hingga pengaruhnya kepada anak-anak. Namun, belum ada jawaban yang pasti.

Lantas, apa kaitannya dengan COVID-19? Menurut Sick-Samuels, pemicunya adalah virus penyebab COVID-19, yaitu SARS-CoV-2. Sindrom ini bisa terjadi pada anak-anak yang tidak memiliki gejala umum COVID-19, seperti demam, batuk, atau sakit tenggorokan, dilansir Johns Hopkins Medicine.

"Sebagian anak dengan MIS-C memiliki antibodi terhadap virus SARS-CoV-2, yang menunjukkan bahwa tubuh mereka telah terinfeksi sebelumnya. Jumlah kasus MIS-C juga meningkat sekitar empat minggu setelah gelombang kasus COVID-19. Dokter dan peneliti masih mempelajari mengapa beberapa anak mengembangkan penyakit ini setelah infeksi COVID-19, tetapi yang lain tidak," ungkapnya.

4. Bagaimana cara menanganinya?

Waspada Sindrom Inflamasi Multisistem pada Anak Usai Infeksi COVID-19ilustrasi imunoglobulin intravena (rheumatology.org)

Untuk mencari peradangan atau tanda-tanda penyakit lainnya, dokter akan melakukan tes tertentu. Mengutip CDC, tes yang dimaksud ialah tes darah, rontgen dada, ultrasonografi jantung (ekokardiogram), serta USG perut.

Lalu, dokter mungkin meresepkan obat-obatan seperti steroid, imunoglobulin intravena, dan obat antiinflamasi lainnya. Tujuannya untuk mengurangi peradangan serta melindungi jantung, ginjal, dan organ lain dari kerusakan permanen.

Jika terkena sindrom inflamasi multisistem, apakah anak harus bed rest di rumah sakit atau cukup rawat jalan saja? CDC menegaskan bahwa sebagian anak perlu dirawat di rumah sakit. Bahkan, sebagian perlu dirawat di unit perawatan intensif (ICU) anak.

Apabila anak mulai mengalami nyeri atau tekanan pada dada, kesulitan bernapas, kebingungan, kulit membiru atau memucat, serta berjuang untuk tetap terjaga, orang tua harus segera membawa anak ke ruang gawat darurat, dikutip WBIR-TV.

Nah, itulah sekilas mengenai sindrom inflamasi multisistem pada anak. Semoga kita dan keluarga terhindar dari penyakit ini!

Baca Juga: WHO Pantau Varian Virus Corona Baru yang Dinamakan 'Mu'

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya