Metformin Ditarik karena Tercemar NDMA, Ini Tanggapan Farmakolog

Cemaran ini mengandung zat pemicu kanker

Pada 2 November lalu, Badan Pengawas Obat dan Makanan Amerika Serikat (FDA) mengumumkan penarikan sebagian obat metformin. Alasannya, obat diabetes ini terdeteksi memiliki cemaran n-Nitrosodimethylamine (NDMA) yang berpotensi memicu kanker.

Metformin adalah obat untuk membantu menurunkan kadar glukosa darah pada penderita diabetes tipe 2. Metformin yang ditarik berasal dari perusahaan farmasi Nostrum Laboratories. Jenis obat yang ditarik adalah Metformin HCl Extended Release Tablets, USP 750 MG. Dikatakan bahwa obat ini memiliki cemaran di atas batas aman 96 ng per hari.

Lantas, apakah penarikan obat metformin oleh FDA berpengaruh di Indonesia? Simak penjelasan dari dr. Lonah, Sp.FK, dokter spesialis farmakologi klinik berikut ini!

1. Produk metformin yang ditarik di AS tidak masuk di Indonesia

Metformin Ditarik karena Tercemar NDMA, Ini Tanggapan Farmakologthesun.co.uk

Dikutip dari laman Fierce Pharma, metformin keluaran Nostrum Laboratories ditarik kembali sebanyak dua lot. Dr. Lonah menjelaskan bahwa "lot" adalah istilah untuk barcode produksi. Semua obat dalam satu lot komposisi dan prosesnya dijamin sama. Sementara, produk metformin yang ditarik dari pasaran oleh FDA tidak masuk di Indonesia.

Hingga saat ini, belum ada statement dari BPOM RI terkait penarikan metformin di AS dan dampaknya bagi Indonesia. Hanya saja, kasus serupa pernah terjadi pada Desember 2019, di mana BPOM menyatakan bahwa metformin sedang dievaluasi. BPOM menyusul langkah Singapura yang menarik tiga merek obat metformin karena mengandung NDMA di atas batas aman harian.

2. NDMA adalah senyawa yang bersifat karsinogen

Metformin Ditarik karena Tercemar NDMA, Ini Tanggapan Farmakologthesun.co.uk

Mengapa keberadaan NDMA dalam obat menjadi concern banyak pihak? NDMA digolongkan sebagai senyawa yang bersifat karsinogen. Artinya, dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker, tetapi pada kadar tertentu atau jika melewati batas aman.

"NDMA bisa ditemukan di produk-produk harian, misalnya susu, daging, sayuran, dan makanan.  Apabila jumlahnya melebihi anjuran konsumsi harian atau daily intake limit, yaitu di atas 96 ng per hari, dikhawatirkan dapat meningkatkan risiko terjadinya kanker," dr. Lonah menegaskan.

Penemuan cemaran NDMA di obat tidak hanya sekali terjadi. Misalnya, pada Oktober 2019, BPOM menarik produk ranitidin (obat untuk penyakit tukak lambung dan tukak usus) karena mengandung cemaran NDMA dengan jumlah yang melebihi batas yang diperbolehkan. Begitu pula dengan valsartan, obat antihipertensi yang ditarik oleh BPOM pada Juli 2018 karena adanya cemaran NDMA.

3. Pasien tidak boleh menghentikan pemakaian obat secara tiba-tiba tanpa berkonsultasi dengan dokter

Metformin Ditarik karena Tercemar NDMA, Ini Tanggapan Farmakologeatthis.com

Tak sedikit pasien yang khawatir dengan adanya temuan cemaran NDMA di obat yang mereka konsumsi. Namun, dr. Lonah menegaskan bahwa pasien tidak boleh menghentikan pemakaian obat secara tiba-tiba tanpa berkonsultasi dulu dengan dokter.

"Cemaran NDMA sampai saat ini kan belum pasti, tapi risiko yang lebih buruk bisa terjadi kalau mereka menghentikan metformin secara mendadak. Artinya, gula darahnya tidak akan terkontrol. Outcome jangka pendek dan jangka panjang lebih buruk ketimbang informasi yang belum pasti terkait efek samping yang mungkin timbul karena mengonsumsi metformin yang tercemar NDMA," dr. Lonah menjelaskan.

Mengganti metformin dengan obat diabetes lain, seperti sulfonilurea, pun tidak dianjurkan, jika tidak berkonsultasi dulu dengan dokter. Sebab, ada beberapa pertimbangan jika hendak mengganti obat, seperti usia, kerusakan organ yang sudah terjadi pada penderita diabetes, kadar gula darah pasien, hingga tinggi badan dan berat badan pasien.

Menghentikan obat diabetes bisa menyebabkan gula darah tidak terkontrol. Padahal, diabetes adalah salah satu penyakit penyerta atau komorbid yang bisa memperburuk kondisi pasien COVID-19. Penting bagi penderita diabetes agar tetap menjaga kadar gula darahnya di era pandemi seperti sekarang.

Sehingga, pasien di Indonesia tetap disarankan untuk mengonsumsi metformin sebagai obat diabetes melitus sampai adanya pemberitahuan resmi dari BPOM untuk menghentikan pemakaian atau tidak.

Baca Juga: Mengalami Efek Samping Obat? Segera Laporkan demi Keselamatan Pasien

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya