Uji Klinis COVID-19 Johnson & Johnson Dihentikan karena Ada Penyakit

Penyakit ini terjadi pada salah satu peserta uji klinis

Saat ini, sedang gencar dilakukan uji coba vaksin COVID-19. Tetapi, Johnson & Johnson terpaksa menghentikan sementara uji klinis karena muncul penyakit yang tidak bisa dijelaskan pada salah satu peserta. Ini diumumkan pada Senin (12/10/2020).

Seperti apa penjelasan lebih detail terkait penyakit tersebut? Dan apa dampaknya bagi raksasa farmasi ini?

1. Uji coba Johnson & Johnson melibatkan 60 ribu peserta

Uji Klinis COVID-19 Johnson & Johnson Dihentikan karena Ada Penyakitlamoncloa.gob.es

Sejak salah satu pesertanya jatuh sakit, Johnson & Johnson langsung sigap untuk menghentikan sementara uji coba vaksin COVID-19. Padahal, uji coba yang dilakukan oleh Johnson & Johnson melibatkan 60 ribu peserta.

"Kami telah menghentikan sementara pemberian dosis lebih lanjut dalam semua uji klinis kandidat vaksin COVID-19, termasuk uji coba fase 3 ENSEMBLE karena penyakit yang tidak dapat dijelaskan pada peserta studi," ungkap Johnson & Johnson dalam pernyataan resmi dan dikutip dari Plataforma Media.

Dilansir dari The Guardian, raksasa farmasi itu tidak yakin apakah peserta yang sakit memperoleh vaksin eksperimental atau justru mendapatkan efek plasebo. Lebih lanjut, Johnson & Johnson menegaskan bahwa penyakit peserta sedang ditinjau dan dievaluasi.

2. Karena privasi, tidak dijelaskan secara detail penyakit tersebut

Uji Klinis COVID-19 Johnson & Johnson Dihentikan karena Ada Penyakitallure.com

Johnson & Johnson bersikukuh untuk tidak mengungkapkan penyakit apa yang membuat uji klinisnya terhenti. Dalam sebuah pernyataan resmi dan dikutip oleh laman The Guardian, Johnson & Johnson mengatakan ini dilakukan untuk menghormati privasi peserta.

"Kami juga mempelajari lebih lanjut tentang penyakit peserta ini dan penting untuk mengetahui semua fakta sebelum kami membagikan informasi tambahan," lanjut mereka.

Sekarang, penyakit ini sedang diselidiki oleh perusahaan serta dewan independen. Diharapkan, dalam waktu dekat, penyakit ini dapat teratasi dan uji klinis bisa dilanjutkan kembali.

3. Tak hanya Johnson & Johnson, perusahaan farmasi lain berlomba untuk mengembangkan vaksin COVID-19

Uji Klinis COVID-19 Johnson & Johnson Dihentikan karena Ada Penyakitbiopharma-reporter.com

Karena pandemi COVID-19 di Amerika Serikat telah menewaskan lebih dari 216 ribu jiwa, pemerintah AS mendesak perusahaan farmasi untuk mempercepat perkembangan vaksin virus corona. Bahkan, Presiden AS, Donald Trump, berulang kali menjanjikan vaksin segera setelah pemilihan umum pada 3 November 2020 mendatang.

Selain Johnson & Johnson, AstraZeneca dan Universitas Oxford menghentikan percobaan vaksin untuk kedua kalinya sejak percobaan pertama pada April 2020 lalu. Vaksin ini diduga menimbulkan reaksi merugikan pada pasien.

Di sisi lain, uji coba vaksin tahap akhir dari Pfizer dan Moderna terus berlanjut. Diharapkan, uji coba ini membuahkan hasil dan bisa segera digunakan. Sebagai informasi, vaksin yang dikembangkan oleh Moderna dan Pfizer membutuhkan dua dosis. Sementara, vaksin dari Johnson & Johnson hanya membutuhkan satu dosis saja.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3 M : Gunakan Masker, Menghindari Kerumunan atau jaga jarak fisik dan rajin Mencuci tangan dengan air sabun yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3 M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.

Baca Juga: Relawan Vaksin AstraZeneca Mengalami Kondisi Neurologis Langka

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya