Studi: Virus Corona Terdeteksi pada Tinja Bayi Baru Lahir

Ibunya memiliki riwayat COVID-19 selama hamil

Beberapa bayi baru lahir (newborn) dinyatakan positif COVID-19 tak lama setelah lahir ke dunia. Cara penularan paling dominan adalah lewat droplet dari ibu yang terkonfirmasi COVID-19.

Terkini, ilmuwan mengkaji cara penularan lain. Temuan terbaru yang diterbitkan dalam jurnal Pediatric Research pada 19 Agustus 2022 menunjukkan adanya RNA virus dan protein spike SARS CoV-2 pada tinja bayi baru lahir. Simak penjelasannya!

1. Meneliti 14 bayi baru lahir yang ibunya pernah terjangkit COVID-19 selama hamil

Studi ini menyelidiki tinja atau kotoran dari 14 bayi baru lahir yang dilahirkan ketika usia kandungan menginjak 25–41 minggu. Artinya, ada yang prematur dan ada yang tidak. Mereka lahir antara Juli 2020 hingga Mei 2021.

Bayi-bayi tersebut dirawat di NewYork-Presbyterian/Weill Cornell, Amerika Serikat. Setelah digali lebih dalam, mereka dilahirkan dari ibu yang pernah terinfeksi COVID-19 selama hamil. Ada 13 ibu yang diteliti, salah satunya melahirkan anak kembar.

Sebelas ibu diketahui sembuh dari COVID-19 lebih dari 10 minggu sebelum melahirkan. Dua ibu dengan infeksi aktif memiliki gejala saat melahirkan.

2. SARS CoV-2 terdeteksi pada tinja 11 dari 14 bayi baru lahir

Studi: Virus Corona Terdeteksi pada Tinja Bayi Baru Lahirilustrasi virus corona (pixabay.com/TheDigitalArtist)

Ketika sampel diambil dari hidung bayi untuk tes PCR, hasilnya negatif. Namun, ketika tinjanya diteliti, ditemukan RNA virus dan protein spike SARS CoV-2 pada 11 dari 14 bayi baru lahir.

Sebagian besar bayi dalam kondisi yang baik. Namun, ada satu bayi yang mengalami enterokolitis nekrotikans dan satu lagi meninggal karena penyakit hati autoimun gestasional.

Sebagai informasi, spesimen tinja dikumpulkan sejak hari pertama kehidupan dari setiap bayi baru lahir. Lalu, dilanjutkan setiap minggu jika spesimen tinja tersedia, maksimal hingga hari ke-87.

3. Bayi diperkirakan tertular sejak masih di dalam rahim

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, terdapat RNA virus dan protein spike SARS CoV-2 pada kotoran bayi sejak hari pertama kehidupan. Ini menandakan bayi tertular sejak masih di dalam kandungan.

Pada dua ibu yang masih positif COVID-19 saat melahirkan, RNA virus terdeteksi di plasentanya. Selain itu, RNA virus juga terdeteksi dalam cairan ketuban.

Kemungkinan besar, cairan ketuban tersebut tertelan oleh janin. Kemudian, masuk ke usus janin. Menurut peneliti, kehadiran RNA virus dan protein spike SARS-CoV-2 di usus bayi baru lahir berpotensi berdampak pada perkembangan mikrobioma usus dan sistem kekebalan tubuh.

Baca Juga: Mutasi Virus Meningkatkan Risiko Reinfeksi COVID-19

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya