WHO: Penyebaran COVID-19 Didominasi oleh Orang Berusia Muda

Kebanyakan dari mereka tidak sadar kalau terinfeksi

Pertempuran melawan pandemik COVID-19 belum berakhir. Kehidupan mulai beranjak "normal", meski setiap hari masih ada penambahan kasus yang signifikan. Padahal, tanpa kita sadari, di sekitar kita ada orang-orang yang terinfeksi COVID-19 tapi tidak menunjukkan gejala (asimtomatik).

Menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO), penyebaran virus SARS-CoV-2 didominasi oleh orang-orang berusia 20-an, 30-an, dan 40-an. Banyak dari mereka yang tidak menyadari kalau mereka terinfeksi dan membahayakan orang lain di sekitarnya, khususnya kelompok-kelompok yang rentan.

1. Proporsi orang berusia muda yang terinfeksi meningkat secara global

WHO: Penyebaran COVID-19 Didominasi oleh Orang Berusia Mudamedium.com/@ngough_bioserendipity

Menurut direktur WHO regional Pasifik Barat, Takeshi Kasai, proporsi orang berusia muda yang terinfeksi telah meningkat secara global. Akibatnya, kelompok rentan semakin berisiko, termasuk orang tua dan orang sakit di daerah padat penduduk dengan layanan kesehatan yang lemah, dilansir Channel News Asia (CNA).

"Epidemi sedang berubah. Orang-orang berusia 20-an, 30-an, dan 40-an semakin mendorong penyebaran (COVID-19). Banyak yang tidak menyadari bahwa mereka terinfeksi. Ini meningkatkan risiko ke yang lebih rentan," jelas Takeshi Kasai dalam pengarahan virtual.

2. Lonjakan kasus baru mendorong beberapa negara untuk memberlakukan pembatasan kembali

WHO: Penyebaran COVID-19 Didominasi oleh Orang Berusia Mudavecteezy.com

DIlansir CNA, lonjakan kasus baru telah mendorong beberapa negara untuk memberlakukan kembali pembatasan. Terlebih, vaksin untuk COVID-19 belum ditemukan. Padahal, per 19 Agustus 2020, COVID-19 telah menginfeksi lebih dari 22 juta orang dan menewaskan lebih dari 780 ribu jiwa.

Lebih lanjut, lonjakan kasus baru dilaporkan terjadi di negara-negara yang berhasil mengendalikan virus, termasuk Vietnam yang tidak ada penularan domestik selama tiga bulan terakhir akibat upaya mitigasi yang agresif.

Menurut Takeshi, negara-negara yang lebih mampu bisa mengurangi gangguan kehidupan dan ekonomi dengan menggabungkan deteksi dini dan respons untuk mengelola infeksi.

3. Jarak sosial yang dilonggarkan menyebabkan peningkatan tajam kasus COVID-19

WHO: Penyebaran COVID-19 Didominasi oleh Orang Berusia Mudathelancet.com

Dilansir Business Insider, tak hanya Vietnam, lonjakan kasus juga terjadi di negara-negara lain. Akibat jarak sosial dan karantina wilayah (lockdown) dilonggarkan, tercatat peningkatan tajam kasus COVID-19 dalam beberapa pekan terakhir.

Contohnya adalah Yunani, Kroasia, dan Turki yang mencatat peningkatan dalam kasus COVID-19. Ketiganya menjadi negara terbaru yang ditambahkan ke daftar karantina Inggris.

Menurut Direktur Jenderal WHO, Tedros Adhanom Ghebreyesus, negara-negara lain perlu mencontoh Vietnam dan Selandia Baru yang memiliki tingkat keberhasilan tinggi dalam mengatasi pandemi. Salah satu upayanya adalah kembali menerapkan pembatasan perjalanan.

"Pesan saya sangat jelas: tekan, tekan, tekan virus. Jika kita menekan virus secara efektif, kita bisa membuka (aktivitas) masyarakat kembali dengan aman," tegas Tedros seperti dikutip di The Independent.

Kamu setuju?

Ingat, entah sampai kapan pandemik ini akan berlalu. Yang bisa kita lakukan adalah terus disiplin menerapkan protokol kesehatan: pakai masker, cuci tangan sesering mungkin, terapkan etika batuk dan bersin dengan benar, tetap di rumah bila sedang sakit, dan segera cek ke dokter bila mengalami demam tinggi, batuk, dan sesak napas.

Jaga selalu daya tahan tubuh dengan menerapkan pola makan sehat, rutin olahraga, kelola stres dengan baik, istirahat cukup, dan tak perlu kelayapan kalau bukan urusan penting.

Baca Juga: CDC Buktikan Pakai Masker Ampuh Cegah Penularan COVID-19 di Salon

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya