Terkena Penyakit Jantung Koroner saat Pandemik? Lakukan Ini, ya!

Supaya nyawa masih bisa diselamatkan

Penyakit kardiovaskular adalah penyebab kematian nomor 1 di dunia. Berdasarkan data dari World Health Organization (WHO), penyakit kardiovaskular membunuh 17,9 juta jiwa di seluruh dunia setiap tahun. Sementara, menurut data dari Sample Registration System (SRS) Indonesia di tahun 2014, penyakit jantung koroner (PJK) menyumbang 12,9 persen dari seluruh penyebab kematian di Indonesia.

Lantas, apa yang harus dilakukan ketika terkena penyakit jantung koroner di masa pandemi seperti sekarang? Ini akan dijawab oleh dr. Evi Febrian, Sp. JP, Spesialis Penyakit Jantung dan Pembuluh Darah serta dr. Yan Efrata Sembiring SpB, SpBTKV (K), Spesialis Bedah Thorax dan Kardiovaskular. Keduanya adalah dokter dari RS Premier Surabaya dan memandu webinar berjudul "Nyeri Dada di Era Corona, Dibawa ke Mana" pada Kamis (28/5). Simak yuk!

1. Penyakit jantung koroner terjadi saat arteri koroner menyempit

Terkena Penyakit Jantung Koroner saat Pandemik? Lakukan Ini, ya!wikipedia.org

Menurut dr. Evi Febrian, penyakit jantung koroner disebabkan oleh tersumbatnya aliran darah koroner karena kerusakan dinding pembuluh darah (aterosklerosis). Akibatnya, otot jantung mengalami gangguan dan ini bergantung pada ringan atau beratnya sumbatan.

"Aterosklerosis merupakan pengerasan dinding arteri yang diakibatkan oleh adanya ateroma, yakni plak kekuningan yang mengandung lemak, sel-sel radang, dan lainnya," tutur dr. Evi Febrian.

Sebenarnya, penyakit jantung tidak hanya PJK saja. Ada pula aritmia (gangguan irama jantung), penyakit jantung hipertensi, penyakit jantung bawaan, penyakit jantung rematik, penyakit selaput jantung (perikard), dan penyakit jantung yang disebabkan oleh penyakit lain, seperti anemia, paru-paru, dan diabetes.

2. Memiliki gejala yang khas, yaitu nyeri yang menjalar ke organ tubuh lain

Terkena Penyakit Jantung Koroner saat Pandemik? Lakukan Ini, ya!livingstonecardiology.com

Sebenarnya, gejala klinis penyakit jantung koroner bervariasi. Ada yang tanpa keluhan, di mana penyakit ini ditemukan secara kebetulan saat melakukan general medical checkup dengan rekam jantung atau elektrokardiogram (EKG). Tetapi, ada pula yang memiliki gejala khas.

Misalnya, merasakan nyeri dada yang timbul saat beraktivitas fisik, merasakan stres emosional, dipicu oleh udara dingin, setelah makan atau saat beristirahat. Intensitas nyeri dada bervariasi dari ringan hingga berat.

"Nyeri dada ini terasa dari jantung, lalu menjalar ke lengan kiri, tembus ke punggung, hingga ke leher atau dagu. Rasanya seperti ditekan benda berat, diremas, sesak, dan terasa seperti terbakar," jelas dr. Evi Febrian.

Selain itu, penyakit jantung koroner juga bisa menyebabkan sesak napas. Ini terjadi karena jantung dan organ lain tidak menerima oksigen yang cukup sehingga kita merasa kelelahan dan terengah-engah untuk menghirup udara.

3. Kapan pasien jantung harus pergi ke rumah sakit di kondisi pandemi seperti sekarang?

Terkena Penyakit Jantung Koroner saat Pandemik? Lakukan Ini, ya!healthcareitnews.com

Adanya pandemi COVID-19 seperti sekarang membuat pasien kesulitan pergi ke rumah sakit. Tetapi, menurut dr. Evi Febrian, bila pasien jantung dalam kondisi sehat dan terkontrol, sebaiknya tidak perlu pergi ke rumah sakit.

"Tentu ada pengecualian, misalnya pasien dalam kondisi gawat darurat dan perlu penanganan segera untuk menyelamatkan nyawanya atau jika stok obat rutin hampir habis," ujar dr. Evi Febrian.

Seperti apa kondisi gawat darurat itu? Contohnya jika pasien mengalami sesak napas yang memberat dalam posisi tidur, sehingga membuatnya tidak bisa tidur dengan posisi rata dan membutuhkan lebih dari 2 bantal. Apalagi, jika disertai dengan batuk yang mengeluarkan dahak pink.

Selain itu, pasien yang mengalami nyeri dada juga perlu pergi ke rumah sakit. Ciri-cirinya adalah mengalami nyeri seperti ditindih atau ditimpa benda berat, lalu nyeri itu menjalar ke lengan, punggung dan leher. Terkadang, disertai dengan mual, muntah, dan keringat dingin.

Baca Juga: 7 Fakta tentang Bradikardia, Kondisi Denyut Jantung yang Melambat

4. Pasien harus segera ditangani dalam 2 jam pertama

Terkena Penyakit Jantung Koroner saat Pandemik? Lakukan Ini, ya!sky.com

Dalam kondisi gawat darurat, pasien harus segera dibawa ke rumah sakit. Menurut dr. Evi Febrian, sebagian besar kematian terjadi di luar rumah sakit, terutama dalam 2 jam pertama setelah timbul gejala. Rata-rata kematian terjadi akibat terlambat dibawa ke rumah sakit.

"Semakin dini penanganan dapat mengurangi luasnya kerusakan otot jantung dan memperbaiki harapan hidup pasien," tutur dr. Evi Febrian.

Sambil menunggu dibawa ke rumah sakit, ada beberapa langkah yang bisa ditempuh. Misalnya, posisikan tubuh setengah duduk dan pasien diberi oksigen 2-4 l/m, jika ada. Apabila mempunyai obat isosorbid dinitrat, fasorbid atau cedocard, haluskan obat itu dan letakkan di bawah lidah pasien.

Sementara, dr. Yan Efrata Sembiring menyarankan untuk mencari rumah sakit yang green zone atau aman dari COVID-19. Tetapi, jika rumah sakit yang green zone jarak tempuhnya lebih jauh (di atas 2 jam), maka menuju rumah sakit terdekat pun tidak apa-apa.

5. Sering kali, operasi bedah pintas arteri koroner dilakukan untuk pasien penyakit jantung koroner

Terkena Penyakit Jantung Koroner saat Pandemik? Lakukan Ini, ya!brasil.idan.org

Dalam beberapa kasus, penyakit jantung koroner diatasi dengan operasi bedah pintas arteri koroner atau coronary artery bypass graft (CABG). Pembuluh darah yang sehat (vena dari kaki atau arteri dari pergelangan tangan) akan dicangkokkan ke arteri koroner yang tersumbat.

"Tujuannya untuk meningkatkan aksi pompa jantung, mengurangi angina dan meningkatkan peluang untuk bertahan hidup," ujar dr. Yan Efrata Sembiring.

Operasi ini dilakukan dengan sternotomi (membelah dada dari depan), tetapi bisa juga dengan minimally invasive cardiac surgery, di mana dada dibuka dari samping kanan atau kiri dengan sayatan yang minimal. Setelah menjalani operasi ini, pasien perlu melewati masa pemulihan 4-6 minggu.

Tetapi, dr. Yan Efrata Sembiring mewanti-wanti agar pasien mengubah pola hidup dan kebiasaan lama setelah menjalani operasi ini. Misalnya, menghentikan merokok, berolahraga, mengurangi stres, dan minum obat yang rutin. Jika tidak, pembuluh darah bisa tersumbat lagi.

6. Pasien jantung koroner perlu mengubah pola hidup

Terkena Penyakit Jantung Koroner saat Pandemik? Lakukan Ini, ya!britishgeriatricssociety.com

Mengubah pola hidup dan kebiasaan lama perlu dilakukan oleh pasien jantung koroner. Misalnya, tekanan darah harus di bawah 140/90 mm Hg atau di bawah 130/80 mm Hg untuk orang yang memiliki diabetes dan penyakit ginjal kronis.

Selain itu, pasien juga perlu mengendalikan kolesterol. Target kolesterol total adalah kurang dari 200 mg/dl, kolesterol HDL harus di atas 40 mg/dl, trigliserida di bawah 150 mg/dl, dan kolesterol LDL di bawah 70 mg/dl, saran dr. Evi Febrian.

"Untuk olahraga bagi pasien dengan penyakit jantung koroner yang disarankan adalah jalan kaki dan bersepeda minimal 30 menit dan dilakukan 5 kali seminggu," jelas dr. Evi Febrian.

Dari segi makanan, disarankan untuk memperbanyak buah dan sayur, mengonsumsi daging tanpa lemak, susu rendah lemak dan ikan dalam porsi sedang, serta mengonsumsi sedikit lemak, minyak jenuh, gula, dan garam.

Selain itu, dianjurkan untuk berhenti merokok, mengontrol kadar gula darah secara rutin, hindari stres, rutin minum obat yang telah diresepkan oleh dokter, dan berkonsultasi dengan dokter lewat telepon atau layanan telemedicine.

Pembaca bisa membantu kelengkapan perlindungan bagi para tenaga medis dengan donasi di program #KitaIDN: Bergandeng Tangan Melawan Corona di Kitabisa.com (http://kitabisa.com/kitaidnlawancorona)

Baca Juga: Mengenal Teknologi ECG, Pengukur Aktivitas Listrik pada Jantung Kita

Topik:

  • Bayu D. Wicaksono

Berita Terkini Lainnya