7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan Autisme

Apakah keduanya berhubungan?

Gangguan bipolar adalah gangguan otak yang ditandai dengan perubahan tingkat energi, suasana hati, dan fungsi dari kestabilan emosi. Sementara itu, gangguan spektrum autisme (ASD) adalah gangguan perkembangan otak yang berdampak pada perilaku dan komunikasi.

Menurut laporan dalam jurnal Science tahun 2018, dikatakan bahwa orang dengan gangguan bipolar dan autisme memiliki pola gen yang sama. Selain itu, seseorang dengan autisme dapat mengalami gejala yang terkait dengan gangguan bipolar, dan berpotensi sebaliknya.

Gejala kedua kondisi tersebut sering tumpang tindih sehingga meningkatkan risiko kesalahan diagnosis. Yuk, ketahui bersama hal-hal seputar gangguan bipolar dan autisme berikut ini!

1. Apakah gangguan bipolar dan autisme saling terkait? 

7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan AutismeIlustrasi seseorang dengan gangguan bipolar. pexels.com/@lucian-petrean-1716046

Ada penelitian yang menyebutkan bahwa sebanyak 30 persen orang dengan autisme juga mengalami gejala gangguan bipolar. Studi tersebut juga menemukan bahwa gangguan bipolar secara umum juga terjadi lebih awal para orang dengan autisme.

Akan tetapi, para peneliti tidak benar-benar tahu seberapa umum pengidap autisme memiliki gangguan bipolar. Sejauh ini masih perlu diteliti kembali apakah ada faktor pemicu yang meningkatkan risiko autisme dan gangguan bipolar.

Hal ini menjadi sebuah penelitian lebih lanjut karena gangguan autisme dan bipolar memiliki pola ekspresi genetik yang sama di otak.

Dilansir Medical News Today, gangguan bipolar, autisme, dan skizofrenia semuanya mengaktifkan gen tertentu dalam astrosit, yaitu sel otak berbentuk bintang yang melakukan banyak fungsi penting dalam sistem saraf pusat. Ketiga kondisi tersebut juga sama-sama menekan gen yang membantu sinapsis (persimpangan antar sel saraf) bekerja dengan baik.

Beberapa penelitian yang dilakukan oleh psikiatri klinis di Amerika Serikat (AS), seperti dalam Journal of the American Academy of Child and Adolescent Psychiatry tahun 2016, menunjukkan bahwa orang dewasa muda dengan autisme dan gangguan bipolar lebih mungkin untuk: 

  • Mengalami gejala mood swing lebih awal
  • Mudah teralihkan fokusnya dan susah fokus
  • Memiliki suasana hati yang mengarah pada depresi
  • Menarik diri secara sosial

2. Kesalahan diagnosis autisme yang sering terjadi dan tahapan diagnosis yang tepat

7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan AutismeIlustrasi rekam medis pexels.com/Pixabay

Dokter dan tenaga profesional yang menangani kasus ini kadang perlu lebih cermat untuk mendiagnosis autisme dan bipolar, karena kedua kondisi tersebut bisa menunjukkan perbedaan perilaku yang serupa.

Perbedaan perilaku pada autisme dan bipolar yang sering tumpang tindih yang menyebabkan kesalahan diagnosis antara lain:

  • Suasana hati yang sering berubah secara drastis tanpa sebab
  • Mudah tersinggung 
  • Berperilaku agresif yang bisa menyebabkan gangguan fisik maupun mental
  • Sulit untuk fokus dan mudah terganggu dengan perubahan kondisi lingkungan
  • Kecenderungan untuk "mendapat masalah" atau melakukan hal-hal yang berisiko
  • Melakukan aktivitas atau perilaku yang berulang, seperti mondar-mandir
  • Sering mengalami gangguan tidur
  • Kesulitan mengatur perilaku dalam kehidupan sehari-hari

Adapun kesulitan untuk mendiagnosis kondisi kesehatan mental pada autisme meningkat jika seseorang tersebut memiliki gangguan komunikasi atau intelektual yang signifikan. 

Untuk mendiagnosis autisme, dokter biasanya akan melakukan pemeriksaan kesehatan umum pada anak yang rutin dilakukan pada usia 9, 19, 24, dan 30 bulan. Setelahnya, kebanyakan dokter melakukan skrining khusus untuk autisme selama kunjungan 18 dan 24 bulan. 

Dokter mungkin akan melakukan skrining tambahan jika seorang anak memiliki faktor risiko autisme. Dokter juga akan mengajukan pertanyaan kepada orang tua tentang perilaku dan aktivitas anak dan menggabungkannya dengan hasil pemeriksaan saat skrining, seperti dijelaskan oleh National Institute of Mental Health.

Baca Juga: 4 Jenis Autisme yang Perlu Diketahui Orang Awam

3. Tantangan lain diagnosis autisme yang terkait dengan gangguan bipolar

7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan AutismeIlustrasi konsultasi dokter. freepik.com/pressfoto

Untuk mendiagnosis gangguan bipolar, dokter akan menanyakan pertanyaan tentang episode mood anak, tingkat keparahannya, dan berapa itu berlangsung.

Seorang psikiater biasanya akan menanyakan pertanyaan tentang pikiran, perasaan, dan pengalaman yang dialami anak dalam kesehariannya. Anak dengan autisme yang mengalami kesulitan berkomunikasi atau mengekspresikan diri sering kali kesulitan dalam menjelaskan perasaan, pikiran, dan pengalamannya.

Untuk menentukan dengan tepat apakah seseorang anak menderita autisme, gangguan bipolar, atau keduanya, dokter perlu menilai kapan gejala muncul, berapa lama berlangsung, tingkat keparahannya, dan apakah masuk akal dalam konteksnya.

Misalnya, berbicara terlalu banyak atau mudah kehilangan fokus terkadang adalah hal yang normal bagi kebanyakan orang, terutama orang dengan autisme. Akan tetapi, seseorang yang secara tiba-tiba mengalami lonjakan energi yang tinggi, bertidak sembrono, dan aktif selama berhari-hari tanpa tidur kemungkinan sedang mengalami episode mania.

4. Gejala jika seseorang memiliki gangguan bipolar

7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan AutismeIlustrasi bipolar disorder. pexels.com/Daria Sannikova

Orang dengan gangguan bipolar biasanya mengalami periode lonjakan energi dan suasana hati yang tinggi (episode mania) dan saat energi dan suasana hati yang rendah (episode depresif).

Banyak orang dengan gangguan bipolar menghabiskan beberapa minggu hingga berbulan-bulan di salah satu periode suasana hati (episode mania atau depresif) sebelum secara bertahap beralih ke periode yang berlawanan.

Banyak juga yang memiliki periode netral antara dua episode suasana hati yang berlawanan ini. Akan tetapi, beberapa orang ada juga yang dengan cepat berganti suasana hati di antara episode mania, depresif, dan netral. Pada kasus ini, dikatakan orang tersebut menderita siklus cepat.

Gangguan bipolar memiliki gejala yang berbeda, tergantung pada keadaan mood yang dialami. Banyak orang terkadang merasakan versi ringan dari gejala pada fase mania atau depresif.

Meski demikian, penderita bipolar mengalami gejala-gejala berikut ini secara ekstrem:

1. Saat episode mania

  • Merasa tetap memiliki energi yang tinggi walau kurang tidur bahkan tidak tidur
  • Memiliki suasana hati yang berubah dengan cepat dan tak terkendali atau dengan cepat mengubah topik saat berbicara
  • Merasa seperti tak terkalahkan atau berada di puncak dunia
  • Adanya lonjakan peningkatan aktivitas, atau mengerjakan banyak pekerjaan secara bersamaan
  • Cara bicara yang lebih cepat dari biasanya
  • Menunjukkan perilaku berisiko
  • Halusinasi (kurang umum)

2. Saat episode depresif

  • Berkurang atau kehilangan minat pada aktivitas yang sebelumnya dinikmati
  • Kelelahan yang tidak bisa dijelaskan
  • Merasa sangat, sangat sedih, putus asa, tidak berharga, atau bersalah yang sangat ekstrem
  • Tidur dan makan lebih sering atau lebih jarang dari biasanya (dalam konteks drastis)
  • Kesulitan berkonsentrasi 
  • Memiliki pikiran untuk bunuh diri

Adapun penyebab gangguan bipolar adalah kelainan genetik yang menyebabkan ketidakseimbangan senyawa kimia di otak yang abnormal, yang menyebabkan deregulasi aktivitas otak. Menurut American Psychiatric Association (APA), sekitar 80-90 persen penderita bipolar memiliki anggota keluarga yang juga mengidapnya.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya gangguan bipolar jika seseorang memiliki faktor genetik kondisi tersebut dalam keluarganya seperti:

  • Stres yang ekstrem dan dalam jangka waktu yang lama 
  • Kesedihan yang berkepanjangan yang sering disimpan sendiri
  • Trauma
  • Konsumsi alkohol atau penggunaan narkoba
  • Mengonsumsi obat-obatan tertentu, terutama antidepresan
  • Memiliki masalah atau gangguan tidur 

5. Pengobatan dan penanganan seseorang dengan gangguan bipolar

7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan AutismeIlustrasi konseling. pexels.com/Alex Green

Pengobatan setiap orang yang memiliki gangguan bipolar bervariasi, tergantung pada gejala dan faktor lainnya. Akan tetapi, kebanyakan dokter meresepkan kombinasi terapi perilaku kognitif, obat-obatan yang bisa membuat suasana hati stabil, dan antidepresan. Dalam beberapa kasus, dokter juga mungkin juga meresepkan obat antipsikotik dan terapi elektrokonvulsif (ECT).

Terapi perilaku kognitif (CBT) adalah teknik terapi jangka pendek yang dapat membantu pasien menemukan cara baru untuk berperilaku dengan mengubah pola pikirnya. Tujuannya adalah untuk mengurangi stres, mengatasi hubungan yang rumit, mengatasi kesedihan, dan cara menghadapi serta menyikapi banyak tantangan hidup umum lainnya.

Pengobatan di atas tak bisa dilakukan sendiri tanpa bantuan profesional. Rangkaian pengobatannya harus sesuai dengan gejala, perilaku yang ditunjukkan, dan keluhan pasien dengan bipolar. Maka dari itu, sangat mungkin terapi pasien satu dengan pasien lainnya berbeda.

6. Gejala dan perbedaan yang terjadi pada autisme

7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan AutismeIlustrasi anak dengan autisme. ANTARA FOTO/Dewi Fajriani

Para ahli menganggap autisme sebagai gangguan spektrum karena ada begitu banyak variasi perbedaan yang dialami pengidapnya dan tingkat keparahannya. APA mendiagnosis autisme dengan melihat potensi berikut:

  • Adanya perilaku berulang
  • Tidak memiliki keinginan atau tidak menunjukkan respons ketika berinteraksi dengan lingkungan sosial
  • Kesulitan berinteraksi dan berkomunikasi dengan orang lain
  • Kesulitan mempertahankan kontak mata
  • Memiliki minat atau ketertarikan pada rutinitas tertentu secara intens
  • Bereaksi negatif terhadap perubahan dalam rutinitas atau rutinitas yang sedang diminati

Untuk penyebab autisme, hingga kini jawaban pastinya masih dicari. Menurut berbagai penelitian yang ada, dikatakan bahwa autisme berkembang karena kombinasi gen dan pengaruh lingkungan.

Beberapa faktor yang meningkatkan risiko autisme, seperti:

  • Memiliki orang tua dengan usia tua
  • Memiliki berat badan lahir yang sangat rendah
  • Memiliki saudara kandung dengan autisme
  • Beberapa kondisi genetik seperti sindrom Down

7. Kapan waktu yang tepat untuk ke dokter?

7 Hal Penting yang Perlu Dipahami tentang Gangguan Bipolar dan AutismeIlustrasi dokter. pexels.com/Andrea Piacquadio

Bila orang tua atau keluarga mendapati tumbuh kembang anak mungkin lebih lambat atau berbeda dari yang diharapkan untuk anak seusianya, disarankan untuk melakukan konsultasi dengan dokter anak agar segera divalidasi penyebabnya.

Bila anak mengalami kesulitan untuk menyesuaikan diri dalam aktivitas sehari-hari atau menunjukkan gejala lain atau punya perbedaan perilaku yang memengaruhi sikap dan komunikasi, juga disarankan untuk menghubungi dokter.

Bila anak dicurigai mengalami gejala episode mania atau depresif, juga segera periksakan anak ke profesional sesegera mungkin. Mendapatkan perawatan yang lebih awal dan tepat akan mengurangi risiko komplikasi dan meningkatkan kualitas hidupnya.

Itulah beberapa hal yang perlu diketahui mengenai gangguan bipolar dan autisme. Memang, beberapa kasus autisme berhubungan dengan gangguan bipolar. Namun, ini mesti dipastikan dengan pemeriksaan oleh profesional. 

Memiliki gangguan kesehatan mental bukanlah aib atau label buruk kegagalan mengontrol diri, sehingga stigma pada orang dengan gangguan bipolar, autisme, atau gangguan lainnya mesti disikapi dengan bijak.

Baca Juga: Kamu Penderita Bipolar? Jangan Putus Asa, Ini 7 Cara Mengatasinya

Nur Ayu Fitriani Photo Writer Nur Ayu Fitriani

Maternal and Child Health Educator

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya