Katanya Tes Swab COVID-19 Bisa Merusak Otak, Benarkah Demikian?

Jangan asal percaya, cek kebenarannya

Baru-baru ini pengguna media sosial dihebohkan dengan berita tentang tes swab COVID-19 yang kabarnya dapat menyebabkan luka pada penghalang darah-otak atau sawar darah-otak (blood-brain barrier atau hematoencephalic barrier).

Melansir News 18 Buzz, kabar tersebut mulai menyebar setelah laporan yang diterbitkan dalam jurnal medis JAMA Otolaryngology–Head & Neck Surgery tentang seorang perempuan di Iowa, Amerika Serikat (AS) yang mengalami luka pada otaknya setelah melakukan swab test untuk COVID-19, membuat cairan bocor dari hidungnya.

Klaim tersebut perlu diluruskan. Public Health England telah membantahnya, yang mengatakan bahwa secara anatomis tidak mungkin swab hidung yang digunakan dalam tes COVID-19 mencapai sawar darah-otak. Berikut ini fakta-faktanya.

1. Apa yang terjadi pada pasien perempuan tersebut?

Katanya Tes Swab COVID-19 Bisa Merusak Otak, Benarkah Demikian?pixabay.com/Vesna Harni

Pasien berusia 40-an tersebut memiliki kondisi langka yang tak terdiagnosis dan tes swab yang diterimanya mungkin dilakukan secara tidak benar, serangkaian kejadian yang tidak mungkin yang berarti risiko dari tes swab tetap sangat rendah.

Kasus pasien tersebut menunjukkan bahwa tenaga kesehatan harus ekstra hati-hati dalam melaksanakan protokol pengujian dengan cermat, ujar Jarrett Walsh, penulis senior laporan yang diterbitkan di JAMA Otolaryngology–Head & Neck Surgery, kepada AFP.

Orang-orang yang pernah menjalani operasi sinus atau dasar tengkorak yang ekstensif harus mempertimbangkan untuk meminta tes swab oral jika tersedia.

Dijelaskan juga bahwa pasien tersebut telah menjalani tes swab sebelumnya sebelum melakukan operasi hernia elektif, dan kemudian terlihat cairan bening keluar dari satu sisi hidungnya. Pasien itu pun mengalami sakit kepala, muntah, leher kaku, dan sensitivitas terhadap cahaya. 

"Sebelumnya dia pernah di-swab untuk prosedur lain, sisi yang sama, tidak ada masalah sama sekali. Dia merasa mungkin swab kedua tidak menggunakan teknik terbaik, dan alat swab dimasukkan terlalu tinggi," katanya.

Faktanya, pasien itu telah dirawat bertahun-tahun sebelumnya karena hipertensi intrakranial, yang artinya tekanan dari cairan serebrospinal yang melindungi dan menyehatkan otak terlalu tinggi.

Dokter pada waktu itu menggunakan alat ventriculoperitoneal shunt untuk mengalirkan kelebihan cairan dan kondisi pasien tersebut teratasi. Namun, kemudian pasien tersebut mengembangkan kondisi encephalocele, atau cacat di dasar tengkorak yang membuat lapisan otak menonjol ke hidung dan rentan pecah.

Kondisi tersebut luput dari perhatian hingga hasil pemindaian pasien tersebut dilihat oleh tim dokter barunya, yang melakukan operasi untuk mengatasi kecacatan tersebut pada Juli 2020. Pasien tersebut dilaporkan sudah pulih.

Jarrett mengatakan bahwa gejala yang dialami pasien tersebut adalah akibat iritasi pada selaput otak. Bila kondisinya tersebut tidak ditangani, pasien tersebut dapat mengembangkan infeksi otak yang berpotensi mengancam nyawa dari bakteri yang menyebar dari hidung.

2. Pahami anatomi otak

Katanya Tes Swab COVID-19 Bisa Merusak Otak, Benarkah Demikian?pixabay.com/VSRao

Sebelum membahas tentang tes swab yang disebut-sebut dapat melukai otak, kamu perlu memahami anatomi otak terlebih dulu.

Melansir BBC, secara anatomi, otak mempunyai banyak lapisan perlindungan. Lapisan utama dan yang paling jelas adalah tengkorak. Selanjutnya, otak terbungkus oleh membran pelindung dan cairan.

Nah, sawar darah-otak adalah lapisan sel berbentuk padat yang menghentikan molekul beredar dalam darah agar tidak masuk ke otak, tetapi tetap memungkinkan masuknya oksigen dan nutrisi sebagai makanan otak.

Baca Juga: Studi: Pasien COVID-19 Alami Penuaan Otak hingga 10 Tahun Lebih Cepat

3. Selanjutnya, pahami prosedur tes swab COVID-19

Katanya Tes Swab COVID-19 Bisa Merusak Otak, Benarkah Demikian?unsplash.com/Mufid Majnun

Melansir FactCheck.org, bentuk tes deteksi COVID-19 yang paling disarankan adalah tes swab (hidung atau tenggorokan) atau tes PCR. Tes ini menjangkau ke bagian belakang hidung dan mulut seseorang untuk mengumpulkan sel dan cairan dari sistem pernapasan bagian atas, yang kemudian diperiksa dengan tes diagnostik untuk mengetahui keberadaan virus corona strain SARS-CoV-2, penyebab COVID-19.

Prosedur pengujian dengan cara memasukkan kapas sepanjang 6 inci ke dalam rongga antara hidung dan mulut selama 15 detik dan memutarnya beberapa kali untuk mengumpulkan cairan dari sistem pernapasan. Swab kemudian diulangi di sisi yang lain. Kemudian, hasil swab tersebut dimasukkan ke dalam wadah dan dikirim ke laboratorium untuk diuji.

4. Swab hidung untuk tes COVID-19 tidak dapat merusak otak

Katanya Tes Swab COVID-19 Bisa Merusak Otak, Benarkah Demikian?pixabay.com/wixin_56k

Anggapan bahwa tes swab COVID-19 dapat mencapai sawar darah-otak melalui usapan di hidung merupakan kesalahpahaman yang perlu diluruskan.

Jika melihat anatomi otak yang sudah dijelaskan sebelumnya, tidak mungkin alat swab dapat menembus sawar darah-otak. Untuk masuk ke otak, alat tersebut harus menembus beberapa lapisan jaringan dan mengebor tulang terlebih dulu, baru bisa masuk ke dalam pembuluh darah, sehingga bisa mencapai sawar darah-otak.

5. Klaim Public Health England bantah tes swab COVID-19 dapat merusak otak

Katanya Tes Swab COVID-19 Bisa Merusak Otak, Benarkah Demikian?pixabay.com/DarkoStojanovic

Melansir Reuters, seorang juru bicara Public Health England mengatakan bahwa secara anatomis tidak mungkin bagi alat swab yang dipakai untuk mengambil sampel menembus sawar darah-otak.

“Tidak ada titik di saluran pernapasan atau rongga hidung di mana otak dapat diakses oleh stik ini, sehingga tidak mungkin menyentuh otak dengan stik kapas tanpa mengebor melalui pelat cribriform," mengutip Reuters.

Pelat cribriform merupakan atap dari rongga hidung. Swab hidung yang dilakukan tidak menyentuh pelat cribriform. Sebagai gantinya, stik swab ini dimasukkan sejajar dengan dasar hidung untuk mengambil sampel dari nasofaring, yang ditemukan di antara dasar tengkorak dan langit-langit lunak. Jika dilakukan dengan benar, swab hidung ini seharusnya tidak menimbulkan sakit yang berlebihan.

Itulah penjelasan tentang kabar yang mengatakan bahwa tes swab untuk COVID-19 dapat merusak otak. Memang tes swab menyebabkan ketidaknyamanan. Namun, tes ini adalah tes yang tingkat akurasinya paling tinggi, sehingga kamu tak perlu khawatir berlebihan.

Pemerintah melalui Satuan Tugas Penanganan COVID-19, menggelar kampanye 3M: gunakan Masker, Menghindari kerumunan atau jaga jarak fisik, dan rajin Mencuci tangan dengan sabun dan air yang mengalir. Jika protokol kesehatan ini dilakukan dengan disiplin, diharapkan dapat memutus mata rantai penularan virus. Menjalankan gaya hidup 3M, akan melindungi diri sendiri dan orang di sekitar kita. Ikuti informasi penting dan terkini soal COVID-19 di situs covid19.go.id dan IDN Times.

Baca Juga: Memakai Obat Kumur Bisa Cegah COVID-19? Ini Penjelasan Ilmiahnya!

Nurul Hidayati Photo Writer Nurul Hidayati

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya