Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Jantung Berhenti Berdetak?

Peluang hidup tergantung kecepatan penanganannya

Jantung terus bekerja sepanjang hidup dan tidak pernah berhenti untuk beristirahat. Jantung memompa sekitar 2,5 miliar kali dalam rata-rata usia manusia, atau sekitar 100.000 kali sehari dan 35 juta kali setahun. Selama rata-rata seumur hidup, jantung manusia akan berdetak lebih dari 2,5 miliar kali, mengutip laman PBS. Tentu, saat akhir hidup, jantung akan berhenti berdetak.

Akan tetapi, terkadang, entah karena cedera, kerusakan, atau penyakit, jantung berhenti memompa darah secara normal dan perlu dihidupkan kembali untuk memulihkannya.

Ketika jantung tiba-tiba berhenti memompa darah, ini disebut sebagai henti jantung mendadak. Penyebabnya beragam, mulai dari aritmia (gangguan irama jantung) dan/atau kelainan yang ada saat lahir, serta pembesaran jantung, masalah katup jantung, dan penyakit jantung. Hampir tenggelam, sengatan listrik, penggunaan narkoba, hipotermia, serta kecelakaan dan cedera lainnya juga dapat menyebabkan jantung berhenti berdetak.

Henti jantung mendadak sering mengakibatkan kematian. Namun, peluang bertahap hidup meningkat jika orang-orang sekitar segera bertindak cepat. Menurut studi, sekitar 12 persen orang yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit bisa bertahan hidup, demikian pula 25 persen dari mereka yang mengalami henti jantung di rumah sakit.

Inilah yang terjadi pada tubuh saat jantung berhenti berdetak.

1. Hilang kesadaran

Saat jantung berhenti berdetak atau memompa darah, kamu akan kehilangan kesadaran dan jatuh. Dilansir The Healthy, banyak orang yang mengalami henti jantung mengatakan bahwa mereka tidak memiliki gejala sama sekali sebelum pingsan.

Beberapa orang mungkin melaporkan pusing, lelah, kedinginan, atau lemah tepat sebelum pingsan. Orang yang melihatnya mungkin melihat mata orang yang mengalami henti jantung berputar ke belakang dan/atau menyaksikan kejang.

Jantung bertugas memompa darah ke seluruh bagian tubuh termasuk otak, dan saat otak tidak mendapat darah, kamu bisa kejang atau pingsan. Sel pertama yang mati selama henti jantung adalah sel otak.

2. Alat pacu jantung alami tidak berfungsi

Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Jantung Berhenti Berdetak?ilustrasi jantung (unsplash.com/Robina Weermeijer)

Simpul sinus, yang terletak di ruang kanan atas jantung, adalah kelompok sel khusus yang menghasilkan impuls listrik melalui jantung. Kumpulan sel ini berfungsi sebagai alat pacu jantung alami, yang menghasilkan sinyal listrik yang memberi tahu otot kapan harus berkontraksi.

Biasanya, bilik atas jantung berkontraksi terlebih dahulu, kemudian bilik bawah, yang menghasilkan "lub-dub" (suara penutupan katup mitral dan trikuspid) detak jantung. Bagian "dub" dari detak jantung adalah suara katup jantung yang menutup setelah ruang otot jantung bagian bawah, ventrikel, mendorong darah ke tempat yang seharusnya masuk ke dalam tubuh.

Ketika sel terganggu, aritmia terjadi. Terdapat jenis aritmia yang mengganggu pekerjaan memompa darah dan menjaga sirkulasi. Dengan henti jantung, jantung berhenti berdetak karena gangguan kelistrikan ini.

3. Jantung mungkin bergetar, tetapi tidak memompa darah

Ritme abnormal yang dapat menyebabkan jantung memompa darah secara tidak normal, termasuk takikardia ventrikel, yang ditandai dengan detak jantung yang lebih cepat (di atas 100 detak per menit). Dalam hal ini, bilik jantung bagian bawah tidak sinkron dengan bilik atas jantung. Gejalanya termasuk jantung berdebar kencang atau jantung berdebar-debar, sesak napas, pingsan, kelelahan, dan pusing.

Brakikardia adalah detak jantung yang melambat di bawah 60 detak per menit. Detak jantung normal adalah 60 hingga 100 detak per menit. Gejalanya meliputi pusing, pingsan, sesak napas, atau kebingungan karena jantung tidak memompa cukup darah ke otak.

Tak satu pun dari aritmia ini yang mengancam jiwa, tetapi tetap perlu diperiksa. Ada juga jenis takikardia dan aritmia lain yang kurang serius, dan aritmia dapat diobati dengan pengobatan dan operasi.

Namun, dalam beberapa kasus, kondisi dapat berkembang menjadi aritmia ventrikel yang berpotensi mematikan yang berhubungan dengan henti jantung—fibrilasi ventrikel. Ini adalah ritme yang cepat dan kacau saat jantung bergetar dengan kontraksi yang tidak terkoordinasi, membuat sirkulasi terhenti.

Saat itu terjadi, kamu akan memerlukan defibrilator (alat kejut jantung) untuk mengatur ulang ritme alaminya.

Baca Juga: Mengapa Henti Jantung Bisa Terjadi di Kamar Mandi?

4. Jantung akan berhenti berdetak

Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Jantung Berhenti Berdetak?ilustrasi jantung manusia (unsplash.com/jesse orrico)

Denyut nadi atau detak jantung adalah frekuensi jantung berdetak dalam satu menit. Kamu bisa dengan gampang mengukurnya dengan meletakkan dua jari di bagian tubuh mana pun kamu bisa merasakan detak jantung, seperti sisi leher, pergelangan tangan, atau di dalam siku. Lakukan saja selama 60 detik dan hitung denyutnya. Jangan menggunakan jempol karena jari ini memiliki denyutnya sendiri.

Untuk memeriksa denyut nadi seseorang, letakkan jari telunjuk dan jari tengah di bagian dalam pergelangan tangan, tepat di bawah ibu jari. Tekan dengan lembut dan hitung jumlah denyut dalam 30 detik. Gandakan untuk detak jantung—jadi 30 detak dalam 30 detik berarti orang tersebut memiliki detak jantung 60 detak per menit.

Saat seseorang mengalami henti jantung, denyut nadi lemah atau tidak ada sama sekali karena jantung tidak lagi berdetak. Ini adalah salah satu cara tercepat untuk mengetahui apakah seseorang yang tidak sadar membutuhkan resusitasi jantung paru (RJP).

5. Resusitasi jantung paru diperlukan

Siapa pun yang mengalami henti jantung butuh kejutan pada jantung untuk bertahan hidup. RJP bisa membuat seseorang tetap hidup sampai kejut jantung dilakukan. Ini merupakan kondisi hidup atau mati. Tanpa RJP, seseorang yang mengalami henti jantung akan meninggal dalam beberapa menit.

Kalau ada orang yang pingsan di dekatmu, cobalah membangunkannya. Jika orang tersebut tidak bangun, cek denyut nadinya. Kalau tidak ada denyut nadi, segera mulai RJP atau kompresi dada dan hubungi ambulans atau bantuan medis darurat. 

RJP manual menggerakkan darah ke seluruh tubuh dan merupakan cara terbaik untuk bertahan hidup. Cara melakukan RJP bisa kamu baca di sini.

Menurut American Heart Association, sebanyak 90 persen orang yang mengalami henti jantung di luar rumah sakit meninggal dunia. Namun, jika RJP segera dilakukan dalam beberapa menit pertama, ini dapat melipatgandakan peluang bertahan hidup.

Henti jantung juga dapat terjadi di rumah sakit. Tingkat kelangsungan hidup meningkat untuk orang yang mengalami henti jantung saat berada di rumah sakit, tetapi sayangnya jika itu terjadi pada malam hari atau pada akhir pekan, seseorang cenderung tidak dapat bertahap hidup (Journal of American College of Cardiology, 2018).

6. Perlu defibrilator

Apa yang Terjadi pada Tubuh saat Jantung Berhenti Berdetak?ilustrasi automatic external defibrillator atau AED (unsplash.com/P. L.)

Defibrilator eksternal otomatis (AED) tersedia di beberapa tempat umum seperti sekolah, perkantoran, bandara, hotel, gedung apartemen, pusat kebugaran, dan lain-lain. Alat tersebut dirancang untuk digunakan siapa saja dan ini bisa menyelamatkan nyawa. 

Defibrilator dapat langsung menganalisis irama jantung untuk menentukan apakah jantung "dapat dikejutkan". Defibrilasi harus dimulai sesegera mungkin setelah RJP. Perawatan lebih lanjut mungkin diperlukan setelah irama abnormal dipulihkan agar tidak kembali lagi.

Jika tidak berhasil, beberapa orang dapat ditempatkan di mesin RJP otomatis dan dipindahkan ke rumah sakit dan segera ditempatkan di mesin bypass jantung-paru. Ini dikenal sebagai resusitasi kardiopulmoner ekstrakorporeal (ECPR), dan ini memungkinkan ahli jantung intervensi untuk mencari penyebab henti jantung yang reversibel.

7. Diagnosis dibutuhkan

Asystole adalah ritme penyebab henti jantung ketika tidak ada aktivitas listrik yang terlihat pada monitor elektrokardiogram (EKG). Pulseless Electrical Activity (PEA) terjadi ketika EKG menunjukkan irama jantung yang seharusnya menghasilkan denyut namun tidak.

Pada dasarnya, kematian jantung mendadak diakibatkan oleh aritmia secara tidak langsung atau langsung. Penyakit jantung dapat menyebabkan serangan jantung, yang dapat menyebabkan aritmia.

Itulah yang terjadi jika jantung berhenti berdetak. Kelangsungan hidup tergantung pada penyebabnya dan kecepatan penanganannya. Mengetahui langkah-langkah RJP dan bertindak cepat untuk memanggil ambulans dan menggunakan AED (jika tersedia) memberi peluang terbaik untuk bertahan hidup dalam menghadapi henti jantung.

Baca Juga: 6 Tanda Kamu Berisiko Mengalami Henti Jantung

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya