Apakah Mulut Kering Bisa Menjadi Gejala COVID-19?

Mulut kering tiba-tiba, COVID-19 mungkin patut dicurigai

Sejak pertama kali dilaporkan pada akhir tahun 2019, para peneliti di seluruh dunia masih terus mencoba memahami berbagai gejala akibat infeksi virus corona SARS-CoV-2 penyebab COVID-19. Nah, salah satu gejala yang cukup banyak dilaporkan adalah mulut kering atau xerostomia.

Sebanyak 40 persen pasien dengan COVID-19 mungkin mengalami gejala mulut kering selama atau setelah sakit, menurut sebuah penelitian dalam Journal of Dental Research yang terbit pada 29 Juli 2021 lalu. Beberapa orang mungkin bisa mengembangkan mulut kering bahkan sebelum gejala COVID-19 lainnya muncul.

1. Apa itu mulut kering atau xerostomia?

Apakah Mulut Kering Bisa Menjadi Gejala COVID-19?ilustrasi mulut kering atau xerostomia (toothfairydentistry.ca)

Mulut kering adalah gejala yang menyebabkan berkurangnya saliva atau air liur. Seseorang dengan mulut kering tidak memiliki air liur yang cukup untuk menjaga mulutnya tetap basah.

Kondisi ini menyebabkan masalah saat menelan, berbicara, dan makan. Sebagai tambahan, air liur punya fungsi dalam melindungi mulut dan gigi. Bila produksinya kurang, seseorang bisa mengembangkan gigi berlubang dan/atau infeksi mulut, termasuk infeksi jamur atau seriawan.

Mengutip Mayo Clinic, gejala dari mulut kering karena tidak cukupnya produksi air liur antara lain:

  • Kekeringan atau rasa lengket di mulut
  • Air liur yang tampak kental dan berserabut
  • Bau mulut
  • Kesulitan dalam mengunyah, berbicara, dan menelan
  • Tenggorokan kering atau sakit dan suara serak
  • Lidah kering atau berlekuk
  • Perubahan indra pengecap
  • Masalah saat memakai gigi palsu
  • Sebagai tambahan, mulut kering mungkin dapat mengakibatkan lipstik menempel di gigi

2. Bagaimana COVID-19 memengaruhi mulut dan air liur?

Apakah Mulut Kering Bisa Menjadi Gejala COVID-19?Ilustrasi virus SARS-CoV-2 (IDN Times/Aditya Pradana)

Sebuah laporan berjudul "SARS-CoV-2 infection of the oral cavity and saliva" dalam jurnal Nature Medicine yang terbit pada 25 Maret 2021 lalu mencoba menerangkan bagaimana COVID-19 memengaruhi mulut dan air liur.

Tim peneliti dari Wellcome Sanger Institute, Inggris, dan organisasi lain di Amerika Serikat dan Inggris mengidentifikasi reseptor enzim pengubah angiotensin 2 (reseptor ACE2) dalam sel-sel kelenjar ludah dan jaringan yang melapisi mulut. Ini adalah protein yang dikunci oleh SARS-CoV-2. 

Para peneliti juga menemukan kalau virus dapat berkembang biak di sel-sel kelenjar ludah. Mereka mengekspos saliva dari delapan orang dengan COVID-19 tanpa gejala ke sel-sel sehat yang ditumbuhkan dalam medium. Eksperimen ini menyebabkan infeksi pada sel-sel sehat.

Para peneliti juga mengumpulkan air liur dari kelompok terpisah, yang terdiri dari 35 sukarelawan dengan COVID-19 ringan atau tanpa gejala. Orang-orang yang bergejala dengan tingkat virus yang lebih tinggi dalam air liur mereka lebih mungkin melaporkan kehilangan rasa dan penciuman, dibanding mereka yang memiliki tingkat virus yang lebih rendah dalam air liurnya. Ini menunjukkan bahwa infeksi mulut mungkin mendasari gejala oral COVID-19.

Secara keseluruhan, kata para peneliti, temuan penelitian menunjukkan bahwa mulut, melalui sel-sel mulut yang terinfeksi, memainkan peran yang lebih besar dalam infeksi SARS-CoV-2 daripada yang diperkirakan sebelumnya.

“Ketika air liur yang terinfeksi tertelan atau partikel kecilnya terhirup, kami pikir itu berpotensi menularkan SARS-CoV-2 lebih jauh ke tenggorokan, paru-paru, atau bahkan usus kita,” kata Kevin M. Byrd, salah satu peneliti, mengutip UNC News.

Penelitian lebih lanjut akan diperlukan untuk mengonfirmasi temuan pada kelompok orang yang lebih besar dan untuk menentukan sifat pasti dari keterlibatan mulut dalam infeksi dan penularan SARS-CoV-2 di dalam dan di luar tubuh.

Baca Juga: Studi: Obat Hipertensi Berpotensi Lawan Gejala COVID-19 Berat

3. Bukti lainnya

Apakah Mulut Kering Bisa Menjadi Gejala COVID-19?ilustrasi mulut kering atau xerostomia (britedentalgroup.com.au)

Selain penelitian yang dijelaskan di atas, ada pula penelitian lain berjudul "Xerostomia (dry mouth) in patients with COVID-19: a case series" dalam jurnal Future Virology yang terbit pada 6 April lalu, yang menemukan bahwa mulut kering mungkin salah satu gejala pertama COVID-19.

Dilaporkan bahwa 60 persen orang yang positif COVID-19 melaporkan mulut kering 3-4 hari sebelum gejala COVID-19 lainnya muncul, sementara yang lainnya melaporkan mulut kering terjadi 1-2 hari setelah gejala awal muncul atau gejala lainnya. Dilaporkan juga kalau mulut kering cenderung membaik dengan pengobatan COVID-19.

Kesimpulan dari penelitian ini adalah, mulut kering dapat terjadi sebelum gejala umum COVID-19 muncul. Maka dari itu, tim peneliti menganggap temuan bisa digunakan untuk diagnosis, karantina, dan pengobatan dini, sehingga penularan penyakit dapat dicegah dan hasil pengobatan terbaik bisa dicapai.

4. Penyebab mulut kering lainnya

Apakah Mulut Kering Bisa Menjadi Gejala COVID-19?ilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Tentu saja ada banyak penyebab potensial lain dari mulut kering selain COVID-19. Dilansir Medical News Today, inilah beberapa kemungkinan penyebabnya:

  • Obat-obatan: banyak obat resep dan obat-obatan yang dijual bebas dapat menyebabkan mulut kering, termasuk antihistamin, dekongestan, obat darah tinggi, obat diare, relaksan otot, obat kontinensia urine, beberapa obat-obatan untuk penyakit Parkinson, serta beberapa antidepresan.
  • Usia: walaupun mulut kering bukanlah bagian alami dari penuaan, tetapi kelompok dewasa yang lebih tua cenderung mengonsumsi lebih banyak obat-obatan dibanding populasi lainnya. Banyak dari obat-obatan tersebut yang memiliki efek mulut kering.
  • Terapi kanker: radioterapi di kepala dan leher dapat menyebabkan kerusakan kelenjar ludah, mengakibatkan berkurangnya produksi air liur. Kemoterapi dari mengubah sifat air liur serta produksinya.
  • Cedera atau pembedahan: ini dapat menyebabkan kerusakan saraf di area kepala dan leher yang dapat mengakibatkan mulut kering.
  • Tembakau: mengunyah atau mengisap tembakau meningkatkan risiko gejala mulut kering.
  • Dehidrasi: ini disebabkan oleh kekurangan cairan.
  • Berolahraga atau beraktivitas fisik di lingkungan panas: kelenjar ludah mungkin bisa kering karena cairan tubuh terkonsentrasi di bagian tubuh lain. Gejala mulut kering lebih mungkin terjadi jika aktivitas fisik berlanjut untuk waktu yang lama.

Beberapa kondisi kesehatan, penyakit, dan kebiasaan juga dapat menyebabkan mulut kering, seperti:

  • Gangguan kecemasan
  • Depresi
  • HIV/AIDS
  • Penyakit Parkinson
  • Diabetes yang tidak dikelola dengan baik
  • Sindrom Sjögren
  • Tidur dengan kondisi mulut yang terbuka
  • Mendengkur
  • Stroke dan penyakit Alzheimer, meskipun ini lebih cenderung menyebabkan persepsi mulut kering bahkan ketika kelenjar ludah berfungsi dengan baik

Itulah penjelasan hubungan antara gejala mulut kering dengan COVID-19. Bila kamu mengalami mulut kering, tak perlu langsung panik karena penyebab kondisi ini ada banyak sekali. Akan tetapi, bila disertai gejala umum COVID-19 (demam, batuk terus-terusan, dan kehilangan kemampuan indra pencium atau perasa), baiknya lakukan pemeriksaan ke dokter dan memastikannya dengan tes PCR.

Baca Juga: Studi: Varian Delta Menular 2 Hari Sebelum Gejala

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya