Digital Sclerosis, Kondisi Kulit yang Kerap Dialami Pasien Diabetes

Lebih mungkin dialami oleh pasien diabetes tipe 1

Pasien dengan diabetes berisiko lebih tinggi untuk mengalami komplikasi kulit akibat gangguan metabolisme yang terjadi pada kondisi ini.

Digital sclerosis atau sklerosis digital adalah kondisi saat kulit di jari kaki, jari tangan, dan tangan menjadi tebal, berlilin, dan kencang. Kekakuan sendi jari juga dapat terjadi. Jarang, lutut, pergelangan kaki, atau siku juga bisa menjadi kaku.

Menurut American Diabetes Association, digital sclerosis dialami oleh sekitar sepertiga orang dengan diabetes tipe 1. 

Digital sclerosis tidak sama dengan dermopati diabetik, suatu kondisi kulit yang menyebabkan lesi kulit hiperpigmentasi kecil dan bulat berkembang di tulang kering. Namun, kedua kondisi kulit tersebut berkembang sebagai komplikasi diabetes jangka panjang.

1. Gejala

Digital sclerosis yang terjadi pada pasien diabetes ditandai dengan penebalan dan pengencangan kulit jari yang tampak seperti lilin. Sering kali ini tidak menimbulkan rasa sakit, tetapi dapat menyebabkan penurunan sensasi pada jari.

Digital sclerosis berkembang perlahan seiring waktu secara simetris, memengaruhi kedua tangan, terutama di bagian belakang jari. Ini juga dapat berkembang ke tangan, lengan, dan tubuh, mengutip buku Skin Manifestations of Diabetes Mellitus.

Diabetic cheiroarthropathy

Digital sclerosis juga sering terjadi bersamaan dengan diabetic cheiroarthropathy, biasa disebut sindrom tangan kaku diabetik, yang mana pengerasan jaringan tubuh juga memengaruhi sendi dan jari tangan.

Pada diabetic cheiroarthropathy, kekakuan sendi yang meningkat membatasi mobilitas jari, membuatnya sulit atau tidak mungkin untuk sepenuhnya menekuk dan menjulurkan jari.

Kontraktur Dupuytren

Pada digital sclerosis stadium lanjut, kontraktur tendon fleksor jari dapat terjadi. Ketika ini terjadi, pasien diabetes akan menunjukkan "tanda berdoa", yaitu ketidakmampuan untuk menyatukan kedua telapak tangan sepenuhnya karena kulit dan tendon tangan dan jari menjadi kaku.

Kontraktur Dupuytren berkembang ketika ada penebalan, pengerasan, dan pemendekan fasia palmar, jaringan ikat telapak tangan yang menutupi tendon jari, sehingga tampak mengencang. Ini mengurangi kemampuan seseorang untuk memanjangkan satu jari atau lebih, paling sering jari manis. Namun, jari telunjuk, tengah, dan kelingking juga bisa terdampak.

Trigger finger

Sklerosis (penebalan dan pengerasan) selubung tendon yang mengelilingi tendon jari juga dapat terjadi. Tenosynovitis fleksor, biasa disebut trigger finger, adalah komplikasi lain yang terjadi seiring perkembangan diabetes. Ini menyebabkan pengencangan salah satu jari ke posisi bengkok.

Orang dengan trigger finger akan melaporkan merasakan sensasi menangkap atau mengunci di tendon jari dengan gerakan, dan benjolan yang teraba di telapak tangan dan jari dapat dirasakan.

2. Penyebab

Digital Sclerosis, Kondisi Kulit yang Kerap Dialami Pasien Diabetesilustrasi digital sclerosis (pexels.com/Godisable Jacob)

Digital sclerosis diperkirakan terjadi karena berbagai faktor berbeda. Sementara penyebab pastinya tidak diketahui, kerusakan pembuluh darah dan saraf yang umumnya terjadi pada diabetes dapat menyebabkan pengerasan dan penebalan kulit tangan dan jari.

Kerusakan tersebut mengakibatkan kekurangan pasokan oksigen dan nutrisi yang cukup dalam jaringan. Kerusakan saraf dan pembuluh darah terjadi pada diabetes akibat efek peradangan yang menyebabkan peningkatan kadar gula darah di seluruh tubuh.

Glikosilasi, suatu proses saat molekul gula berlebih dari aliran darah terikat pada molekul protein, termasuk kolagen yang membentuk kulit dan persendian, juga menyebabkan pengerasan kulit, tendon, dan persendian jari.

Baca Juga: 14 Tanda atau Gejala Diabetes pada Kulit, Cek Kulitmu Sekarang!

3. Faktor risiko

Digital sclerosis dan komplikasi terkait seperti diabetic cheiroarthropathy, kontraktur Dupuytren, dan trigger finger meningkat dengan durasi diabetes yang lebih lama.

Digital sclerosis dan kondisi lain yang menyebabkan pengerasan jaringan ikat lebih mungkin terjadi pada orang dengan riwayat diabetes tipe 1 yang lama, tetapi juga dapat terjadi pada pasien diabetes tipe. Tidak ada perbedaan risiko yang signifikan antara perempuan dan laki-laki atau di antara kelompok etnis yang berbeda.

Memiliki digital sclerosis meningkatkan risiko mengembangkan risiko retinopati diabetik dan nefropati pada orang-orang dengan diabetes tipe 1.

Pada pasien diabetes tipe 1

Diabetes tipe 1 adalah suatu kondisi yang berkembang karena sel beta pankreas tidak dapat memproduksi insulin. Tanpa tingkat insulin yang cukup, kelebihan gula darah tidak dapat diangkut keluar dari aliran darah dan masuk ke dalam sel untuk digunakan sebagai energi. Hal ini menyebabkan peningkatan gula darah secara kronis.

Orang dengan diabetes tipe 1 lebih mungkin mengembangkan digital sclerosis dibandingkan dengan diabetes tipe 2, terutama karena orang dengan diabetes tipe 1 biasanya memiliki riwayat penyakit yang lebih lama.

Pada pasien diabetes tipe 2

Sementara digital sclerosis terutama terjadi pada orang dengan diabetes tipe 1, kondisi ini juga bisa dialami oleh pasien diabetes tipe 2 dengan riwayat kondisi yang lama serta kontrol gula darah yang buruk.

Diabetes tipe 2 terjadi akibat peningkatan kadar gula darah secara kronis ketika tubuh menjadi kebal terhadap insulin, yang berarti tubuh berhenti mengaktifkan pelepasan insulin untuk menghilangkan kelebihan gula dari darah, meskipun sel beta dapat membuat insulin.

Diabetes tipe 2 diakibatkan oleh berbagai faktor, tetapi pola makan tinggi gula dan karbohidrat olahan serta gaya hidup yang tidak aktif dengan minim olahraga berkontribusi paling besar terhadap gula darah tinggi untuk jangka waktu yang lama, hingga tubuh tidak lagi melepaskan insulin karena karena keadaan gula darah tinggi ini dianggap "normal baru". Membuat pilihan diet yang lebih baik dan berolahraga secara teratur dapat membantu menurunkan risiko dan keparahan diabetes tipe 2.

4. Pengobatan

Digital Sclerosis, Kondisi Kulit yang Kerap Dialami Pasien Diabetesilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Berikut ini sejumlah pengobatan untuk digital sclerosis:

  • Kontrol kadar gula darah dengan baik

Pengobatan digital sclerosis terbatas. Tidak ada bukti opsi perawatan untuk menyembuhkan digital sclerosis atau membalikkan gejala, tetapi cara paling efektif untuk mencegah kondisi ini dan mencegah perburukan kondisi serta komplikasi terkait adalah dengan meningkatkan kontrol gula darah.

  • Terapi fisik

Terapi fisik bisa membantu meningkatkan rentang gerak sendi jari untuk mengurangi kontraktur dan mempertahankan mobilitas sendi.

Suntikan kortikosteroid ke tangan dapat digunakan untuk mengurangi sesak dan peradangan dengan kontraktur Dupuytren atau trigger finger.

Dalam kasus yang parah, operasi mungkin diperlukan untuk melepaskan tendon yang mengencang dan jaringan ikat telapak tangan untuk mengembalikan fungsi tangan dan jari yang berfungsi (Clinical Diabetes, 2001).

Meskipun tidak ada obat untuk digital sclerosis, kamu bisa belajar mengatasi kondisi ini dengan meregangkan tangan dan jari secara teratur untuk mencegah kulit dan tendon menjadi lebih kaku dan kencang.

Latihan tangan dan jari untuk melatih kekuatan cengkeraman dan meningkatkan mobilitas jari sangat membantu untuk mencegah memburuknya digital sclerosis. Digital sclerosis biasanya tidak menimbulkan rasa sakit, sehingga perawatan manajemen nyeri sering kali tidak diperlukan.

Digital sclerosis adalah komplikasi diabetes jangka panjang yang sering terjadi ketika gula darah tidak dikelola secara efektif. Meskipun tidak ada obatnya, tetapi pemantauan kadar gula darah secara teratur dan menjaganya tetap stabil melalui pemberian insulin, obat-obatan, atau perubahan gaya hidup seperti diet dan rutin olahraga dapat membantu mengurangi risiko digital sclerosis dan komplikasi diabetes jangka panjang lainnya.

Baca Juga: Benarkah Diabetes Tipe 2 Bersifat Reversibel?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya