22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninya

Sebagian besar hilang setelah kemoterapi selesai

Intinya Sih...

  • Sebagian besar efek samping kemoterapi hilang setelah pengobatan selesai. Namun, beberapa efek samping berlanjut atau kembali, atau berkembang nanti.
  • Kemoterapi dapat melemahkan sistem kekebalan tubuh, meningkatkan risiko infeksi.
  • Kemoterapi dapat menyebabkan kerontokan rambut yang mungkin berlanjut hingga selesai, tetapi rambut akan tumbuh kembali setelah itu.
  • Kemoterapi bisa menyebabkan luka mulut dan tenggorokan.

Kemoterapi adalah salah satu pengobatan kanker. Seperti pengobatan kanker lainnya, kemoterapi sering menimbulkan efek samping.

Penting untuk tahu daftar kemungkinan efek samping dari kemoterapi sehingga kamu tahu apa yang harus diwaspadai, lalu diskusikan dengan tim perawatan kanker untuk mencegah dan meredakannya.

Efek samping kemoterapi bisa berbeda-beda pada setiap orang, tergantung jenis kanker, obat-obatan dan dosis, serta kondisi kesehatan secara umum. 

Kemoterapi bekerja dengan cara merusak sel-sel yang membelah. Sel kanker membelah jauh lebih sering daripada kebanyakan sel normal.

Kemoterapi merusak sel kanker dan dapat menghancurkannya. Akan tetapi, beberapa jenis sel normal sangat sering membelah. Ini terjadi pada jaringan yang membutuhkan suplai sel baru yang stabil, seperti kulit, rambut, dan kuku. Kemoterapi juga dapat merusak sel-sel ini, dan ini menimbulkan efek samping. Akan tetapi, jaringan normal yang rusak dapat memperbaiki diri dan pulih kembali.

Kalau kamu atau orang terdekat akan menjalani kemoterapi, inilah daftar kemungkinan efek samping kemoterapi yang bisa terjadi sehingga kamu bisa mewaspadainya dan lebih siap.

1. Peningkatan risiko infeksi

Menurut American Cancer Society, kanker dan pengobatannya bisa melemahkan sistem kekebalan tubuh.

Karena kemoterapi membunuh sel-sel kekebalan yang sehat, ini bikin kamu lebih rentan terhadap infeksi. Karena sistem kekebalan melemah, infeksi apa pun dapat bertahan lebih lama dari biasanya.

Makan banyak buah dan sayuran segar, sering mencuci tangan, menghindari siapa pun dengan penyakit menular, serta segera mencari perawatan medis untuk tanda-tanda infeksi dapat mengurangi risiko penyakit serius.

2. Rambut rontok

Kemoterapi bisa merusak folikel rambut. Akibatnya, rambut melemah, rapuh, dan rontok. 

Setiap rambut yang tumbuh kembali mungkin memiliki tekstur atau warna yang berbeda. Ini biasanya berlanjut sampai kemoterapi selesai, setelah itu rambut hampir selalu tumbuh kembali.

Diperkirakan 65 persen orang yang menjalani kemoterapi mengalami kerontokan rambut (Skin Therapy Letter, 2010). Tidak ada jaminan cara untuk mencegahnya, tetapi perawatan rambut yang baik dapat memperlambat kerontokan dan mendorong pertumbuhan kembali.

3. Luka di mulut dan tenggorokan

22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninyailustrasi obat kemoterapi (unsplash.com/National Cancer Institute)

Menurut American Society of Clinical Oncology, kemoterapi bisa merusak sel-sel di dalam mulut dan tenggorokan. Ini menyebabkan luka yang menyakitkan di area tersebut, suatu kondisi yang disebut mukositis. 

Luka mulut biasanya terjadi 5–14 hari setelah kemoterapi. Penting untuk memperhatikan tanda-tanda infeksi pada luka ini.

Makan makanan yang sehat dan menjaga kebersihan mulut dan gigi dapat menurunkan risiko. Luka mulut biasanya hilang saat kemoterapi berakhir.

4. Perubahan pada kulit dan kuku

Beberapa obat dapat memengaruhi kulit, mungkin membuatnya menjadi kering atau sedikit berubah warna. Kulit juga mungkin lebih sensitif terhadap sinar matahari selama dan setelah perawatan, mengutip dari Macmillan Cancer Support. Beri tahu dokter atau perawat kalau mengalami perubahan atau ruam pada kulit.

Selain itu, kemoterapi juga bisa berdampak pada kuku. Kuku mungkin tumbuh lebih lambat atau lebih mudah patah. Kamu mungkin melihat gelombang atau garis putih atau gelap di kuku. Terkadang, kuku bisa menjadi longgar atau lepas. Saat perawatan selesai, setiap perubahan biasanya hilang saat kuku kembali tumbuh.

5. Diare dan konstipasi

Beberapa kemoterapi menyebabkan buang air besar yang lembek atau berair. Mencegah diare atau mengobatinya sejak dini membantu mencegah dehidrasi serta masalah kesehatan lainnya.

Kemoterapi juga bisa menyebabkan sembelit, yang berarti tidak cukup sering buang air besar atau sulit buang air besar. Obat lain, seperti obat pereda nyeri, juga bisa menyebabkan sembelit. Risiko sembelit bisa diturunkan dengan minum cukup cairan, makan makanan seimbang, dan rutin olahraga.

6. Mudah memar dan mengalami pendarahan

22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninyailustrasi kanker (IDN Times/Novaya Siantita)

Kemoterapi dapat mengurangi jumlah trombosit dalam darah. Trombosit adalah sel yang membantu darah membeku. Segera informasikan kepada dokter atau perawat kalau ada memar atau pendarahan yang tidak dapat dijelaskan.

Kamu mungkin mengalami mimisan, gusi berdarah, pendarahan menstruasi berat, darah dalam urine atau tinja, serta bintik merah atau ungu kecil di kulit yang mungkin tampak seperti ruam.

Beberapa orang mungkin perlu transfusi trombosit yang diberikan melalui infus. Trombosit akan segera mulai bekerja untuk mencegah memar dan pendarahan.

Sebaik mungkin hindari cedera dengan mengupayakan:

  • Kenakan sarung tangan pelindung saat melakukan pekerjaan di sekitar rumah atau di taman.
  • Berhati-hatilah agar tidak menabrak benda atau tersandung.
  • Gunakan sikat gigi yang lembut untuk melindungi gusi dari pendarahan dan jangan menggunakan benang gigi.

Baca Juga: Bagaimana Kanker Bisa Menyebar ke Jaringan Tubuh Lain?

7. Mual dan muntah

Beberapa obat kemoterapi dapat menyebabkan mual dan muntah. Apakah kamu akan mengalami efek samping ini dan seberapa sering akan tergantung pada obat dan dosis tertentu.

Ada obat antimuntah yang diberikan sebelum dan sesudah setiap dosis kemoterapi, yang biasanya dapat mencegah mual dan muntah.

Kalau merasa mual, sering-seringlah minum sedikit cairan dan makan dalam jumlah kecil secara teratur. Kalau terus berlangsung atau jika kamu muntah lebih dari satu kali dalam 24 jam, segera hubungi dokter. Dokter mungkin akan mengganti obat antimuntah yang lebih cocok buat kamu.

8. Neuropati perifer

Beberapa obat kemoterapi dapat memengaruhi saraf di tangan atau kaki. Ini dapat menyebabkan kesemutan atau mati rasa, yang disebut neuropati perifer.

Kamu juga mungkin merasa sulit untuk menyematkan kancing atau melakukan tugas mendetail lainnya.

Neuropati sering memburuk pada orang-orang yang menggunakan obat kemoterapi tertentu (Cancer Management and Research, 2014). Losion yang mengandung lidokain atau kapsaisin mungkin membantu, tetapi studi lebih lanjut diperlukan.

Penting untuk memberi tahu dokter jika ini terjadi. Dosis obat kemoterapi mungkin perlu diubah jika makin parah. Biasanya, neuropati perifer berangsur membaik setelah kemoterapi selesai, tetapi terkadang bisa permanen.

9. Perubahan pada pendengaran

22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninyailustrasi efek samping kemoterapi pada pasien kanker (unsplash.com/National Cancer Institute)

Beberapa obat kemoterapi mungkin membuat telinga berdenging atau tinitus. Kamu mungkin juga tidak dapat mendengar beberapa suara bernada tinggi. Keseimbangan juga mungkin terdampak, tetapi ini jarang. Setiap gangguan pendengaran dan perubahan keseimbangan mungkin bersifat permanen.

Tinitus biasanya membaik saat pengobatan. Kamu mungkin menjalani tes pendengaran sebelum, selama, dan setelah perawatan dengan beberapa obat kemoterapi. Beri tahu dokter atau perawat kalau kamu merasakan perubahan pada pendengaran.

10. Risiko penggumpalan darah

Kanker dan beberapa perawatannya dapat meningkatkan risiko penggumpalan atau pembekuan darah. Gejalanya meliputi:

  • Nyeri berdenyut, kemerahan, atau bengkak di kaki atau lengan.
  • Tiba-tiba merasa sesak napas atau batuk.
  • Nyeri dada yang tajam, yang mungkin lebih buruk saat batuk atau menarik napas dalam-dalam.

Jika mengalami gejala-gejala tersebut, secepatnya cari bantuan medis melalui nomor yang aktif 24 jam atau ambulans. Gumpalan darah memang serius, tetapi bisa diobati dengan obat pengencer darah (antikoagulan).

11. Kelelahan dan kelemahan

Kemoterapi bisa membuat kamu merasa sangat lelah. Kelelahan dapat meningkat saat menjalani perawatan dan dapat berlangsung selama beberapa bulan setelah perawatan berakhir.

Kamu juga mungkin merasa lemah seolah tidak memiliki energi. Ini disebut kelesuan dan bisa menjadi bagian dari kelelahan, menurut Cancer Research UK.

12. Nyeri

22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninyailustrasi efek samping kemoterapi (pexels.com/SHVETS production)

Kamu mungkin akan merasakan:

  • Rasa sakit di mulut dan tenggorokan, mungkin karena luka mulut.
  • Nyeri saraf.
  • Rasa sakit di tempat jarum disuntikkan.
  • Sakit kepala.

Nyeri juga dapat terjadi saat kanker berkembang. Segera hubungi tim perawatan kanker kalau kamu mengalami sakit kepala atau nyeri di tempat suntikan atau kateter.

Jika nyeri terjadi, jangan menghentikan perawatan sebelum membicarakannya dengan dokter.

Baca Juga: Kanker Darah: Jenis, Gejala, Penyebab, Pengobatan

13. Hilang selera makan

Kemoterapi dapat memengaruhi nafsu makan. Menurut Macmillan Cancer Support, jika nafsu makan buruk, cobalah makan dalam jumlah sedikit sesering mungkin. Sediakan camilan seperti kacang, keju parut, atau buah kering untuk dimakan kapan pun kamu bisa.

Usahakan untuk makan dengan baik selama kemoterapi. Kalau mengalami masalah, minta saran dari dokter, atau kalau perlu konsultasi dengan ahli gizi. Mereka mungkin akan memberikan suplemen atau rekomendasi perubahan pola makan.

14. Masalah seksual dan reproduksi

Ya, kemoterapi bisa memengaruhi kesuburan. Kalau kamu ingin memiliki anak setelah pengobatan kanker, bicarakan dengan tim perawatan kanker tentang pilihan untuk menjaga kesuburan sebelum kemoterapi dimulai.

Selain itu, kelelahan atau sakit karena kanker atau pengobatan bisa berdampak pada kemampuan kamu untuk menikmati seks.

Beberapa orang mungkin perlu melakukan Pap smear sebelum kemoterapi. Ini karena kemoterapi dapat menyebabkan hasil tes yang menyesatkan.

Kemoterapi juga dapat membahayakan janin, terutama selama tiga bulan pertama kehamilan, saat organnya masih berkembang. Kalau kamu bisa hamil selama kemoterapi, gunakan alat kontrasepsi. Apabila hamil, segera beri tahu dokter.

15. Anemia

22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninyailustrasi kanker payudara (IDN Times/Novaya Siantita)

Kemoterapi dapat mengurangi jumlah sel darah merah dalam darah. Sel darah merah membawa oksigen ke seluruh tubuh. Jika jumlahnya berkurang, ini adalah anemia.

Gejala yang ditimbulkannya antara lain kulit pucat, lesu, merasa sesak napas, serta merasa pusing atau ingin pingsan. Beri tahu dokter atau perawat jika mengembangkan gejala-gejala tersebut.

Jika anemia tergolong berat, kamu mungkin butuh transfusi darah. Kadang, dokter meresepkan obat suntik erythropoietin untuk membantu tubuh membuat lebih banyak sel darah merah. Beberapa orang mungkin mendapatkan erythropoietin dan transfusi darah.

16. Perubahan rasa

Kamu mungkin merasakan rasa pahit atau logam di mulut. Mengisap permen dapat membantu mengatasinya. Beberapa makanan mungkin terasa berbeda atau terasa hambar.

Cobalah makanan yang berbeda untuk mengetahui apa yang paling enak buat kamu. Perubahan rasa biasanya membaik setelah pengobatan selesai.

17. Efek terhadap sistem saraf

Beberapa obat kemoterapi bisa membuat kamu merasa cemas, gelisah, pusing, mengantuk, atau sakit kepala. Jika mengalami salah satunya, beri tahu dokter. Dokter mungkin akan meresepkan obat-obatan yang dapat membantu mengatasi beberapa efek ini.

Beberapa orang melaporkan bahwa kemoterapi membuat mereka menjadi pelupa atau tidak bisa berkonsentrasi selama atau setelah pengobatan. Dokter kadang menyebut ini sebagai perubahan kognitif terkait kanker/cancer-related cognitive changes (CRCC), atau dijuluki "otak kemo/chemo brain". Biasanya ini sifatnya ringan.

18. Perubahan pada kerja ginjal

22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninyailustrasi efek samping kemoterapi (pexels.com/Michelle Leman)

Beberapa obat kemoterapi dapat memengaruhi seberapa baik ginjal bekerja. Fungsi ginjal akan diperiksa dengan tes darah secara teratur selama kemoterapi.

Kamu mungkin akan diberikan cairan melalui infus sebelum dan sesudah perawatan untuk menjaga ginjal bekerja secara normal. Perawat mungkin meminta kamu untuk minum banyak cairan dan mencatat berapa banyak cairan yang kamu minum serta jumlah urine yang dikeluarkan.

Baca Juga: Studi: Latihan Aerobik Mengurangi Risiko Kanker Hingga 72%

19. Masalah jantung

Menurut American Society of Clinical Oncology, beberapa obat kemoterapi bisa memengaruhi jantung. Tanyakan kepada dokter jika kamu butuh tes jantung sebelum mulai kemoterapi, sehingga dokter bisa tahu apakah pengobatan menyebabkan masalah di kemudian hari.

Tes yang umumnya dilakukan adalah echocardiogram (echo), yang menggunakan gelombang ultrasound untuk membuat gambar jantung yang bergerak.

20. Kehilangan massa tulang

Kehilangan massa tulang seiring bertambahnya usia adalah hal yang umum, tetapi beberapa obat kemoterapi dapat meningkatkan kehilangan ini.

Pada perempuan, kemoterapi bisa merusak indung telur, membuatnya berhenti memproduksi estrogen. Tingkat estrogen yang lebih rendah menyebabkan tulang keropos.

Menurut National Institutes of Health, perempuan yang dirawat karena kanker payudara berisiko lebih tinggi terkena osteoporosis dan patah tulang. Area tubuh yang paling umum terdampak adalah tulang belakang, panggul, dan pergelangan tangan.

Jaga kesehatan dan kekuatan tulang dengan pola makan seimbang, mendapatkan cukup kalsium dan vitamin D, rutin olahraga, tidak merokok, atau mengikuti perawatan spesifik dari dokter.

21. Masalah pernapasan

22 Efek Samping Kemoterapi, Ketahui sebelum Menjalaninyailustrasi kanker serviks (IDN Times/Novaya Siantita)

Kadang-kadang, kemoterapi dapat merusak paru-paru dan mempersulit pengambilan oksigen yang cukup. Masalah pernapasan juga bisa diakibatkan oleh beberapa jenis kanker.

Tetap tenang, duduk dan menopang tubuh bagian atas dengan bantal, dan melatih pernapasan bibir yang mengerucut dapat membantu. Dokter mungkin meresepkan obat jika masalah pernapasan berlanjut.

Segera cari pertolongan medis darurat setempat jika mengalami:

  • Masalah pernapasan yang terjadi tiba-tiba dan tidak membaik.
  • Mulut, dasar kuku, atau kulit kebiruan.
  • Sakit dada.
  • Kelemahan atau pusing.
  • Sulit berbicara.

22. Masalah kesehatan mental

Hidup dengan kanker dan menempuh pengobatan, seperti kemoterapi, dapat berdampak pada kesehatan mental. Normal jika mengalami berbagai emosi, seperti ketakutan, stres, penyangkalan, kemarahan, harapan, depresi, dan kecemasan.

Berbicara dengan teman, pasangan, atau keluarga bisa membantu memproses emosi yang berkecamuk. Dokter mungkin dapat merekomendasikan kelompok pendukung, sehingga kamu bisa bertukar pikiran dengan orang lain yang juga sedang menjalani perawatan kanker.

Apabila perasaan depresi berlangsung terus-menerus, carilah konselor profesional atau bicarakan dengan dokter. Walaupun efek samping emosional umum terjadi, tetapi ada berbagai cara untuk menguranginya dan meningkatkan kualitas hidup.

Efek samping yang jarang

Beberapa pasien dapat mengembangkan efek samping langka dari kemoterapi. Beberapa contoh yang mungkin menandakan keadaan darurat dapat meliputi (The Lancet Oncology, 2011):

  • Hipersensitivitas: Melibatkan sistem imum bereaksi terhadap obat kemoterapi.
  • Ekstravasasi: Kondisi saat cairan bocor dari pembuluh darah ke jaringan di sekitarnya.
  • Tiflitis neutropenia: Peradangan usus yang dapat memengaruhi orang dengan sistem kekebalan yang lemah.
  • Pankreatitis: Inflamasi pada pankreas.
  • Hemolisis akut: Melibatkan penghancuran sel darah merah.

Segera cari perawatan medis jika gejala di bawah ini timbul setelah kemoterapi:

  • Demam tinggi, biasanya di atas 38,3 derajat Celcius.
  • Menggigil intens.
  • Memar atau pendarahan yang tidak biasa.
  • Reaksi alergi, seperti pembengkakan, ruam, atau gatal parah.
  • Nyeri di area injeksi atau kateter.
  • Sakit kepala intens atau nyeri tidak biasa lainnya.
  • Diare atau muntah persisten, atau keduanya.
  • Terdapat darah dalam tinja atau urine.
  • Sulit bernapas, yang kalau terjadi harus segera telepon layanan medis darurat.

Sebagian besar efek samping kemoterapi hilang setelah pengobatan selesai. Namun, beberapa efek samping berlanjut atau kembali, atau berkembang nanti.

Misalnya, beberapa jenis kemoterapi dapat menyebabkan kerusakan permanen pada jantung, paru-paru, hati, ginjal, atau sistem reproduksi.

Contoh lain, beberapa orang mengalami masalah dengan pemikiran, konsentrasi, dan ingatan selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah kemoterapi.

Penyintas kanker juga memiliki risiko lebih tinggi terkena kanker kedua di kemudian hari.

Anak-anak yang menjalani kemoterapi berisiko mengalami efek samping tertentu yang terjadi berbulan-bulan atau bertahun-tahun setelah pengobatan.

Baca Juga: Studi: Produk Pelurus Rambut Tingkatkan Risiko Kanker Rahim

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya