Flu Burung: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

Bisa menjadi ancaman bagi kesehatan masyarakat

Flu burung atau avian influenza adalah penyakit yang terutama menyerang burung dan disebabkan oleh virus dari keluarga Orthomyxoviridae.

Menurut subtipenya, flu burung dapat diklasifikasikan sebagai patogenisitas tinggi atau rendah, dengan gejala yang berbeda pada unggas yang terinfeksi. Low Pathogenic Avian Influenza Virus (LPAIV) dapat menyebabkan penyakit ringan, sering kali tanpa disadari atau tanpa gejala apa pun. High Pathogenic Avian Influenza Virus (HPAIV) yang disebabkan oleh subtipe (H5 dan H7) dari tipe A, menyebabkan penyakit serius pada unggas yang dapat menyebar dengan cepat, mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi pada berbagai jenis burung.

Sebagian besar virus influenza yang beredar pada unggas tidak bersifat zoonosis. Namun, beberapa jenis HPAIV memiliki kemampuan untuk menginfeksi manusia, yang merupakan ancaman bagi kesehatan masyarakat. Faktor risiko utama adalah paparan langsung atau tidak langsung terhadap hewan atau lingkungan yang terinfeksi dan permukaan yang terkontaminasi oleh tinja, seperti dijelaskan dalam laman Pan American Health Organization

1. Patogen

Diterangkan dalam laman Badan Kesehatan Dunia (WHO), ada empat jenis virus influenza, yaitu tipe A, B, C dan D:

  • Virus influenza A menginfeksi manusia dan banyak hewan yang berbeda. Munculnya virus influenza A yang baru dan sangat berbeda dengan kemampuan menginfeksi manusia dan telah bertahan dari manusia ke manusia, dapat menyebabkan pandemi influenza.
  • Virus influenza B bersirkulasi di antara manusia dan menyebabkan epidemi musiman. Data terakhir menunjukkan anjing laut juga bisa terinfeksi.
  • Virus influenza C dapat menginfeksi manusia dan babi, tetapi infeksi umumnya ringan dan jarang dilaporkan.
  • Virus influenza D terutama menyerang ternak dan tidak diketahui menginfeksi atau menyebabkan penyakit pada manusia.

Virus influenza tipe A paling penting bagi kesehatan masyarakat karena potensinya menyebabkan pandemi. Virus influenza tipe A diklasifikasikan ke dalam subtipe menurut kombinasi protein permukaan virus yang berbeda hemagglutinin (HA) dan neuraminidase (NA).

Sejauh ini terdapat 18 subtipe hemagglutinin yang berbeda dan 11 subtipe neuraminidase yang berbeda. Tergantung pada host asalnya, virus influenza A dapat diklasifikasikan sebagai flu burung, flu babi, atau jenis virus influenza hewan lainnya. Contohnya termasuk virus flu burung subtipe A(H5N1) dan A(H9N2) atau virus flu babi subtipe A(H1N1) dan A(H3N2). Semua virus influenza tipe A hewan ini berbeda dari virus influenza manusia dan tidak mudah menular antar manusia.

Burung air adalah reservoir alami utama untuk sebagian besar subtipe virus influenza A. Sebagian besar menyebabkan infeksi tanpa gejala atau ringan pada unggas, yang mana kisaran gejala tergantung pada sifat virus.

Virus yang menyebabkan penyakit parah pada unggas dan mengakibatkan tingkat kematian yang tinggi disebut dengan HPAIV, sementara virus yang menyebabkan penyakit ringan pada unggas disebut LPAIV.

2. Penyebab dan faktor risiko

Flu Burung: Penyebab, Gejala, Diagnosis, PengobatanMikrograf elektron transmisi berwarna dari virus Avian influenza A H5N1 (warna cokelat) (commons.wikimedia.org/CDC/Courtesy of Cynthia Goldsmith; Jacqueline Katz; Sherif R. Zaki)

Flu burung terjadi secara alami pada unggas air liar dan dapat menyebar ke unggas domestik, seperti ayam, kalkun, bebek, dan angsa. Penyakit ini ditularkan melalui kontak dengan kotoran burung yang terinfeksi, atau sekresi dari hidung, mulut, atau matanya.

Pasar terbuka, di mana telur dan burung dijual dalam kondisi ramai dan tidak sehat, merupakan sarang infeksi dan dapat menyebarkan penyakit ke masyarakat luas.

Daging unggas yang kurang matang atau telur dari unggas yang terinfeksi dapat menularkan flu burung. Daging unggas aman untuk dimakan jika sudah dimasak pada suhu internal 74 derajat Celcius. Telur harus dimasak sampai kuning dan putihnya mengeras.

Faktor risiko terbesar untuk flu burung tampaknya adalah kontak dengan unggas yang sakit atau dengan permukaan yang terkontaminasi oleh bulu, air liur, atau kotorannya.

Pola penularan pada manusia masih misterius. Dalam beberapa kasus, flu burung telah ditularkan dari satu manusia ke manusia lainnya. Akan tetapi, kecuali virus mulai menyebar lebih mudah di antara manusia, burung yang terinfeksi menghadirkan bahaya terbesar.

3. Gejala flu burung pada manusia

Menurut WHO, infeksi flu burung, flu babi, dan zoonosis lainnya pada manusia dapat menyebabkan penyakit mulai dari infeksi saluran pernapasan atas ringan (demam dan batuk) hingga perkembangan yang cepat menjadi pneumonia berat, sindrom gangguan pernapasan akut, syok, bahkan kematian.

Gejala gastrointestinal seperti mual, muntah, dan diare telah dilaporkan lebih sering pada infeksi A(H5N1). Konjungtivitis juga telah dilaporkan pada influenza A(H7).

Gambaran penyakit seperti masa inkubasi, keparahan gejala, dan hasil klinis bervariasi menurut virus penyebab infeksi, tetapi terutama bermanifestasi dengan gejala pernapasan.

Pada banyak pasien yang terinfeksi oleh virus flu burung A(H5) atau A(H7N9), penyakit ini memiliki perjalanan klinis yang agresif. Gejala awal yang umum adalah demam tinggi (lebih dari atau sama dengan 38 derajat Celcius) dan batuk diikuti dengan gejala gangguan saluran pernapasan bagian bawah termasuk dispnea atau kesulitan bernapas. Gejala saluran pernapasan bagian atas seperti sakit tenggorokan atau coryza kurang umum.

Gejala lain seperti diare, muntah, sakit perut, pendarahan dari hidung atau gusi, ensefalitis, dan nyeri dada juga telah dilaporkan dalam perjalanan klinis beberapa pasien.

Komplikasi infeksi termasuk pneumonia berat, gagal napas hipoksemia, disfungsi multiorgan, syok septik, dan infeksi bakteri dan jamur sekunder.

Tingkat kematian kasus untuk infeksi virus subtipe A(H5) dan A(H7N9) di antara manusia jauh lebih tinggi daripada infeksi influenza musiman.

Untuk infeksi manusia dengan virus flu burung A(H7N7) dan A(H9N2), penyakit biasanya ringan atau subklinis. Sejauh ini hanya satu infeksi A(H7N7) pada manusia yang fatal telah dilaporkan di Belanda. Untuk infeksi manusia dengan virus flu babi, sebagian besar kasusnya ringan dengan beberapa kasus dirawat di rumah sakit dan sangat sedikit laporan kematian akibat infeksi.

Baca Juga: Viral Masak Ayam dengan Obat Pilek dan Flu, Ini Kata Ahli

4. Diagnosis

Flu Burung: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi diagnosis flu burung (pexels.com/SHVETS production)

Sampel cairan dari hidung atau tenggorokan dapat diuji untuk bukti virus flu burung. Sampel ini harus diambil dalam beberapa hari pertama setelah gejala muncul.

Pemindaian sinar-X mungkin berguna dalam menilai kondisi paru-paru, yang dapat membantu menentukan diagnosis yang tepat dan pilihan pengobatan terbaik untuk tanda dan gejala.

5. Pengobatan

Bukti menunjukkan bahwa beberapa obat antivirus, terutama neuraminidase inhibitor (oseltamivir, zanamivir), dapat mengurangi durasi replikasi virus dan meningkatkan prospek kelangsungan hidup. Akan tetapi, studi klinis berkelanjutan diperlukan. Munculnya resistansi oseltamivir telah dilaporkan.

  • Dalam kasus yang dicurigai dan dikonfirmasi, inhibitor neuraminidase harus diresepkan sesegera mungkin (idealnya dalam waktu 48 jam setelah timbulnya gejala) untuk memaksimalkan manfaat terapeutik. Namun, mengingat kematian yang signifikan saat ini terkait dengan infeksi virus subtipe A(H5) dan A(H7N9) dan bukti replikasi virus yang berkepanjangan pada penyakit ini, pemberian obat juga harus dipertimbangkan pada pasien dan perjalanan penyakit.
  • Pengobatan dianjurkan minimal lima hari, tetapi dapat diperpanjang sampai ada perbaikan klinis yang memuaskan.
  • Kortikosteroid tidak boleh digunakan secara rutin, kecuali diindikasikan untuk alasan lain (misalnya asma dan kondisi spesifik lainnya); karena telah dikaitkan dengan pembersihan virus yang berkepanjangan, imunosupresi yang menyebabkan superinfeksi bakteri atau jamur.
  • Virus A(H5) dan A(H7N9) terbaru resistan terhadap obat antivirus adamantane (seperti amantadine dan rimantadine) dan oleh karena itu tidak direkomendasikan untuk monoterapi.
  • Adanya koinfeksi dengan bakteri patogen dapat ditemukan pada pasien yang sakit kritis.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

Flu Burung: Penyebab, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi komplikasi flu burung (pexels.com/Anna Shvets)

Orang dengan flu burung dapat mengalami komplikasi yang mengancam jiwa, termasuk:

  • Pneumonia.
  • Konjungtivitis.
  • Gagal napas.
  • Disfungsi ginjal.
  • Masalah jantung.

Meskipun flu burung dapat membunuh lebih dari separuh orang yang terinfeksi, jumlah kematian masih rendah karena hanya sedikit orang yang terkena flu burung. Kurang dari 500 kematian akibat flu burung telah dilaporkan ke WHO sejak tahun 1997.

7. Pencegahan

Terlepas dari pengobatan antivirus, manajemen kesehatan masyarakat mencakup langkah-langkah pencegahan pribadi seperti:

  • Cuci tangan secara teratur dengan mengeringkan tangan dengan benar.
  • Kebersihan pernapasan yang baik, seperti menutup mulut dan hidung saat batuk atau bersin, menggunakan tisu, dan membuangnya dengan benar.
  • Isolasi diri sejak dini bagi yang merasa tidak sehat, demam, dan memiliki gejala influenza lainnya.
  • Menghindari kontak dekat dengan orang sakit.
  • Menghindari menyentuh mata, hidung, atau mulut.
  • Petugas kesehatan yang melakukan prosedur yang menghasilkan aerosol harus menggunakan tindakan pencegahan di udara. Kewaspadaan kontak dan droplet standar dan alat pelindung diri (APD) yang sesuai harus tersedia dan digunakan selama epidemi.

Wisatawan ke negara-negara dan orang-orang yang tinggal di negara-negara dengan wabah flu burung yang diketahui harus, jika mungkin, menghindari peternakan unggas, kontak dengan hewan di pasar unggas hidup, memasuki area penyembelihan unggas, dan kontak dengan permukaan apa pun yang tampaknya terkontaminasi kotoran unggas atau hewan lainnya.

Keamanan pangan yang baik dan praktik kebersihan makanan, misalnya cuci tangan dengan sabun dan air harus disiplin diterapkan. Pelancong yang kembali dari daerah yang terkena dampak flu burung harus melapor ke layanan kesehatan setempat jika gejala pernapasan dicurigai merupakan infeksi virus influenza zoonosis.

Profilaksis pra-pajanan atau pasca-pajanan dengan antivirus dimungkinkan, tetapi tergantung pada beberapa faktor. Misalnya faktor individu, jenis paparan, dan risiko yang terkait paparan.

Baca Juga: Flu Menstruasi: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya