Adakah Gejala pada Mata yang Berhubungan dengan COVID-19?

Mata berpotensi menjadi pintu masuk SARS-CoV-2

Seperti yang kita tahu, gejala umum COVID-19 akibat virus corona SARS-CoV-2 adalah demam, batuk, dan masalah pernapasan. Namun, ternyata penyakit ini juga bisa memunculkan gejala pada mata.

Sering kali keluhan pada mata disepelekan dan tidak dianggap sebagai gejala awal COVID-19. Lantas, keluhan mata seperti apa yang perlu kita waspadai sebagai gejala awal COVID-19? Apakah gejala pada mata terkait COVID-19 berbeda pada kelompok usia anak-anak, dewasa, maupun lansia?

Yuk, simak penjelasannya berikut ini!

1. Mata berpotensi menjadi pintu masuk penularan SARS-CoV-2

Adakah Gejala pada Mata yang Berhubungan dengan COVID-19?ilustrasi perempuan pakai masker (unsplash.com/Ani Kolleshi)

Gejala COVID-19 sangat bervariasi. Namun, yang tersering adalah gangguan saluran pernapasan, sehingga sebagian besar pasien dengan gejala berat mengalami sesak napas, dan bisa meninggal dunia akibat gagal napas.

Meskipun transmisi virus SARS-CoV-2 melalu mata sangat rendah, tetapi penelitian berjudul "SARS-CoV-2 RNA and antibodies in tear fluid" yang diterbitkan dalam jurnal
BMJ Open Opthalmology tahun 2021 menyebut, pada 26,9 persen sampel air mata pasien COVID-19 tanpa manifestasi pada mata ditemukan RNA virus SARS-CoV-2.

Sementara itu, pada penelitian lain yang dilakukan oleh Wong, et al., ditemukan virus SARS-CoV-2 pada sepertiga swab konjungtiva pasien COVID-19 dengan manifestasi mata.

"Kesimpulannya, meskipun tidak didapatkan gejala pada mata terkait COVID-19, mata tetap berpotensi menjadi pintu masuk penularan virus SARS-CoV-2. Hal ini disebabkan karena kornea dan konjungtiva pada mata memiliki reseptor Angiotensin Converting Enzyme-2 (ACE-2) yang merupakan target dari virus SARS-CoV-2," jelas dr. Sekar Ayu Sitoresmi, Sp.M, M.Ked.Klin lewat sebuah pernyataan tertulis yang diterima IDN Times.

2. Penyakit mata yang bisa dijumpai pada pasien COVID-19

Adakah Gejala pada Mata yang Berhubungan dengan COVID-19?ilustrasi konjungtivitis atau pink eye (hopkinsmedicine.org)

Dokter Sekar juga menuliskan kalau ada beberapa penyakit pada mata yang bisa dijumpai pada pasien COVID-19. Dari yang paling sering hingga yang paling jarang dijumpai antara lain:

  • Konjungtivitis
  • Keratitis
  • Bull's eye maculopathy
  • Drug induced uveitis

Manifestasi COVID-19 pada mata yang paling sering adalah konjungtivitis atau radang selaput lendir mata, yang tidak jarang disertai radang selaput bening mata (keratitis).

"Ini disebabkan karena kornea dan konjungtiva memiliki reseptor ACE-2 yang merupakan target dari virus SARS-CoV-2. Gejala-gejala yang harus kita waspadai terkait konjungtivitis, keratitis, maupun keratokonjungtivitis adalah: mata merah, bengkak pada selaput lendir maupun kelopak mata, silau dan sulit membuka kelopak mata, mata terus mengeluarkan air mata atau kotoran mata

"Gejala ini dapat muncul mendahului atau beberapa hari setelah mengalami gejala-gejala COVID-19 lainnya, seperti hilangnya penciuman, batuk, pilek, sesak, diare, dan lain sebagainya," dr. Sekar menjabarkan.

Gejala pada mata dapat timbul pada seluruh kelompok usia, dari anak-anak hingga lansia, pada pasien baru maupun yang sudah beberapa hari mengalami gejala COVID-19 lainnya, juga pada penderita long COVID-19 yang masih bisa mengalami gejala-gejala tersebut sampai lebih dari 2 minggu.

Baca Juga: Azitromisin dan Oseltamivir Tidak Lagi Diberikan untuk Pasien COVID-19

3. Apa yang harus dilakukan bila mengalami keluhan pada mata saat isolasi mandiri?

Adakah Gejala pada Mata yang Berhubungan dengan COVID-19?ilustrasi telemedicine (pexels.com/Anna Shvets)

Dikatakan oleh dr. Sekar, pada gejala ringan, tetes air mata air buatan (artificial tears) bisa diberikan. Ini bisa dibeli di toko obat atau apotek terdekat, karena pada dasarnya radang selaput lendir yang disebabkan oleh virus bisa sembuh sendiri.

Namun, bila gejala yang dialami tergolong berat dan sangat mengganggu aktivitas karena nyeri atau mengalami gangguan penglihatan, manfaatkan fasilitas konsultasi online (telemedicine) dengan dokter spesialis mata (dalam hal ini adalah teleoftalmologi) dari klinik mata maupun rumah sakit yang menyediakan fasilitas tersebut.

4. Aspek kesehatan mata yang terdampak oleh pandemi COVID-19

Adakah Gejala pada Mata yang Berhubungan dengan COVID-19?ilustrasi digital eye strain atau mata lelah (pexels.com/Karolina Grabowska)

Selain kaitannya dengan penyakit COVID-19, dokter Sekar juga menuliskan bahwa banyak aspek kesehatan mata yang terdampak oleh pandemi COVID-19, yang bahkan telah dinyatakan sebagai ancaman untuk kesehatan masyarakat akibat penggunaan perangkat digital atau gadget di era pandemi, baik itu untuk sekolah, bekerja, baca berita atau media sosial di internet, atau menonton film atau serial TV.

Ancaman yang dimaksud adalah mata lelah (digital eye strain) dan sindroma mata kering (dry eye syndrome).

Digital eye strain atau sering disebut sebagai computer vision syndrome disebabkan oleh kelelahan otot-otot akomodasi mata akibat bekerja dalam jarak dekat dalam waktu lama.

"Gejala yang timbul pada orang dewasa antara lain penglihatan kabur, mata terasa lelah, hingga pusing atau nyeri kepala, sementara pada anak-anak biasanya memicingkan mata, mengucek-ucek mata, dan mendekatkan atau menjauhkan mata dari layar," kata dr. Sekar.

Ia juga mengatakan bahwa digital eye strain dapat dicegah dengan membatasi screen time, atau waktu yang dihabiskan di depan layar per hari selama 2-4 jam pada anak-anak, sesuai rekomendasi Ikatan Dokter Anak Indonesia (IDAI).

Cara pencegahan lainnya adalah dengan menerapkan aturan 20-20-20 saat bekerja menggunakan perangkat digital, yaitu istirahat 20 detik, setiap 20 menit, dengan melihat sejauh 20 kaki (6 meter).

Aturan tersebut penting untuk dibiasakan untuk mencegah mata lelah.

"Karena dalam jangka panjang hal ini dapat menyebabkan peningkatan jumlah penderita rabun jauh dan ukuran kacamata minus." 

Adakah Gejala pada Mata yang Berhubungan dengan COVID-19?ilustrasi tetes air mata buatan (ophthalmologytimes.com)

Pada sindroma mata kering, gejala yang lazim dialami antara lain rasa kering, pedih, panas, gatal, maupun mata berair. Ini dikarenakan berkurangnya frekuensi berkedip saat kita menggunakan perangkat digital dan diperberat dengan ruangan yang ber-AC.

Tips dari dr. Sekar, kalau mengalami gejala sindroma mata kering yang ringan, kita dapat meneteskan tetes air mata buatan secara rutin untuk memperbaiki fungsi lapisan air mata kita. Akan tetapi, kalau keluhan dirasa sangat mengganggu, konsultasikan dengan dokter spesialis mata untuk mendapat penanganan yang lebih baik.

5. Cara melindungi mata dari COVID-19

Adakah Gejala pada Mata yang Berhubungan dengan COVID-19?ilustrasi cuci tangan (pexels.com/Burst)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) menekankan pentingnya mencuci tangan, serta tidak menyentuh hidung, mulut, dan mata bila belum cuci tangan.

Penelitian dalam jurnal The Ocular Surface tahun 2020 juga menyarankan penggunaan kacamata pelindung, khususnya dalam lingkungan fasilitas kesehatan.

American Optometric Association merekomendasikan langkah-langkah ini untuk melindungi mata terhadap COVID-19:

  • Melindungi mata dan memakai kacamata pelindung, seperti kacamata pengaman
  • Hindari menyentuh mata
  • Rutin cuci tangan dan hindari menyentuh mata dengan tangan yang belum dibersihkan
  • Jaga jarak dari orang yang batuk atau bersin
  • Jaga jarak setidaknya 2 meter dari orang lain
  • Membersihkan dan disinfeksi benda yang banyak disentuh, seperti sakelar lampu, gagang pintu, telepon, dan sebagainya
  • Hindari menggunakan lensa kontak saat sakit
  • Disinfeksi lensa kontak sesuai instruksi untuk orang-orang yang tidak menggunakan lensa kontak sekali pakai (disposable)

Baca Juga: Pasien COVID-19 Meninggal akibat Interaksi Obat? Ini Kata Ahli!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya