8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidak

Salah satunya mengonsumsi suplemen minyak ikan

Siapa pun tidak ingin terkena kanker. Kamu bisa menurunkan risiko terkena jenis kanker yang umum dengan membuat pilihan gaya hidup sehat.

Selain itu, rutin skrining juga dapat menemukan kanker pada tahap dini, saat pengobatan kanker bekerja paling baik. Bahkan, vaksin dapat membantu mencegah beberapa jenis kanker.

Nah, ada beberapa hal yang kerap dianggap dapat mencegah kanker, tetapi ternyata tidak. Apa saja?

1. Mengonsumsi suplemen vitamin D

Karena pasien kanker cenderung memiliki kadar vitamin D yang rendah, para peneliti bertanya-tanya apakah mengonsumsi vitamin D dalam bentuk suplemen dapat melindungi seseorang dari kanker. Akan tetapi, temuan beberapa penelitian tidak mendukung anggapan tersebut.

Sebuah penelitian terhadap 2.300 perempuan pascamenopause yang sehat menunjukkan bahwa setelah 4 tahun, mereka yang mengonsumsi suplemen vitamin D3 dan kalsium tidak mengalami penurunan risiko kanker (JAMA, 2017).

Hal itu juga dikonfirmasi oleh sebuah studi yang lebih besar. Para peneliti di Brigham and Women’s Hospital dan Harvard mengikuti lebih dari 25.000 orang dewasa sehat selama sekitar 5 tahun, dan menemukan bahwa vitamin D tidak lebih baik daripada plasebo dalam melindungi terhadap kanker atau kematian terkait kanker (New England Journal of Medicine, 2019).

Ada beberapa bukti bahwa vitamin D dapat melindungi orang dengan indeks massa tubuh (IMT) yang sehat, tetapi tidak untuk orang yang kelebihan berat badan, tetapi itu sebelum para peneliti memperhitungkan faktor lain seperti usia dan jenis kelamin. 

2. Mengonsumsi vitamin E

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidakilustrasi suplemen vitamin E (commons.wikimedia.org/Tamorlan)

Vitamin E adalah salah satu antioksidan. Beberapa peneliti menduga bahwa itu mungkin memberi perlindungan terhadap kanker.

Selama 10 tahun, sebanyak 14.600 dokter pria mengonsumsi vitamin E, C, atau plasebo dan terus memantau status kesehatan mereka selama 4 tahun berikutnya. Dari situ, ditemukan bahwa tidak ada vitamin yang memberikan bukti perlindungan terhadap kanker prostat atau jenis kanker lainnya (The American Journal of Clinical Nutrition, 2014).

Temuan itu diulangi dalam uji coba selanjutnya terhadap lebih dari 35.000 pria, yang menemukan bahwa vitamin E tidak lebih baik daripada plasebo dalam melindungi dari tumor (Cancer Prevention Research, 2017).

3. Mengonsumsi suplemen minyak ikan

Peneliti dari Harvard dan Brigham and Women’s Hospital menguji coba 25.000 orang dan mengukur apakah asam lemak omega-3 menawarkan perlindungan terhadap kanker invasif.

Setelah 5 tahun, para peneliti tidak menemukan perbedaan signifikan dalam tingkat kanker atau kematian akibat kanker antara mereka yang mengonsumsi minyak ikan dan yang tidak (New England Journal of Medicine, 2019).

4. Minum red wine

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidakilustrasi red wine (unsplash.com/Helena Lopes)

Walaupun memang memiliki beberapa manfaat kesehatan, tetapi jangan minum red wine atau anggur merah karena alasan kesehatan.

Meskipun resveratrol, yaitu antioksidan yang ditemukan dalam anggur merah, telah menjanjikan perlindungan terhadap kanker, tetapi ahli mengatakan bahwa ini bukanlah "lampu hijau" untuk terus meminumnya.

Dilansir The Healthy, beberapa penelitian telah menunjukkan bahwa peminum wine tidak terlindungi dari kanker prostat, kanker ovarium, atau kanker kolorektal. Dan, menurut studi, secara umum konsumsi alkohol dalam jumlah ringan hingga sedang dapat sedikit meningkatkan risiko kanker (BMJ, 2015). 

Batas yang dianggap aman untuk minum alkohol adalah tidak lebih dari satu minuman untuk perempuan dan dua minuman untuk laki-laki per hari. Namun, yang terbaik memang tidak meminumnya sama sekali.

Baca Juga: Kanker Payudara Stadium 3, Apakah Bisa Disembuhkan?

5. Berhenti minum kopi

Ketika biji kopi dipanggang dan diseduh, bahan kimia karsinogenik yang disebut akrilamida terbentuk. Akan tetapi, menurut Food and Drug Administration (FDA), tingkat akrilamida tersebut terlalu rendah untuk menimbulkan ancaman.

Sebuah analisis tahun 2016 terhadap 31 studi menemukan bahwa makin banyak orang minum kopi, makin rendah risiko kematian akibat kanker, selama mereka tidak merokok.

6. Mendapatkan semua skrining kanker

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidakilustrasi pemeriksaan dengan dokter (pexels.com/cottonbro)

Menemui dokter untuk tes kanker tertentu tidak akan mencegah penyakit muncul sejak awal dan kamu mungkin menganggap bahwa rutin skrining untuk berbagai jenis kanker dapat mendeteksi kanker, jika ada, pada tahap awal dan meningkatkan prognosis.

Belum tentu.

Sementara beberapa skrining kanker (kanker payudara pada perempuan usia 50 tahun ke atas, kanker serviks pada perempuan berusia di bawah 65 tahun, kanker kolorektal pada orang dewasa berusia 50 hingga 75 tahun, dan kanker paru-paru pada perokok berusia antara 55 dan 80 tahun) membantu dokter menemukan dan mengobati penyakit lebih awal, hal yang sama belum tentu berlaku untuk jenis kanker lainnya.

Kecuali kalau kamu memiliki faktor risiko atau gejala, Centers for Disease Control and Prevention (CDC) merekomendasikan untuk tidak melakukan skrining kanker ovarium, prostat, tiroid, testis, atau pankreas karena belum terbukti meningkatkan angka kematian.

7. Mengonsumsi makanan organik

Sebuah studi mengaitkan makanan organik dengan penurunan tingkat kanker. Sekitar 69.000 orang dewasa Prancis melaporkan seberapa sering mereka makan makanan organik, dan peneliti melacak berapa banyak peserta yang terkena kanker. Setelah 7 tahun masa tindak lanjut, hasilnya menunjukkan bahwa makin banyak orang makan makanan organik, makin rendah risiko kankernya (JAMA Internal Medicine, 2018).

Terdengar cukup menjanjikan, ya? Namun, hasil tersebut tidak berlaku untuk semua orang, terutama risiko kanker untuk pemakan makanan organik tidak berubah di antara pria, dewasa muda, atau orang dengan diet berkualitas tinggi secara keseluruhan.

Studi lain yang lebih besar tidak menemukan hubungan antara seberapa sering 623.000 perempuan Inggris makan makanan organik dan risiko kanker (British Journal of Cancer, 2014).

Selain itu, analisis terhadap lebih dari 6.000 penelitian tidak menemukan risiko kesehatan yang terkait dengan jagung transgenik (Scientific Reports, 2018).

Ada peluang baik bahwa orang yang memilih makanan organik menjadi lebih sehat dengan cara lain yang berdampak lebih besar pada risiko kanker mereka.

8. Diet alkaline

8 Hal yang Sering Dikira Bisa Cegah Kanker, tetapi Tidakilustrasi buah dan sayuran (pixabay.com/JillWellington)

Darah secara alami condong ke sisi basa (kebalikan dari asam) skala pH. Bukti lampau dalam The Journal of General Physiology menunjukkan bahwa sel kanker ditemukan di lingkungan asam.

Kedua faktor tersebut membuat klaim bahwa diet alkaline dan menghindari makanan asam tinggi seperti gula, produk susu, buah-buahan, dan gandum dapat menghentikan tumor.

Namun, sebuah tinjauan ilmiah menyimpulkan bahwa tidak ada penelitian yang mampu membangun hubungan antara diet alkaline dan pencegahan kanker (BMJ Open, 2016).

Untuk satu hal, sel kanker tampaknya menciptakan lingkungan asam daripada sebaliknya, kata ahli onkologi integratif Mitchell L. Gaynor, MD, kepada majalah Cure. Namun, yang lebih mungkin adalah apa yang kamu makan tidak akan memengaruhi tingkat pH darah, yang mana tubuh bekerja dengan baik untuk menjaganya tetap stabil. Sebaliknya, diet tinggi alkaline mungkin akan mengubah keasaman air liur dan urine, yang sebenarnya tidak berhubungan.

Cara mencegah kanker

Ada beberapa cara untuk membantu meminimalkan risiko kanker. Dirangkum dari Harvard Health Publishing, kamu bisa melakukan langkah-langkah ini:

  • Hindari tembakau dalam segala bentuknya, termasuk paparan asap rokok. Jika kamu merokok, segera berhenti. Jangan ragu untuk mencari bantuan, misalnya dari dokter atau terapis.
  • Terapkan pola makan sehat bergizi seimbang. Kurangi konsumsi lemak jenuh dan daging merah, yang dapat meningkatkan risiko kanker usus besar dan bentuk kanker prostat. Perbanyak konsumsi buah, sayuran, dan biji-bijian.
  • Rutin olahraga. Aktivitas fisik telah dikaitkan dengan penurunan risiko kanker usus besar. Olahraga juga tampaknya mengurangi risiko perempuan terkena kanker payudara dan kemungkinan kanker reproduksi. Olahraga dapat membantu melindungi, bahkan jika kamu tidak sedang berusaha menurunkan berat badan.
  • Jaga berat badan tetap ideal. Obesitas meningkatkan risiko berbagai bentuk kanker. Kalau ingin menurunkan berat badan secara sehat, kurangi asupan kalori dan bakar kalori lebih banyak dengan olahraga.
  • Kalau kamu memilih untuk minum alkohol, batasi asupannya rata-rata satu gelas sehari. Konsumsi alkohol yang berlebihan meningkatkan risiko kanker mulut, laring, esofagus, hati, dan usus besar. Ini juga meningkatkan risiko perempuan terkena kanker payudara. Merokok lebih lanjut meningkatkan risiko banyak keganasan akibat alkohol.
  • Hindari paparan radiasi yang tidak perlu. Dapatkan studi pencitraan medis hanya saat kamu membutuhkannya. Periksa rumah untuk radon perumahan, yang meningkatkan risiko kanker paru-paru. Lindungi diri dari radiasi ultraviolet di bawah sinar matahari, yang meningkatkan risiko melanoma dan kanker kulit lainnya. Namun, jangan khawatir tentang radiasi elektromagnetik dari kabel listrik bertegangan tinggi atau radiasi frekuensi radio dari gelombang mikro dan ponsel. Mereka tidak menyebabkan kanker.
  • Hindari paparan racun industri dan lingkungan seperti serat asbes, benzena, amina aromatik, dan bifenil poliklorinasi (PCB).
  • Hindari infeksi yang menyebabkan kanker, termasuk virus hepatitis, HIV, dan human papillomavirus (HPV). Banyak yang ditularkan secara seksual atau melalui jarum suntik yang terkontaminasi.
  • Cukup tidur setiap hari. Bukti yang menghubungkan tidur dengan kanker memang tidak kuat. Akan tetapi, peningkatan tidur yang buruk dan tidak mencukupi dikaitkan dengan penambahan berat badan, yang merupakan faktor risiko kanker.

Itulah beberapa hal yang sering dikira bisa cegah kanker, tetapi tidak demikian. Untuk meminimalkan risiko kanker, kamu bisa melakukan cara-cara di atas atau berkonsultasi lebih lanjut dengan dokter jika memiliki faktor risiko kanker. Skrining rutin juga mungkin direkomendasikan.

Baca Juga: Bagaimana Kanker Bisa Menyebar ke Jaringan Tubuh Lain?

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya