10 Komplikasi Persalinan, Salah Satunya Masalah Plasenta

Beberapa masalah persalinan cukup serius, bahkan bisa fatal

Komplikasi persalinan relatif jarang, tetapi bisa terjadi. Sebagian besar komplikasi bisa diidentifikasi dan dikelola untuk memastikan persalinan aman. Namun, beberapa masalah persalinan cukup serius, bahkan bisa mengancam nyawa ibu hamil dan bayinya.

Normal untuk merasa khawatir tentang kemungkinan ada yang tidak beres saat melahirkan. Kamu mungkin sudah tahu bahwa kamu punya faktor risiko yang bisa membuat komplikasi lebih mungkin terjadi saat melahirkan. Dokter mungkin juga telah menjelaskan bahwa beberapa komplikasi bisa terjadi walaupun kamu tidak punya peningkatan risiko.

Peluang mengalami komplikasi selama persalinan akan bergantung pada riwayat kesehatan spesifik dan kehamilan saat ini. Dokter bisa menjelaskan faktor risiko selama kunjungan prenatal. Kamu juga harus bertanya kepada dokter bagaimana ia memantau dan menangani komplikasi selama persalinan dan melahirkan.

Inilah beberapa komplikasi persalinan yang bisa terjadi, serta apa yang akan dilakukan tim perawatan untuk menjaga kamu dan bayi tetap aman.

1. Persalinan macet

Istilah medis persalinan adalah distosia. Distosia juga dikenal sebagai failure to progress atau prolonged labor.

Persalinan macet adalah kondisi saat persalinan berlangsung lebih lama dari yang diharapkan. Studi dalam jurnal BMC Pregnancy and Childbirth tahun 2014 menunjukkan bahwa persalinan macet memengaruhi sekitar 8 persen dari perempuan yang melahirkan. Ini bisa terjadi karena sejumlah alasan.

American Pregnancy Association mendefinisikan persalinan lama sebagai persalinan pertama yang berlangsung lebih dari 20 jam. Bagi mereka yang pernah melahirkan, persalinan macet adalah saat persalinan berlangsung lebih dari 14 jam.

Jika persalinan macet terjadi selama fase awal, atau laten, ini bisa melelahkan namun biasanya tidak menimbulkan komplikasi. Akan tetapi, jika itu terjadi selama fase aktif, penilaian dan intervensi medis mungkin diperlukan.

Jika persalinan tidak berlanjut, dokter dapat memberikan obat kepada perempuan yang melahirkan tersebut untuk meningkatkan kontraksi dan mempercepat persalinan, atau perempuan tersebut mungkin memerlukan persalinan sesar, mengutip laporan dalam American Family Physician tahun 2017.

Penyebab persalinan macet meliputi:

  • Pelebaran serviks lambat
  • Penipisan serviks yang lambat.
  • Bayi besar.
  • Jalan lahir atau panggul kecil.
  • Melahirkan bayi kembar.
  • Faktor emosional, seperti kecemasan, stres, dan ketakutan.

2. Gawat janin

10 Komplikasi Persalinan, Salah Satunya Masalah Plasentailustrasi persalinan pervaginam, persalinan, ibu melahirkan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Gawat janin (fetal distress) bisa disebabkan banyak hal, termasuk masalah tali pusat, obat-obatan yang digunakan selama persalinan, dan infeksi, serta induksi. Jika bayi mengalami komplikasi seperti asfiksia perinatal, posisi sungsang, atau distosia bahu, ia mungkin juga menunjukkan tanda-tanda kegawatan, menurut studi dalam jurnal American Family Physician tahun 2020.

Dijelaskan dalam laman American College of Obstetricians and Gynecologists, pemantauan janin eksternal memungkinkan tim perawatan untuk memeriksa bayi dan melihat bagaimana mereka menghadapi persalinan. Tes lain juga dapat digunakan, termasuk pengambilan sampel pH kulit kepala janin dan pemantauan janin internal.

Jika bayi dalam kegawatan dan perempuan hamil belum waktunya untuk melahirkan, dokter mungkin menggunakan forsep atau ekstraktor vakum untuk membantu persalinan. Dalam beberapa kasus, operasi caesar mungkin diperlukan untuk memastikan bayi dilahirkan dengan selamat.

3. Asfiksia perinatal

Asfiksia perinatal didefinisikan sebagai gagal memulai dan mempertahankan pernapasan saat lahir. Menurut National Institute of Child Health and Human Development, kondisi ini terjadi ketika janin tidak mendapatkan cukup oksigen di dalam rahim atau bayi tidak mendapatkan oksigen yang cukup selama proses persalinan atau sesaat setelah lahir. Asfiksia perinatal adalah istilah non spesifik yang melibatkan serangkaian masalah yang kompleks.

Asfiksia perinatal dapat menyebabkan:

  • Hipoksemia, atau kadar oksigen rendah.
  • Kadar karbon dioksida yang tinggi.
  • Asidosis, atau terlalu banyak asam dalam darah.
  • Masalah kardiovaskular dan kerusakan organ dapat terjadi.

Sebelum persalinan, tanda-tandanya mungkin termasuk detak jantung rendah dan tingkat pH rendah, yang menunjukkan keasaman tinggi.

Saat lahir, mungkin ada skor APGAR rendah 0 hingga 3 selama lebih dari 5 menit.

Indikasi lain mungkin termasuk:

  • Warna kulit yang buruk.
  • Detak jantung rendah.
  • Tonus otot lemah.
  • Terengah-engah.
  • Pernapasan lemah.
  • Air ketuban mengandung mekonium.

Perawatan asfiksia perinatal dapat mencakup pemberian oksigen kepada ibu atau melakukan persalinan sesar.

Setelah melahirkan, pernapasan mekanis atau pengobatan mungkin diperlukan.

4. Distosia bahu

10 Komplikasi Persalinan, Salah Satunya Masalah Plasentailustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Christian Bowen)

Dijelaskan dalam laman Birth Injury Help Center, distosia bahu merupakan kejadian darurat yang dapat terjadi secara tiba-tiba pada persalinan pervaginam, ketika bayu bayi tertahan saat memasuki jalan lahir, biasanya pada tulang panggul ibu.

Distosia bahu saat melahirkan menimbulkan bahaya yang mendesak bagi kesejahteraan bayi. Saat bayi terjebak di jalan lahir karena distosia, kekurangan oksigen menimbulkan risiko cedera otak atau bahkan kematian jika situasinya tidak segera diatasi.

Distosia bahu mengharuskan dokter bertindak cepat untuk mengeluarkan bayi guna menghindari hipoksia. Ada sejumlah manuver yang biasanya dilakukan untuk membebaskan bayi.

Dokter dapat menerapkan manuver khusus untuk membebaskan bahu bayi, seperti mengubah posisi ibu dan memutar bahu bayi secara manual. Episiotomi, atau pelebaran vagina dengan pembedahan, mungkin diperlukan untuk memberi ruang bagi bahu, menambahkan dari Medical News Today.

Apa yang membuat distosia bahu sangat berbahaya bagi bayi adalah bahwa hal itu cenderung menjadi pedang bermata dua. Respons terhadap distosia bahu sering kali sama berbahayanya dengan kondisi bayi itu sendiri. Karena terburu-buru untuk membebaskan bahu bayi, dokter dan perawat di ruang bersalin kerap menggunakan terlalu banyak traksi atau gaya lateral. Mereka menarik, mendorong, dan memutar terlalu keras dan terlalu cepat dan akhirnya menyebabkan cedera fisik pada bayi.

Ketika distosia bahu tidak ditangani dengan cukup cepat, kekurangan oksigen yang dihasilkan dapat menyebabkan cedera otak dan kecacatan seperti kelumpuhan otak. Kekuatan berlebihan sebagai respons terhadap distosia bahu dapat menyebabkan patah tulang selangka atau kerusakan pada saraf pleksus brakialis di pangkal leher. Jenis kerusakan saraf ini adalah penyebab cedera kelahiran yang disebut Erb's palsy.

5. Pendarahan yang berlebihan

Rata-rata, perempuan kehilangan 500 mililiter (ml) darah selama melahirkan bayi tunggal melalui vagina. Selama persalinan sesar bayi tunggal, rata-rata jumlah darah yang hilang adalah 1.000 ml.

Menurut laporan dalam jurnal BMJ tahun 2017, ini bisa terjadi dalam waktu 24 jam setelah melahirkan atau hingga 12 minggu kemudian, dalam kasus perdarahan sekunder. Sekitar 80 persen kasus perdarahan postpartum disebabkan oleh kurangnya tonus uterus.

Pendarahan terjadi setelah plasenta dikeluarkan, karena kontraksi rahim terlalu lemah dan tidak dapat memberikan kompresi yang cukup pada pembuluh darah di tempat menempelnya plasenta ke rahim.

Tekanan darah rendah, kegagalan organ, syok, dan kematian dapat terjadi.

Kondisi dan perawatan medis tertentu dapat meningkatkan risiko terjadinya perdarahan pascapersalinan, seperti:

  • Solusio plasenta atau plasenta previa.
  • Overdistensi uterus.
  • Kehamilan kembar.
  • Hipertensi akibat kehamilan.
  • Riwayat beberapa kelahiran sebelumnya.
  • Persalinan macet.
  • Penggunaan forsep atau persalinan dengan bantuan vakum.
  • Penggunaan anestesi umum atau obat-obatan untuk menginduksi atau menghentikan persalinan.
  • Infeksi.
  • Kegemukan.

Kondisi medis lain yang dapat menyebabkan risiko pendarahan berlebihan lebih tinggi meliputi:

  • Robekan pembuluh darah serviks, vagina, atau rahim.
  • Hematoma pada vulva, vagina, atau panggul.
  • Gangguan pembekuan darah.
  • Plasenta akreta, inkreta, atau perkreta.
  • Ruptur uteri.

Pengobatan bertujuan untuk menghentikan pendarahan sesegera mungkin. Pilihannya meliputi:

  • Penggunaan obat-obatan.
  • Pijat rahim.
  • Pengangkatan sisa plasenta.
  • Pembungkusan rahim.
  • Mengikat pembuluh darah yang berdarah.
  • Operasi, kemungkinan laparotomi, untuk menemukan penyebab perdarahan; atau histerektomi, untuk mengangkat rahim.

Pendarahan yang berlebihan bisa mengancam jiwa, tetapi dengan bantuan medis yang cepat dan tepat, pandangan biasanya baik.

Baca Juga: Persalinan Caesar Sebabkan Ketidakseimbangan Mikrobiota di Usus Anak

6. Malposisi

10 Komplikasi Persalinan, Salah Satunya Masalah Plasentailustrasi bayi sungsang atau breech birth (healthjade.net)

Tidak semua bayi akan berada dalam posisi terbaik untuk persalinan pervaginam. Menghadap ke bawah adalah posisi lahir janin yang paling umum, tetapi bayi bisa berada pada posisi lain.

Mengutip MSD Manuals, mereka termasuk:

  • Menghadap ke atas.
  • Sungsang, baik bokong maupun kaki di posisi bawah.
  • Berbaring menyamping, yaitu horizontal melintasi rahim, bukannya vertikal.

Bergantung pada posisi bayi dan situasinya, penanganannya bisa meliputi:

  • Mengubah posisi janin secara manual.
  • Penggunaan forsep.
  • Melakukan episiotomi untuk memperbesar lubang dengan pembedahan.
  • Persalinan ceasar.

Di sisi lain, menurut National Institute of Child Health and Human Development, masalah dengan tali pusat bisa termasuk:

  • Bayi melilit bayi.
  • Tali pusat terkompresi.
  • Tali pusat muncul sebelum bayi.

Dalam kondisi-kondisi di atas, bantuan medis bisa diperlukan.

7. Masalah plasenta

Banyak masalah plasenta diidentifikasi sebelum bayi lahir, meskipun tidak selalu demikian. Masalah dengan plasenta juga dapat terjadi setelah persalinan dimulai. Masalah tertentu dengan plasenta lebih sering terjadi setelah operasi rahim, seperti operasi caesar, menurut studi dalam jurnal BMC Pregnancy Childbirth tahun 2011.

Kemungkinan masalah dengan plasenta meliputi:

Jika tidak ditangani, masalah dengan plasenta dapat menyebabkan kehilangan darah yang parah yang dapat membahayakan kesehatan ibu hamil dan bayinya. Sebelum dan selama persalinan, tim perawatan akan memantau memastikan setiap masalah plasenta dapat diidentifikasi dan ditangani dengan cepat.

8. Disproporsi kepala panggul

10 Komplikasi Persalinan, Salah Satunya Masalah Plasentailustrasi persalinan (freepik.com/DCStudio)

Disproporsi kepala panggul (cephalopelvic disproportion) adalah kondisi ketika kepala bayi tidak dapat masuk melalui panggul ibu.

Menurut American College of Nurse Midwives, disproporsi kepala panggul terjadi pada 1 dari 250 kehamilan. Ini dapat terjadi jika:

  • Bayi besar atau ukuran kepala bayi besar.
  • Bayi dalam posisi yang tidak biasa.
  • Panggul ibu kecil atau bentuk panggul yang tidak biasa.

Dalam kasus ini, persalinan caesar biasanya diperlukan.

9. Ruptur uteri

Dijelaskan dalam laman Birth Injury Help Center, ruptur uteri dianggap sebagai komplikasi kebidanan yang paling berbahaya bagi bayi dan ibu. Ini merupakan peristiwa langka saat dinding atau lapisan rahim ibu robek.

Pecahnya dinding rahim terjadi secara tiba-tiba dan biasanya tanpa peringatan sebelumnya. Dalam kasus yang parah, ruptur menyebabkan lubang di dinding rahim, memungkinkan cairan ketuban dan bahkan bayi keluar dari rahim.

Alasan kenapa ruptur uteri sangat berbahaya adalah begitu rahim robek, bayi terancam kekurangan oksigen, yang menyebabkan kerusakan otak besar atau kematian dengan sangat cepat. Begitu rahim robek, bayi dalam bahaya.

Tergantung tingkat keparahan pecahnya, bayi harus dilahirkan melalui operasi caesar darurat dalam waktu 10–30 menit untuk menghindari cedera otak yang parah atau kematian.

Bahkan dalam keadaan terbaik, ketika ruptur didiagnosis segera dan dokter siap untuk operasi caesar darurat, 10–30 menit sering kali tidak cukup. Sangat sedikit ruptur uteri yang terjadi dalam keadaan optimal. Meskipun sebagian besar ruptur terjadi di rumah sakit selama persalinan, tetapi kondisi ini tidak selalu dapat didiagnosis dengan cepat. Inilah sebabnya mengapa ruptur uteri dianggap sangat berbahaya.

10. Persalinan cepat

10 Komplikasi Persalinan, Salah Satunya Masalah Plasentailustrasi bayi baru lahir (pexels.com/Letticia Massari)

Tiga tahap persalinan biasanya berlangsung selama 6 hingga 18 jam, tetapi terkadang hanya berlangsung 3 hingga 5 jam. Ini dikenal sebagai persalinan (rapid labor atau precipitous labor).

Kemungkinan persalinan cepat meningkat ketika:

  • Ukuran bayi lebih kecil dari rata-rata.
  • Rahim berkontraksi secara efisien dan kuat.
  • Jalan lahir sesuai.
  • Ada riwayat persalinan cepat.

Persalinan cepat dapat dimulai dengan serangkaian kontraksi cepat dan intens yang tiba-tiba. Ini dapat menyisakan sedikit waktu di antaranya untuk istirahat. Ini mungkin menyerupai satu kontraksi terus-menerus.

Dampak buruk dari persalinan cepat adalah:

  • Membuat ibu merasa lepas kendali.
  • Mungkin tidak ada cukup waktu untuk sampai ke fasilitas perawatan kesehatan.
  • Dapat meningkatkan risiko robekan dan laserasi pada serviks dan vagina, perdarahan, dan syok pascapersalinan.

Sementara itu, risiko untuk bayi meliputi:

  • Aspirasi cairan amnion.
  • Kemungkinan infeksi yang lebih tinggi jika persalinan terjadi di lokasi yang tidak steril.

Jika ada tanda-tanda dimulainya persalinan cepat, penting untuk:

  • Menghubungi dokter atau bidan.
  • Menggunakan teknik pernapasan dan pikiran yang menenangkan untuk merasa lebih terkendali.
  • Tetap berada di lokasi atau tempat yang steril.
  • Berbaring telentang atau miring dapat membantu.

Apakah komplikasi persalinan bisa berakibat fatal?

Komplikasi selama dapat mengancam jiwa dalam kondisi kurangnya perawatan kesehatan yang tepat. Menurut Badan Kesehatan Dunia (WHO), di seluruh dunia, 303.000 kematian diperkirakan terjadi pada tahun 2015.

Penyebab utamanya adalah:

  • Pendarahan.
  • Infeksi.
  • Terminasi kehamilan yang tidak aman.
  • Eklamsia, yang menyebabkan tekanan darah tinggi dan kejang.
  • Komplikasi kehamilan yang memburuk saat persalinan.

Perawatan kesehatan yang tepat dapat mencegah atau menyelesaikan sebagian besar masalah tersebut.

Sangat penting untuk menghadiri semua kunjungan prenatal selama kehamilan, dan untuk mengikuti saran dan instruksi dokter mengenai kehamilan dan persalinan.

Komplikasi persalinan jarang terjadi, tetapi ini bisa dialami siapa pun, dalam pengaturan persalinan apa pun, dan di bawah perawatan semua jenis penyedia layanan kesehatan. 

Faktor risiko tertentu bisa membuat komplikasi lebih mungkin terjadi, tetapi jika kehamilan sehat, kemungkinan besar kamu akan memiliki pengalaman persalinan yang tidak rumit.

Bahkan jika kamu tidak memiliki faktor risiko apa pun, bicarakan dengan dokter tentang apa yang akan terjadi jika komplikasi berkembang selama persalinan. Tanyakan kepada dokter bagaimana mereka menangani situasi darurat seperti pendarahan yang berlebihan dan kapan mereka akan merekomendasikan operasi caesar jika kamu berencana melahirkan pervaginam.

Tim perawatan akan memantau kamu dan bayi dan memastikan persalinan berjalan aman. Tanyakan apa pun kekhawatiran kamu saat pemeriksan prenatal. Membahasnya mungkin terasa menakutkan, tetapi memiliki rencana akan sangat membantu.

Baca Juga: Plasenta Previa: Gejala, Penyebab, Diagnosis, Pengobatan

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya