3 Jenis Serangan Jantung, Gejala, dan Penanganan

Apa pun jenisnya, risikonya bisa serius

Serangan jantung atau infark miokard menimbulkan risiko kesehatan serius dan bisa mengancam nyawa. Ini terjadi saat penyumbatan di arteri koroner mengganggu aliran darah ke jantung, menyebabkan kerusakan permanen.

Serangan jantung terjadi akibat salah satu dari jenis penyakit arteri koroner ini:

  • Infark miokard dengan elevasi segmen ST atau ST segment elevation myocardial infarction (STEMI).
  • Infark miokard dengan elevasi segmen non-ST atau non-ST segment elevation myocardial infarction (NSTEMI)
  • Spasme arteri koroner.

1. STEMI

STEMI merupakan serangan jantung klasik atau utama. Ini terjadi saat arteri koroner tersumbat total dan sebagian besar otot berhenti menerima darah. Ini merupakan kasus serangan jantung serius yang bisa menyebabkan kerusakan signifikan.

Gejala klasik STEMI adalah nyeri di dada bagian tengah. Ketidaknyamanan di dada ini sering digambarkan sebagai tekanan atau sesak, bukan nyeri tajam. Beberapa orang yang mengalaminya juga menggambarkan rasa sakit di satu atau kedua lengan atau punggung, leher, atau rahang.

Gejala lain yang mungkin menyertai nyeri dada meliputi:

  • Mual.
  • Sesak napas.
  • Kecemasan.
  • Pusing.
  • Keringat dingin.

Cari pertolongan secepatnya jika mengalami gejala yang mengarah ke serangan jantung. Keterlambatan penanganan, misalnya menunggu 2–3 jam untuk mencari bantuan, dapat mengakibatkan kerusakan jantung permanen atau kematian.

2. NSTEMI

3 Jenis Serangan Jantung, Gejala, dan Penangananilustrasi serangan jantung (freepik.com/jcomp)

Berbeda dengan STEMI, serangan jantung NSTEMI terjadi ketika arteri koroner tersumbat sebagian dan aliran darah sangat terbatas. Jenis serangan jantung ini tidak akan menunjukkan perubahan pada segmen ST pada elektrokardiogram.

Angiografi koroner akan menunjukkan sejauh mana arteri tersumbat. Tes darah juga akan menunjukkan peningkatan kadar protein troponin. Meskipun mungkin kerusakan jantung yang terjadi lebih sedikit, tetapi NSTEMI masih merupakan kondisi yang serius dan dapat menyebabkan kerusakan permanen.

3. Spasme arteri koroner

Spasme atau kejang arteri koroner juga dikenal sebagai serangan jantung diam-diam (silent heart attack) atau angina tidak stabil. Ini terjadi saat arteri yang terhubung ke jantung berkontraksi, mencegah atau membatasi aliran darah ke jantung.

Gejalanya tidak menyebabkan kerusakan permanen dan tidak terlalu parah dibanding jenis penyakit arteri koroner lainnya. Namun, mengalami kejang arteri koroner dapat meningkatkan risiko serangan jantung yang lebih parah.

Dilansir Healthline, gejalanya, yang mana bisa sama dengan serangan jantung STEMI, mungkin disalahartikan sebagai nyeri otot, gangguan pencernaan, dan banyak lagi. Ini terjadi ketika salah satu arteri jantung mengencang sedemikian rupa sehingga aliran darah berhenti atau menjadi berkurang secara drastis.

Spasme arteri koroner hanya bisa dideteksi dokter melalui tes pencitraan dan tes darah.

Baca Juga: Bisakah Usia 17 Tahun Kena Serangan Jantung?

Perawatan

3 Jenis Serangan Jantung, Gejala, dan Penangananilustrasi pasien serangan jantung (pexels.com/Los Muertos Crew)

Terlepas dari penyebabnya, semua serangan jantung memerlukan perhatian medis secepat mungkin. Penanganannya akan tergantung jenis penyakit arteri koroner yang mendasari.

Dalam kebanyakan kasus, tim medis akan memberikan perawatan segera sebelum menentukan jenis atau tingkat keparahan serangan. Perawatan ini mungkin melibatkan:

  • Aspirin untuk mengurangi pembekuan darah lebih lanjut.
  • Terapi oksigen.
  • Nitrogliserin untuk mendukung aliran darah.
  • Upaya untuk mengurangi nyeri dada

Setelah dokter menentukan jenis serangan jantung, perawatan lebih lanjut diperlukan untuk merangsang aliran darah. Saat penyakit arteri koroner yang mendasarinya kurang parah, ini dapat dilakukan dengan menggunakan obat-obatan.

  • Obat penghilang gumpalan atau obat trombolitik membantu melarutkan gumpalan darah yang menyebabkan penyumbatan.
  • Obat pengencer darah atau antikoagulan untuk mencegah pembekuan lebih darah lanjut.
  • Obat tekanan darah, seperti ACE inhibitor, membantu menjaga aliran darah yang sehat dan mengurangi tekanan.
  • Statin dapat menurunkan low-density lipoprotein (LDL) atau kolesterol jahat.
  • Beta-blocker dapat mengurangi beban kerja jantung dan nyeri dada.

Dokter juga dapat melakukan prosedur non bedah intervensi koroner perkutan. Ini melibatkan memasukkan tabung tipis (kateter) ke dalam arteri koroner yang menyempit atau tersumbat. Ujung tabung mengembang, menciptakan lebih banyak ruang di arteri, sehingga lebih banyak darah bisa mencapai jantung.

Dalam beberapa kasus, stent juga akan dimasukkan selama prosedur. Perangkat logam kecil ini dirancang untuk mencegah penyumbatan di masa mendatang.

Dalam kasus parah, operasi bisa dibutuhkan. Jenis yang paling umum adalah bypass arteri koroner. Ini melibatkan pemindahan pembuluh darah dari tempat lain di tubuh ke arteri yang tersumbat. Pembuluh yang ditambahkan akan memungkinkan darah mengalir di sekitar penyumbatan dan mencapai jantung.

Pemulihan

Pemulihan dari serangan jantung akan tergantung tingkat keparahannya dan bagaimana pengobatannya. Kira-kira butuh waktu mulai dari satu hingga beberapa minggu sebelum pasien bisa kembali ke aktivitas rutinnya, terutama apa pun yang melibatkan angkat beban berat.

Mendapatkan perawatan serangan jantung dengan segera dan efektif dapat meminimalkan kerusakan jantung. Peluang untuk mendapatkan hasil terbaik juga meningkat jika pasien melakukan rehabilitasi jantung.

Rehabilitasi jantung adalah program latihan rutin selama beberapa minggu, konseling nutrisi, dan pembelajaran tentang pengobatan jantung dan perubahan gaya hidup.

Janji temu lanjutan dengan dokter biasanya dilakukan satu, tiga, dan enam bulan setelah serangan jantung. Jika pulih dengan baik, biasanya kontrol dengan dokter akan menjadi setahun sekali. Penting untuk minum obat sesuai resep dan mengikuti semua instruksi dari dokter.

Perasaan cemas atau depresi juga dapat meningkat setelah serangan jantung. Informasikan kepada dokter apabila mengalami emosi ini atau jika sudah mengganggu aktivitas harian.

Faktor risiko

3 Jenis Serangan Jantung, Gejala, dan Penangananilustrasi rutin olahraga (pexels.com/Kampus Production)

STEMI dan NSTEMI memiliki faktor risiko yang sama, yaitu:

  • Kadar LDL tinggi.
  • Tekanan darah tinggi.
  • Obesitas.
  • Gaya hidup sedenter.
  • Merokok.
  • Usia lanjut.
  • Diabetes.

Ada pula risiko yang terkait gender. Misalnya, hingga usia 55 tahun atau lebih laki-laki berisiko lebih tinggi terkena serangan jantung. Namun, setelah menopause, perempuan cenderung memiliki risiko yang sama dengan laki-laki.

Selain itu, laki-laki cenderung memiliki masalah di arteri jantung yang lebih besar, sementara perempuan sering mengalami penyumbatan di arteri jantung yang lebih kecil.

Faktor-faktor yang dipaparkan di atas tadi juga merupakan risiko spasme arteri koroner. Akan tetapi, memiliki kondisi lain juga bisa meningkatkan risiko spasme arteri koroner, seperti: 

  • Migrain.
  • Kelebihan hormon tiroid.
  • Alergi kronis.
  • Merokok.
  • Konsumsi alkohol berlebihan.
  • Kadar magnesium rendah.
  • Menggunakan obat kemoterapi.

Pencegahan

Kamu bisa meminimalkan risiko mengembangkan serangan jantung di masa mendatang dengan langkah-langkah ini:

  • Rutin olahraga setidaknya 150 menit aerobik intensitas sedang atau 75 menit latihan aerobik intensitas tinggi per minggu.
  • Mampu mengelola stres dengan baik.
  • Tidak merokok atau segera berhenti merokok.
  • Memperbanyak asupan sayuran, buah-buahan, biji-bijian utuh, legum, dan ikan berlemak.
  • Menjaga berat badan tetap dalam kisaran sehat.

Itulah tiga jenis serangan jantung. Memang, serangan jantung tidak selalu bisa dicegah karena genetik adalah salah satu faktor risiko. Namun, dengan perubahan gaya hidup sederhana, risikonya bisa ditekan seminimal mungkin.

Baca Juga: Pertolongan Pertama Serangan Jantung dengan Batuk, Mitos atau Fakta?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya