Kanker Serviks: Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatan

99% persen kasus berkaitan dengan infeksi HPV risiko tinggi

Kanker serviks berkembang di leher rahim atau serviks (pintu masuk rahim dari vagina). Hampir semua kasus kanker serviks (99 persen) terkait infeksi human papillomavirus (HPV) risiko tinggi, virus yang sangat umum ditularkan melalui kontak seksual. 

Meskipun sebagian besar infeksi HPV sembuh secara spontan dan tidak menimbulkan gejala, tetapi infeksi yang terus-menerus dapat menyebabkan kanker serviks pada perempuan.

Dilansir Badan Kesehatan Dunia, kanker serviks adalah kanker paling umum keempat pada perempuan. Pada tahun 2018, diperkirakan 570.000 perempuan didiagnosis kanker serviks di seluruh dunia dan sekitar 311.000 perempuan meninggal dunia akibat penyakit ini.

Mengutip laman Kementerian Kesehatan RI, kanker serviks atau kanker leher rahim merupakan penyebab kematian ketiga setelah kanker payudara dan kanker paru di Indonesia. Data dari Global Cancer Observatory tahun 2020 menyebutkan setidaknya ada 36.633 kasus kanker serviks baru pada tahun 2020 di Indonesia. Ini merupakan angka yang cukup tinggi dan perlu menjadi perhatian serius untuk dapat melakukan tindakan promotif dan preventif untuk menekan kejadian ini.

1. Jenis

Kanker serviks diberi nama sesuai dengan jenis sel tempat kanker dimulai. Menurut National Cancer Institute, dua jenis utamanya adalah:

  • Karsinoma sel skuamosa: Sebagian besar kanker serviks (hingga 90 persen) adalah jenis ini. Karsinoma sel skuamosa berkembang dari sel-sel di ektoserviks.
  • Adenokarsinoma: Adenokarsinoma serviks berkembang di sel kelenjar endoserviks. Adenokarsinoma sel jernih, juga disebut karsinoma sel bening atau mesonefroma, adalah jenis adenokarsinoma serviks yang langka.

Kadang-kadang, kanker serviks memiliki ciri-ciri karsinoma sel skuamosa dan adenokarsinoma. Ini disebut karsinoma campuran atau karsinoma adenosquamous. Sangat jarang, kanker berkembang di sel lain di serviks.

2. Penyebab dan faktor risiko

Kanker Serviks: Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi HPV dan kanker serviks (scientificanimations.com)

Dalam beberapa tahun terakhir, ada banyak kemajuan dalam memahami apa yang terjadi pada sel-sel leher rahim saat kanker berkembang. Selain itu, beberapa faktor risiko telah diidentifikasi yang meningkatkan kemungkinan perempuan terkena kanker serviks.

Perkembangan sel manusia normal sebagian besar bergantung pada informasi yang terkandung dalam DNA sel. DNA adalah bahan kimia dalam sel yang membentuk gen, yang mengontrol cara kerja sel. Kamu terlihat mirip orang tua karena mereka adalah sumber DNA kamu. Akan tetapi, DNA memengaruhi lebih dari sekadar penampilan fisik.

Beberapa gen mengontrol kapan sel tumbuh, membelah, dan mati: ·

  • Gen yang membantu sel tumbuh, membelah, dan tetap hidup disebut onkogen.
  • Gen yang membantu menjaga pertumbuhan sel tetap terkendali atau membuat sel mati pada waktu yang tepat disebut gen penekan tumor.

Kanker dapat disebabkan oleh mutasi DNA (cacat gen) yang menghidupkan onkogen atau mematikan gen penekan tumor.

HPV memiliki dua protein yang dikenal sebagai E6 dan E7, yang mematikan beberapa gen penekan tumor, seperti p53 dan Rb. Ini memungkinkan sel-sel yang melapisi serviks tumbuh terlalu banyak dan mengembangkan perubahan gen tambahan, yang dalam beberapa kasus dapat menyebabkan kanker.

Akan tetapi, HPV bukan satu-satunya penyebab kanker serviks. Sebagian besar perempuan dengan HPV tidak terkena kanker serviks, dan faktor risiko lainnya, seperti merokok dan infeksi HIV, memengaruhi wanita yang terpajan HPV lebih mungkin untuk mengembangkan kanker serviks, seperti dijelaskan dalam laman American Cancer Society.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko kanker serviks bisa berupa:

  • Punya banyak pasangan seksual: Makin besar jumlah pasangan seksual kamu, dan makin besar jumlah pasangan seksual pasangan, maka makin besar peluang kamu tertular HPV.
  • Aktivitas seksual dini: Berhubungan seks pada usia dini meningkatkan risiko HPV.
  • Infeksi menular seksual lainnya: Memiliki klamidia, gonore, sifilis, dan HIV/AIDS meningkatkan risiko HPV.
  • Sistem kekebalan tubuh yang melemah: Kamu mungkin lebih mungkin terkena kanker serviks jika sistem kekebalan melemah karena kondisi kesehatan lain dan kamu memiliki HPV.
  • Merokok: Merokok dikaitkan dengan kanker serviks sel skuamosa.
  • Paparan obat pencegah keguguran: Jika ibu kamu mengonsumsi obat yang disebut dietilstilbestrol (DES) saat hamil pada tahun 1950-an, kamu mungkin memiliki peningkatan risiko jenis kanker serviks adenokarsinoma sel jernih.

3. Gejala

Pada tahap awal, kanker serviks biasanya tidak menimbulkan gejala dan sulit dideteksi. Tanda dan gejala pertama kanker serviks mungkin butuh waktu beberapa tahun untuk berkembang. Menemukan sel abnormal selama skrining kanker serviks adalah cara terbaik untuk menghindari kanker serviks.

Tanda dan gejala kanker serviks stadium 1 dapat meliputi:

  • Keputihan berair atau berdarah yang mungkin berat dan dapat memiliki bau busuk.
  • Pendarahan vagina setelah hubungan seksual, antara periode menstruasi atau setelah menopause.
  • Periode menstruasi mungkin lebih berat dan berlangsung lebih lama dari biasanya.

Apabila kanker telah menyebar ke jaringan atau organ terdekat, gejalanya mungkin meliputi:

  • Buang air kecil yang sulit atau menyakitkan, terkadang dengan darah dalam urine.
  • Diare, atau nyeri atau pendarahan dari rektum saat buang air besar.
  • Kelelahan, penurunan berat badan dan nafsu makan.
  • Perasaan sakit secara umum.
  • Sakit punggung tumpul atau bengkak di kaki.
  • Nyeri panggul atau perut.

Jika kamu mengalami perdarahan abnormal, keputihan, atau gejala lain yang tidak dapat dijelaskan, temui dokter untk menjalani pemeriksaan ginekologi lengkap yang mencakup Pap smear.

Baca Juga: Infeksi HPV Menjadi Penyebab Kanker Serviks, Ayo Vaksin HPV!

4. Diagnosis

Kanker Serviks: Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pemeriksaan panggul oleh dokter (medbriefnamibia.com)

Ketika masalah serviks ditemukan selama pemeriksaan panggul atau sel abnormal ditemukan melalui tes Pap smear, biopsi serviks dapat dilakukan.

Menurut Johns Hopkins Medicine, ada beberapa jenis biopsi serviks untuk mendiagnosis kanker serviks, dan beberapa prosedur ini yang dapat sepenuhnya menghilangkan area jaringan abnormal juga dapat digunakan untuk pengobatan lesi prakanker. Beberapa prosedur biopsi hanya membutuhkan anestesi lokal, sementara yang lain memerlukan anestesi umum. Beberapa jenis biopsi serviks meliputi:

  • Loop electrosurgical excision procedure (LEEP): Prosedur yang menggunakan loop kawat listrik untuk mendapatkan sepotong jaringan sehingga dapat diperiksa di bawah mikroskop.
  • Kolposkopi: Prosedur ini menggunakan alat kolposkop yang dilengkapi lensa pembesar untuk memeriksa kelainan serviks. Jika ditemukan jaringan abnormal, biasanya dilakukan biopsi (biopsi kolposkopi).
  • Kuretase endoserviks: Menggunakan alat yang disebut kuret untuk mengikis lapisan saluran endoserviks. Biopsi jenis ini biasanya diselesaikan bersamaan dengan biopsi kolposkopi.
  • Biopsi kerucut atau konisasi: Biopsi ini menggunakan eksisi loop electrosurgical atau prosedur biopsi kerucut pisau dingin untuk mengangkat potongan jaringan berbentuk kerucut yang lebih besar dari serviks. Prosedur biopsi kerucut dapat digunakan sebagai pengobatan untuk lesi prakanker dan kanker tahap dini.
  • Tes DNA HPV: Tes ini mendeteksi adanya infeksi HPV serviks. Sel dikumpulkan sebagaimana Pap smear, tetapi ini bukan pengganti Pap smear. Tes DNA HPV dapat digunakan sebagai tes skrining untuk perempuan usia 30 tahun ke atas atau untuk perempuan dengan hasil Pap smear yang sedikit abnormal untuk menentukan apakah tes atau pengobatan lebih lanjut diperlukan.
  • Biopsi kerucut pisau dingin: Prosedur ini menggunakan laser atau pisau bedah untuk mengangkat sepotong jaringan serviks untuk pemeriksaan lebih lanjut. Prosedur ini membutuhkan anestesi umum.

5. Pengobatan

Pengobatan untuk kanker serviks akan ditentukan oleh dokter berdasarkan:

  • Riwayat kesehatan dan medis secara keseluruhan.
  • Luasnya penyakit.
  • Toleransi terhadap pengobatan, prosedur, atau terapi tertentu.
  • Ekspektasi untuk perjalanan penyakit.

1. Operasi

Jika kanker serviks terdeteksi pada stadium awal, biasanya operasi akan dilakukan. Jenis operasinya akan tergantung pada ukuran kanker, stadiumnya, dan apakah kamu mempertimbangkan untuk hamil di masa depan.

Inilah beberapa pilihan operasi untuk kanker serviks:

  • Operasi untuk mengangkat kanker saja: Untuk kanker serviks yang sangat kecil, kanker dapat diangkat seluruhnya dengan biopsi kerucut. Prosedur ini melibatkan pemotongan sepotong jaringan serviks berbentuk kerucut, tetapi membiarkan sisa serviks tetap utuh. Opsi ini memungkinkan kamu untuk hamil di masa depan.
  • Pengangkatan serviks (trakelektomi): Kanker serviks stadium awal dapat diobati dengan prosedur trakelektomi radikal yang mengangkat serviks dan beberapa jaringan di sekitarnya. Setelah prosedur ini rahim tetap ada, jadi kamu dimungkinkan untuk hamil di masa depan jika menginginkannya.
  • Pengangkatan leher rahim dan rahim (histerektomi): Sebagian besar kanker serviks stadium awal diobati dengan operasi histerektomi radikal, yang melibatkan pengangkatan serviks, rahim, bagian vagina, dan kelenjar getah bening di sekitarnya. Histerektomi dapat menyembuhkan kanker serviks stadium awal dan mencegah kekambuhan. Namun, prosedur ini akan membuat kamu tidak akan bisa hamil.

Histerektomi invasif minimal, yang melibatkan pembuatan beberapa sayatan kecil di perut daripada satu sayatan besar, bisa menjadi opsi untuk kanker serviks stadium awal. Orang yang menjalani operasi invasif minimal cenderung pulih lebih cepat dan menghabiskan lebih sedikit waktu di rumah sakit. Namun, beberapa studi telah menemukan bahwa histerektomi invasif minimal mungkin kurang efektif daripada histerektomi tradisional. Diskusikan manfaat dan risikonya dengan dokter bedah.

2. Kemoterapi

Kemoterapi adalah perawatan obat yang menggunakan bahan kimia untuk membunuh sel kanker. Obat bisa diberikan lewat pembuluh darah (intravena) maupun diminum dalam bentuk pil. Kadang, kombinasi digunakan.

Untuk kanker serviks stadium lanjut, kemoterapi dosis rendah sering dikombinasikan dengan terapi radiasi, karena kemoterapi dapat meningkatkan efek radiasi. Dosis kemoterapi yang lebih tinggi mungkin direkomendasikan untuk membantu mengendalikan gejala kanker yang sangat lanjut.

3. Terapi radiasi

Terapi radiasi menggunakan pancaran energi berkekuatan tinggi, seperti sinar-X atau proton, untuk membunuh sel kanker. Terapi ini sering dikombinasikan dengan kemoterapi sebagai pengobatan utama untuk kanker serviks stadium lanjut. Ini juga dapat digunakan setelah operasi jika ada peningkatan risiko kanker akan kembali.

Terapi radiasi dapat diberikan:

  • Secara eksternal, dengan mengarahkan sinar radiasi ke area tubuh yang terkena.
  • Secara internal, dengan menempatkan alat berisi bahan radioaktif di dalam vagina, biasanya hanya beberapa menit (brachytherapy).
  • Secara eksternal maupun internal.

Apabila kamu masih usia subur, terapi radiasi bisa menyebabkan menopause. Kalau ingin mempertimbangkan untuk hamil setelah terapi radiasi, tanyakan kepada dokter tentang cara mengawetkan sel telur sebelum pengobatan dimulai.

4. Imunoterapi

Imunoterapi adalah perawatan obat yang membantu sistem kekebalan tubuh untuk melawan kanker. Sistem kekebalan tubuh yang melawan penyakit mungkin tidak menyerang kanker karena sel kanker menghasilkan protein yang membuatnya tidak terdeteksi oleh sel sistem kekebalan. Imunoterapi bekerja dengan mengganggu proses tersebut. Untuk kanker serviks, imunoterapi dapat dipertimbangkan ketika kanker sudah lanjut dan pengobatan lain tidak berhasil.

5. Terapi yang ditargetkan

Terapi ini berfokus pada kelemahan spesifik yang ada dalam sel kanker. Dengan memblokir kelemahan ini, perawatan obat yang ditargetkan dapat membunuh sel kanker. Terapi obat yang ditargetkan biasanya dikombinasikan dengan kemoterapi. Ini mungkin menjadi pilihan untuk kanker serviks stadium lanjut.

6. Perawatan suportif (paliatif)

Perawatan paliatif adalah perawatan medis khusus yang berfokus pada pemberian bantuan untuk rasa sakit dan gejala lain dari penyakit serius. Spesialis perawatan paliatif bekerja sama dengan pasien, keluarga, dan dokter yang lain untuk memberikan dukungan tambahan yang melengkapi perawatan berkelanjutan.

Ketika perawatan paliatif digunakan bersama dengan semua perawatan lain yang sesuai, pasien kanker mungkin merasa lebih baik dan hidup lebih lama.

Perawatan paliatif disediakan oleh tim dokter, perawat, dan profesional terlatih lainnya. Tujuannya adalah untuk meningkatkan kualitas hidup pasien kanker dan keluarga. Biasanya perawatan ini ditawarkan bersamaan dengan perawatan kuratif atau perawatan lain yang mungkin diterima pasien.

6. Komplikasi yang bisa terjadi

Kanker Serviks: Jenis, Gejala, Diagnosis, Pengobatanilustrasi pasien kanker serviks (pexels.com/Thirdman)

Seperti kebanyakan kanker, kanker serviks dapat menyebar ke bagian tubuh lain dan menimbulkan komplikasi serius. Namun, ketika kanker serviks dideteksi dan diobati sejak dini, hasil yang diharapkan biasanya sangat baik.

Perawatan untuk kanker serviks dapat memengaruhi kemampuan kamu untuk hamil dan/atau melahirkan hingga cukup bulan. Prosedur operasi yang lebih kecil yang dilakukan pada serviks dapat meningkatkan kemungkinan keguguran pada kehamilan berikutnya.

Operasi yang lebih besar, yang mengangkat rahim, saluran tuba, atau indung telur, mungkin berarti kamu tidak akan dapat memiliki anak.

Perawatan kanker, termasuk operasi, kemoterapi, dan terapi radiasi semuanya dapat menyebabkan berbagai efek samping. Pastikan kamu mencari tim medis yang berpengalaman dalam membantu mengelola efek samping ini dan memberi kamu saran dan dukungan untuk mengelolanya.

7. Pencegahan

Kunci penting untuk membantu mencegah kanker serviks adalah mendapatkan vaksinasi HPV sedini mungkin dan skrining secara berkala.

Vaksinasi HPV 

Vaksin HPV melindungi kamu dari jenis HPV yang paling sering menyebabkan kanker serviks, vagina, dan vulva.

  • Vaksinasi HPV direkomendasikan untuk usia 11 hingga 12 tahun, tetapi dapat diberikan mulai usia 9 tahun.
  • Vaksin HPV juga direkomendasikan untuk semua orang hingga usia 26 tahun, jika belum divaksinasi.
  • Vaksinasi HPV tidak dianjurkan untuk usia lebih dari 26 tahun. Namun, beberapa orang dewasa usia 27–45 tahun yang belum divaksinasi dapat memutuskan untuk mendapatkan vaksin HPV setelah berbicara dengan dokter mereka tentang risiko infeksi HPV baru dan manfaat vaksinasi. Vaksinasi HPV pada rentang usia ini kurang memberi manfaat, karena banyak yang sudah terpapar HPV.

Jika vaksinasi dimulai sebelum usia 15 tahun, direkomendasikan jadwal dua dosis, dengan dosis yang diberikan berjarak 6 hingga 12 bulan. Untuk orang yang memulai vaksinasi setelah usia 15 tahun, vaksin diberikan dalam rangkaian tiga suntikan.

Vaksinasi HPV mencegah infeksi HPV baru, tetapi tidak mengobati infeksi atau penyakit yang sudah ada. Inilah sebabnya mengapa vaksin HPV bekerja paling baik bila diberikan sebelum paparan terhadap HPV. Kamu harus melakukan skrining kanker serviks secara teratur, bahkan jika sudah menerima vaksinasi HPV.

Skrining

Dua tes skrining dapat membantu mencegah kanker serviks atau menemukannya lebih awal:

  • Pap smear: Untuk mencari prakanker, perubahan sel pada serviks yang mungkin menjadi kanker serviks jika tidak ditangani dengan tepat.
  • Tes HPV: Untuk mencari HPV yang dapat menyebabkan perubahan sel.

Cara lainnya yang juga dapat membantu mengurangi risiko mengembangkan kanker serviks termasuk:

  • Tidak merokok.
  • Menggunakan kondom saat berhubungan seks.
  • Membatasi jumlah partner seksual.

Infeksi HPV dapat terjadi baik area genital laki-laki maupun perempuan yang tertutup atau terlindungi oleh kondom lateks, serta di area yang tidak tertutup. Sementara efek kondom dalam mencegah infeksi HPV tidak diketahui, tetapi penggunaan kondom dikaitkan dengan tingkat kanker serviks yang lebih rendah.

Didiagnosis kanker bisa sangat menakutkan. Diskusikan segala pertanyaan dan kekhawatiran dengan tim perawatan kesehatan untuk memastikan kamu memahami diagnosis dan rencana perawatan. Punya teman dan keluarga untuk sumber dukungan juga akan sangat membantu.

Deteksi dini kanker serviks sangat penting. Kamu juga dapat mengambil langkah-langkah untuk meminimalkan risiko kanker serviks dengan menjadwalkan pemeriksaan ginekologi secara teratur dan selalu mempraktikkan seks aman.

Baca Juga: 7 Fakta Human Papillomavirus, Penyebab Utama Kanker Serviks

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya