9 Kondisi selama Kehamilan yang Bisa Diturunkan dalam Keluarga

Dari preeklamsia hingga depresi pascapersalinan

Saat hamil, tentu perempuan memikirkan banyak hal, termasuk bagaimana kehamilan dan persalinan, apalagi kalau ini adalah kehamilan pertama. Pastilah pada saat ini perempuan ingin mendapatkan informasi seputar kehamilan dan persalinan selengkap-lengkapnya.

Saat ibu, ibu mertua, atau saudara perempuan bercerita tentang masalah kehamilan maupun persalinan yang mereka alami, tentu kamu bertanya-tanya apakah masalah tersebut akan kamu alami juga.

Dari preeklamsia hingga diabetes gestasional, berikut adalah beberapa kondisi umum kehamilan dan persalinan yang mungkin dapat diturunkan dalam keluarga.

1. Hiperemesis gravidarum

Hiperemesis gravidarum atau morning sickness yang parah. Menurut MedlinePlus, kondisi ini dapat menyebabkan ibu hamil mengalami dehidrasi, penurunan berat badan, bahkan bisa sampai pingsan. Kondisi ini persisten dan ya, dapat diturunkan dalam keluarga.

Penelitian dari University of California, Los Angeles dan University of Southern California menemukan bahwa perempuan hamil dengan saudara perempuan yang mengalami hiperemesis gravidarum saat hamil memiliki risiko lebih dari 17 kali lipat untuk mengalami kondisi tersebut.

Risikonya tidak terlalu tinggi jika ibu atau nenek mengalami hiperemesis gravidarum, tetapi ditemukan bahwa jika ibu tersebut memiliki kerabat perempuan, bahkan melalui pihak ayah dari anak tersebut, yang mengalami morning sickness ekstrem, ada kemungkinan yang lebih besar bahwa ia bisa memilikinya juga.

2. Preeklamsia

9 Kondisi selama Kehamilan yang Bisa Diturunkan dalam Keluargailustrasi ibu hamil (freepik.com/pch.vector)

Preeklamsia adalah komplikasi yang disebabkan oleh perubahan aliran darah ke plasenta, organ yang berkembang selama kehamilan untuk menyediakan oksigen dan nutrisi pada janin, seperti dilansir Health.

Biasanya kondisi ini ditandai dengan tekanan darah tinggi atau pembengkakan di tangan dan kaki. Preeklamsia terkadang bisa berbahaya, jadi ibu hamil dengan kondisi ini harus dipantau secara ketat oleh dokter.

Menurut analisis oleh para peneliti di Columbia University dalam jurnal BMJ tahun 2013, preeklamsia diperkirakan berdampak pada 3 hingga 6 persen kehamilan.

Menurut Mayo Clinic, salah satu faktor risiko terbesar preeklamsia adalah riwayat keluarga dengan kondisi tersebut. Juga, perempuan dengan riwayat pribadi tekanan darah tinggi memiliki peningkatan risiko komplikasi.  

3. Kolestasis

Ditandai dengan rasa gatal yang ekstrem dan urine berwarna gelap, kolestasis memengaruhi sekitar 1 dari setiap 1.000 kehamilan, menurut American Pregnancy Association.

Kolestasis sering diturunkan dalam keluarga, sehingga perempuan yang mengetahui kerabat dekat yang memiliki kondisi ini mungkin memiliki risiko lebih tinggi untuk mengembangkannya.

Kolestasis adalah suatu kondisi saat hormon kehamilan berdampak pada kantong empedu, yang pada akhirnya mengakibatkan penumpukan empedu di hati dan berpotensi memasuki aliran darah.

4. Pembekuan darah

9 Kondisi selama Kehamilan yang Bisa Diturunkan dalam Keluargailustrasi pemeriksaan prenatal pada ibu hamil (pexels.com/MART PRODUCTION)

Menurut American Pregnancy Association, perempuan dengan riwayat penggumpalan darah atau deep vein thrombosis (DVT) dalam keluarga memiliki peningkatan risiko juga mengalami kondisi ini saat hamil.

Gumpalan darah dapat menyebabkan komplikasi besar pada kehamilan, mengakibatkan serangan jantung atau bahkan keguguran. Kondisi ini kemungkinan besar terjadi selama trimester pertama dan enam minggu pertama pascapersalinan. 

Gejalanya berupa nyeri atau bengkak pada tungkai dan nyeri yang meningkat saat berjalan.

Baca Juga: Ibu Hamil Boleh Puasa, Asalkan Memenuhi 5 Syarat Ini

5. Diabetes gestasional

Sekitar 9 persen perempuan hamil mengembangkan kadar gula darah tinggi, suatu kondisi yang disebut diabetes gestasional.

Setiap orang hamil dapat mengembangkannya. Namun, menurut sebuah penelitian dalam International Journal of Environmental Research and Public Health yang terbit pada Juni 2021, faktor risiko diabetes gestasional termasuk usia yang lebih tua, memiliki indeks massa tubuh (IMT) lebih besar dari 30, dan memiliki satu atau lebih anggota keluarga dengan diabetes tipe 2.

Kalau anggota keluarga dekat kamu memiliki diabetes tipe 2, beri tahu dokter agar dokter bisa terus memantau gula darah kamu.

Apabila memiliki diabetes gestasional dan gula darah tidak terkontrol, bayi mungkin lahir dengan berat badan lebih besar dari rata-rata. Ketika bayi lahir dengan berat lebih dari 4 kilogram (kg), bayi dicirikan memiliki makrosomia, menurut National Library of Medicine.

Makrosomia adalah suatu kondisi yang dapat menyebabkan masalah pernapasan saat lahir dan risiko obesitas serta diabetes tipe 2 yang lebih besar di kemudian hari.

6. Keguguran

9 Kondisi selama Kehamilan yang Bisa Diturunkan dalam Keluargailustrasi keguguran (freepik.com/freepik)

Menurut National Library of Medicine, keguguran adalah salah satu alasan paling umum dari kehilangan kehamilan.

Risiko keguguran meningkat karena beberapa faktor, seperti usia ibu hamil, riwayat keguguran, dan gaya hidup atau faktor kesehatan.

Meskipun banyak faktor yang dapat menyebabkan keguguran, tetapi laporan dalam jurnal Nature Communications yang terbit pada November 2020 menunjukkan bahwa keguguran memiliki peluang 29 persen untuk diwariskan (berapa banyak sifat atau kondisi berdasarkan genetika).

7. Kelahiran prematur

Menurut Centers for Disease Control and Prevention (CDC), angka kelahiran prematur kira-kira 10 persen. Artinya, 1 dari setiap 10 bayi lahir sebelum usia kehamilan 37 minggu.

Menurut penelitian dalam American Journal of Obstetrics & Gynecology MFM pada Januari 2021, memiliki riwayat keluarga ibu yang melahirkan prematur meningkatkan kemungkinan keturunannya juga melahirkan secara prematur.

Selain itu, menurut penelitian tersebut, kemungkinan kelahiran prematur meningkat kalau kamu lahir prematur dan punya saudara perempuan yang mengalami kelahiran prematur

8. Bayi terlambat lahir

9 Kondisi selama Kehamilan yang Bisa Diturunkan dalam Keluargailustrasi persalinan pervaginam, persalinan, ibu melahirkan (freepik.com/wavebreakmedia_micro)

Kalau dulunya kamu lahir dua minggu setelah tanggal perkiraan lahir, kemungkinan bayi kamu juga akan terlambat lahir. Namun, dilansir BabyGaga, penting untuk diingat bahwa ketika saat kamu masih bayi, teknologi ultrasonografi tidak sebagus sekarang. Artinya, perkiraan hari lahir satu generasi yang lalu sebenarnya hanyalah perkiraan. 

Sekarang, berkat kemajuan teknologi, dokter bisa mendapatkan gambaran yang lebih baik tentang tanggal jatuh tempo kehamilan dan umumnya lebih akurat.

9. Depresi pascapersalinan

Depresi pascapersalinan atau postpartum depression, yang biasanya dimulai 1–3 minggu setelah melahirkan, memengaruhi 1 dari 8 perempuan, mengutip laman CDC.

Perubahan hormon dan stres menyesuaikan diri menjadi ibu dapat memicu depresi pascapersalinan. Kondisi ini ditandai dengan perasaan sedih sedang hingga berat. Selain itu, riwayat depresi dalam keluarga (pascamelahirkan atau tidak) turut berperan.

Dilansir Health, hubungan itu tidak berarti kamu pasti akan mengalami depresi pascapersalinan. Namun, penting untuk tetap waspada untuk mengenali tanda-tandanya, seperti perubahan suasana hati dan kelelahan yang hebat. Hal terpenting, jangan ragu untuk mencari dukungan, baik dari pasangan, keluarga, hingga profesional kesehatan mental.

Dalam hal kehamilan, kelahiran prematur, depresi pascapersalinan, preeklampsia, diabetes gestasional, dan keguguran dapat terjadi dalam keluarga. Namun, tidak semua komplikasi yang terjadi selama kehamilan bersifat turun-temurun.

Kalau kamu punya pertanyaan atau kekhawatiran tentang apa pun yang berkaitan dengan kehamilan, hubungi dokter atau bidan untuk mendapatkan saran medis.

Baca Juga: Hamil Usia 40-an, Apa Saja Risiko yang Harus Diwaspadai?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya