Malaria: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahan

Penyakit akibat parasit yang bisa mengancam jiwa

Malaria adalah penyakit yang mengancam jiwa yang disebabkan oleh parasit yang ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles betina yang terinfeksi.

Parasit yang menyebabkan malaria menyerang sel darah merah, biasanya menyebabkan demam tinggi, menggigil kedinginan, dan gejala lain yang dapat berkembang menjadi komplikasi yang berbahaya.

Malaria merupakan ancaman utama bagi kesehatan manusia di seluruh dunia dan penyebab utama penyakit dan kematian di banyak negara berkembang, terutama pada anak-anak. Ibu juga lebih rentan terhadap penyakit ini.

Sebagian besar kasus malaria terjadi di sub-Sahara Afrika dan Asia Selatan, tetapi penyakit ini juga menyerang beberapa wilayah lain termasuk Amerika Latin, Asia Tenggara, dan Oseania.

1. Penyebab dan faktor risiko

Malaria disebabkan oleh parasit genus Plasmodium, ditularkan ke manusia melalui gigitan nyamuk Anopheles yang terinfeksi. Setelah infeksi, parasit (disebut sporozoit) berjalan melalui aliran darah ke hati. Di sana, mereka matang dan melepaskan bentuk parasit lain, disebut merozoit. Parasit memasuki aliran darah dan menginfeksi sel darah merah, seperti dijelaskan dalam laman MedlinePlus.

Parasit berkembang biak di dalam sel darah merah. Sel-sel kemudian pecah dalam waktu 48 hingga 72 jam dan menginfeksi lebih banyak sel darah merah. Gejala pertama biasanya terjadi 10 hari sampai 4 minggu setelah infeksi, meskipun gejala tersebut dapat muncul sedini 8 hari atau selama satu tahun setelah infeksi. Gejala terjadi dalam siklus 48 sampai 72 jam.

Sebagian besar gejala disebabkan oleh:

  • Pelepasan merozoit ke dalam aliran darah.
  • Anemia akibat penghancuran sel darah merah.
  • Sejumlah besar hemoglobin bebas dilepaskan ke dalam sirkulasi setelah sel darah merah pecah, yang dapat merusak organ lain seperti ginjal.
  • Malaria juga dapat ditularkan dari ibu ke bayinya yang belum lahir (bawaan) dan melalui transfusi darah. Malaria dapat dibawa oleh nyamuk di daerah beriklim sedang, tetapi parasit tersebut menghilang selama musim dingin.

Penyakit ini merupakan masalah kesehatan utama di banyak daerah tropis dan subtropis. Menurut World Malarian Report 2021 dari Badan Kesehatan Dunia (WHO), ada 241 juta kasus malaria pada tahun 2020 dibanding 227 juta kasus pada tahun 2019.

Perkiraan jumlah kematian akibat malaria mencapai 627.000 pada tahun 2020, meningkat 69.000 kematian dibandingkan tahun sebelumnya. Sementara itu sekitar dua pertiga dari kematian ini (47.000) disebabkan oleh gangguan selama pandemi COVID-19, sepertiga kematian lainnya (22.000) mencerminkan perubahan terbaru dalam metodologi WHO untuk menghitung kematian akibat malaria (terlepas dari COVID-19 ).

Di beberapa daerah di dunia, nyamuk yang membawa malaria telah mengembangkan resistansi terhadap insektisida. Selain itu, parasit telah mengembangkan resistensi terhadap beberapa antibiotik. Kondisi ini membuat sulit untuk mengontrol laju infeksi dan penyebaran malaria.

Faktor risiko terbesar untuk mengembangkan malaria adalah tinggal di atau mengunjungi daerah di mana penyakit ini umum. Ini termasuk daerah tropis dan subtropis seperti sub-Sahara Afrika, Asia Selatan dan Asia Tenggara, Kepulauan Pasifik, Amerika Tengah, dan Amerika Selatan bagian utara.

Tingkat risiko tergantung pada pengendalian malaria lokal, perubahan musiman dalam tingkat malaria, dan tindakan pencegahan yang diambil untuk mencegah gigitan nyamuk.

Kelompok yang berada pada peningkatan risiko penyakit serius meliputi anak kecil dan bayi, lansia, wisatawan yang datang dari daerah tanpa malaria, serta ibu hamil dan janinnya.

Di banyak negara dengan tingkat malaria yang tinggi, masalah ini diperburuk oleh kurangnya akses ke tindakan pencegahan, perawatan medis, dan informasi.

2. Gejala

Malaria: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahanilustrasi demam (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Jika kamu terinfeksi parasit penyebab malaria, biasanya perlu waktu antara 10 hari dan 4 minggu sampai gejala muncul. Namun, beberapa orang mungkin mengalami gejala hingga satu tahun setelah infeksi.

Gejala malaria sering digambarkan seperti flu dan mungkin termasuk yang di bawah ini:

  • Demam.
  • Menggigil kedinginan.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot.
  • Kelelahan.
  • Merasa sangat lemah.
  • Mual dan muntah.
  • Nyeri dada atau perut.
  • Batuk.

Beberapa orang dengan malaria mengalami siklus "serangan", yang biasanya dimulai dengan menggigil kedinginan diikuti dengan demam tinggi, berkeringat, kemudian kembali ke suhu tubuh normal. Setiap siklus biasanya berlangsung 6 sampai 10 jam.

Pemeriksaan fisik seseorang dengan malaria dapat menghasilkan temuan berikut:

  • Suhu tubuh tinggi.
  • Pembesaran limpa.
  • Ikterus ringan (peningkatan kadar bilirubin).
  • Pembesaran hati.
  • Peningkatan frekuensi pernapasan.

Di negara-negara di mana malaria jarang terjadi, penyakit ini mungkin tidak dikenali karena gejalanya sering mirip dengan infeksi lain.

3. Diagnosis

Selama pemeriksaan fisik, dokter mungkin menemukan pembesaran hati atau limpa. Tes yang dapat dilakukan di antaranya:

  • Tes diagnostik cepat, yang menjadi lebih umum karena lebih mudah digunakan dan memerlukan lebih sedikit pelatihan oleh teknisi laboratorium.
  • Apusan darah malaria diambil pada interval 6 sampai 12 jam untuk mengonfirmasi diagnosis.
  • Hitung darah lengkap akan mengidentifikasi anemia jika ada.

Baca Juga: WHO Sahkan Mosquirix, Vaksin Malaria Pertama di Dunia

4. Penanganan

Malaria: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahanilustrasi obat malaria (pexels.com/MART PRODUCTION)

Jika bepergian ke wilayah di mana malaria sering dilaporkan, kemungkinan besar dokter akan meresepkan obat pencegahan untuk dikonsumsi. Kamu bisa memutuskan atau memilih untuk menolak obat tertentu berdasarkan kemungkinan efek samping, jadwal pemberian dosis, atau keamanan selama hamil.

Apabila kamu sampai terkena malaria, dokter akan menyusun rencana perawatan tergantung di mana kamu terinfeksi, parasit penyebab malaria, dan tingkat keparahan gejala di antara faktor-faktor lainnya.

Pilihan pengobatan

Secara umum, obat untuk malaria sama dengan obat yang digunakan untuk mencegah malaria. Dokter akan merekomendasikan rangkaian obat tertentu berdasarkan parasit penyebab malaria, tingkat keparahan penyakit, usia, dan apakah sedang hamil.

Obat-obatan yang biasa diresepkan untuk pencegahan dan pengobatan malaria meliputi:

  • Terapi kombinasi berbasis artemisinin (ACT): Obat kombinasi ini masing-masing dirancang untuk melawan parasit malaria dengan cara yang berbeda.
  • Klorokuin: Obat ini lebih disukai kapan pun itu mungkin efektif, tetapi banyak parasit sekarang kebal terhadap obat ini.

Obat lain yang kurang umum digunakan untuk membantu mencegah atau mengobati malaria meliputi:

  • Malarone (atovaquone dan proguanil).
  • Vibramycin (doksisiklin) atau Monodoks (kina dan doksisiklin).
  • Mefloquine.
  • Primaquine.

5. Komplikasi yang dapat terjadi

Malaria bisa berakibat fatal, terutama bila disebabkan oleh spesies Plasmodium yang umum di Afrika. WHO memperkirakan bahwa sekitar 94 persen dari semua kematian akibat malaria terjadi di Afrika, dan paling sering pada anak-anak di bawah usia 5 tahun.

Kematian akibat malaria biasanya terkait dengan satu atau lebih komplikasi serius, termasuk:

  • Malaria serebral: Jika sel darah yang dipenuhi parasit memblokir pembuluh darah kecil ke otak, pembengkakan otak atau kerusakan otak dapat terjadi. Malaria serebral dapat menyebabkan kejang dan koma.
  • Masalah pernapasan: Akumulasi cairan di paru-paru (edema paru) dapat membuat penderitanya sulit bernapas.
  • Kegagalan organ: Malaria dapat merusak ginjal atau hati atau menyebabkan limpa pecah. Salah satu dari kondisi ini dapat mengancam jiwa.
  • Anemia: Malaria dapat mengakibatkan tidak memiliki cukup sel darah merah untuk suplai oksigen yang cukup ke jaringan tubuh.
  • Hipoglikemia: Bentuk malaria yang parah dapat menyebabkan gula darah rendah (hipoglikemia), seperti halnya kina, obat umum yang digunakan untuk memerangi malaria. Gula darah yang sangat rendah dapat menyebabkan koma atau kematian.

Malaria bisa kambuh. Beberapa varietas parasit malaria, yang biasanya menyebabkan bentuk penyakit yang lebih ringan, dapat bertahan selama bertahun-tahun dan menyebabkan kekambuhan.

6. Pencegahan

Malaria: Gejala, Penyebab, Pengobatan, Pencegahanilustrasi mencegah gigitan nyamuk (pexels.com/doTERRA International, LLC)

Kebanyakan orang yang tinggal di daerah di mana malaria biasa terjadi telah mengembangkan kekebalan terhadap penyakit tersebut. Namun, turis atau pendatang tidak akan memiliki kekebalan dan harus minum obat pencegahan.

Temuilah dokter jauh-jauh hari sebelum perjalanan ke daerah di mana malaria sering terjadi. Ini karena pengobatan mungkin perlu dimulai selama dua minggu sebelum perjalanan ke daerah tersebut, dan berlanjut selama sebulan setelah kamu meninggalkan daerah tersebut.

Jenis obat antimalaria yang diresepkan mungkin tergantung pada daerah yang dikunjungi. Jika akan bepergian ke Amerika Selatan, Afrika, anak benua India, Asia, dan Pasifik Selatan harus mengonsumsi salah satu obat berikut:

  • Mefloquine.
  • Doksisiklin.
  • Klorokuin.
  • Hidroksiklorokuin.
  • Atovaquone-proguanil.

Bahkan, ibu hamil harus mempertimbangkan untuk mengonsumsi obat pencegahan karena risiko terhadap janin dari obat tersebut lebih kecil daripada risiko terkena infeksi malaria.

Klorokuin telah menjadi obat pilihan untuk melindungi terhadap malaria. Namun, karena resistansi, sekarang hanya disarankan untuk digunakan di daerah yang terdapat Plasmodium vivax, P. oval, dan P. malariae.

Plasmodium falciparum menjadi makin resistan terhadap obat antimalaria. Obat yang direkomendasikan termasuk mefloquine, atovaquone/proguanil (Malarone), dan doksisiklin.

Selain itu, cegah gigitan nyamuk dengan cara:

  • Mengenakan pakaian pelindung di lengan dan kaki.
  • Menggunakan kelambu saat tidur.
  • Menggunakan obat nyamuk.

7. Sekilas tentang malaria di Indonesia

Kementerian Kesehatan RI (Kemenkes) menargetkan Indonesia bebas malaria pada tahun 2030. Sebanyak lima regional telah ditetapkan sebagai target eliminasi untuk mencapai bebas malaria, mengutip laman Kemenkes.

Malaria adalah penyakit menular yang masih menjadi masalah kesehatan di beberapa wilayah, terutama di kawasan Timur Indonesia. Angka kasusnya pada tahun 2021 adalah sebesar 304.607, menurun jika dibandingkan dengan jumlah kasus pada tahun 2009, yaitu sebesar 418.439.

Jadi, berdasarkan jumlah kasus tersebut, diketahui bahwa angka kasus kesakitan malaria, yang dinyatakan dengan indikator Annual Paracite Incidence (API) adalah sebesar 1,1 kasus per 1.000 penduduk.

Hingga 2021, sebanyak 347 dari 514 kabupaten/kota atau 68 persen sudah dinyatakan mencapai eliminasi. Dalam rangka mencapai target Indonesia Bebas Malaria tahun 2030, maka dibuat regionalisasi target eliminasi.

Terdapat lima regional yaitu:

  • Provinsi di Jawa dan Bali.
  • Provinsi di Sumatra, Sulawesi, dan Nusa Tenggara Barat.
  • Provinsi di Kalimantan dan Maluku Utara.
  • Provinsi Maluku dan Nusa Tenggara Timur.
  • Provinsi Papua dan Papua Barat.

Jika malaria tidak ditangani dengan baik, maka dapat menyebabkan masalah kesehatan yang serius, termasuk kerusakan organ permanen dan kematian. Segera cari pengobatan jika kamu curiga terkena malaria atau telah mengunjungi daerah di mana ada wabah malaria. Perawatan jauh lebih efektif jika dimulai sejak dini.

Obat yang tepat dan dosis yang tepat dapat mengobati malaria dan membersihkan infeksi dari tubuh. Jika pernah menderita malaria sebelumnya, kamu bisa mendapatkannya lagi jika nyamuk yang terinfeksi parasit menggigit kamu.

Baca Juga: Apakah Gigitan Nyamuk Dapat Menularkan HIV?

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya