Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Banyak

Salah satunya, ada pengaruh hormon

Efek samping vaksinasi COVID-19 yang paling umum meliputi demam, menggigil, dan nyeri di area yang disuntik. Nah, katanya efek samping vaksinasi ini lebih banyak dialami oleh perempuan ketimbang laki-laki.

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) mengumpulkan dan menganalisis data mengenai reaksi dari vaksinasi. Laporan yang dipublikasikan dalam Morbidity and Mortality Weekly Report (MMWR) pada Februari 2021 lalu menunjukkan bahwa meskipun sebagian besar reaksi terhadap suntikan tidak serius, tetapi perempuan melaporkan lebih banyak efek samping daripada laki-laki.

Sebanyak 78 persen orang yang melaporkan efek samping adalah perempuan

Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih BanyakVaksinasi di Balaikota DKI Jakarta, Rabu (5/5/2021). (IDN Times/Herka Yanis).

Studi yang diterbitkan di MMWR Februari 2021 tersebut hanya mengamati vaksinasi sejak 14 Desember 2020 hingga 13 Januari 2021 dan menyelidiki efek samping dari vaksin Pfizer-BioNTech dan Moderna saja.

Dari hampir 14 juta dosis yang diberikan pada rentang waktu tersebut, ada sekitar 7.000 laporan reaksi merugikan yang disampaikan ke CDC oleh penyedia layanan kesehatan, produsen vaksin, dan masyarakat. Usia rata-rata dari mereka yang melaporkan efek samping adalah 42. Perempuan merupakan 78 persen dari mereka yang melaporkan gejala, meskipun hanya 61 persen penerima vaksin adalah perempuan.

Dari semua efek samping yang dilaporkan, 90 persen tidak serius. Efek samping yang paling umum, yang cenderung berlangsung selama beberapa hari, bisa terjadi setelah dosis pertama atau kedua vaksin. Efek samping ini termasuk rasa sakit dan bengkak di tempat suntikan, sakit kepala, kelelahan, pusing, kedinginan, dan demam. Terdengar tidak menyenangkan, tetapi itu semua merupakan tanda bahwa tubuh sedang membangun proteksi terhadap virus.

Bukan hal mengejutkan kalau individu mungkin merespons vaksin COVID-19 secara berbeda. Seperti vaksinasi sebelumnya, misalnya flu babi tahun 2009, perempuan empat kali lebih mungkin melaporkan reaksi alergi daripada laki-laki setelah divaksinasi. Laporan dalam jurnal Vaccine tahun 2013 tersebut melaporkan penerima vaksinasi adalah laki-laki dan perempuan berusia antara 20 dan 59 tahun, dengan jumlah laki-laki lebih banyak.

Para ahli mengatakan kalau perbedaan efek samping vaksin dapat dikaitkan dengan hormon, genetika, dan faktor lainnya. Inilah beberapa penyebab atau alasan kenapa efek samping vaksinasi COVID-19 lebih banyak dialami oleh perempuan.

1. Karena perempuan lebih mungkin untuk melaporkan efek samping vaksinasi yang dirasakan

Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Banyakilustrasi vaksin dan jarum suntik (IDN Times/Arief Rahmat)

Semua data dalam penelitian ini didasarkan pada data yang dilaporkan sendiri oleh orang yang mengalaminya. Jadi, satu penjelasan yang terdengar masuk akal adalah bahwa perempuan lebih cenderung melaporkan efek samping daripada laki-laki, bahkan jika mereka mengalami gejala yang sama.

Dilansir AARP, para ahli mengatakan ada kemungkinan kenapa laki-laki lebih kecil kemungkinannya untuk melaporkan reaksi pasca-vaksinasi karena stereotip maskulin.

2. Perempuan memiliki respons kekebalan yang lebih kuat

Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Banyakilustrasi sistem imun tubuh (pixabay.com/Bruno /Germany)

Secara historis, perempuan memiliki respons kekebalan yang lebih kuat terhadap vaksin, dan para ahli mengatakan itulah alasan yang paling mungkin untuk efek samping mereka yang lebih intens. Ini menandakan sistem kekebalan tubuh perempuan dalam merespons vaksin, dan itu adalah hal yang positif.

Beberapa penelitian telah membuktikan kalau perempuan dan anak perempuan menghasilkan lebih banyak antibodi penangkal infeksi daripada laki-laki saat mereka mendapatkan vaksinasi untuk influenza, demam kuning, rabies, hepatitis A dan B, dan MMR (campak, gondok, dan rubela).

Respons imun perempuan yang lebih kuat juga menjadi alasan mengapa perempuan umumnya lebih baik dalam melawan infeksi seperti sepsis, pneumonia, dan sekarang COVID-19.

Studi berjudul "Male sex identified by global COVID-19 meta-analysis as a risk factor for death and ITU admission" dalam jurnal Nature Communications tahun 2020 menunjukkan bahwa laki-laki yang terkena COVID-19 hampir tiga kali lebih mungkin memerlukan perawatan intensif daripada perempuan, dan laki-laki juga lebih mungkin meninggal dunia.

Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Banyakilustrasi perempuan pakai masker (unsplash.com/engin akyurt)

Akan tetapi, di sisi lain perempuan dua kali lebih mungkin mengembangkan penyakit autoimun seperti lupus, artritis reumatoid, dan psoriasis, yang merupakan konsekuensi lain dari respons kekebalan tubuh perempuan yang lebih kuat, menurut laporan dalam jurnal Cureus tahun 2020.

Fenomena yang sama juga dapat menjelaskan kenapa perempuan lebih cenderung mengalami long COVID, penyintas COVID-19 yang memiliki gejala yang berlangsung selama berbulan-bulan setelah tak lagi terinfeksi virus corona.

Banyak ahli kesehatan yang percaya bahwa kondisi tersebut tidak disebabkan oleh virus, melainkan dari sistem imun yang bekerja berlebihan dan terus melawan bahkan setelah virus sudah tidak ada.

3. Ada pengaruh hormon

Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Banyakilustrasi vaksinasi (pexels.com/Gustavo Fring)

Para ahli tidak mengetahui secara pasti apa yang membuat laki-laki dan perempuan memiliki respons imun yang berbeda, tetapi hormon mungkin berperan. Beberapa penelitian telah mengaitkan jumlah testosteron yang tinggi dengan respons kekebalan yang lebih lemah, sementara estrogen dan progesteron tampaknya meningkatkan pertahanan tubuh.

Sebuah penelitian berskala kecil yang diterbitkan pada Maret 2021 di jurnal Chest menemukan bahwa pemberian hormon progesteron kepada pasien COVID-19 laki-laki yang dirawat di rumah sakit meningkatkan hasil klinis.

Para ilmuwan juga telah mengidentifikasi beberapa gen yang terkait dengan kekebalan yang berada pada kromosom X, kata Panagis Galiatsatos, M.D., seorang dokter di Divisi Pulmonary and Critical Care Medicine di Johns Hopkins Medicine, mengutip AARP. Laki-laki hanya memiliki satu kromosom X, sedangkan perempuan memiliki dua.

Jika salah satu gen kekebalan rusak, respons tubuh akan melemah saat virus menyerang. Akan tetapi, perempuan punya cadangan, kromosom X ekstra memungkinkan mereka untuk mengompensasinya.

4. Dosis vaksin mungkin terlalu kuat

Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Banyakilustrasi penyuntikan vaksin (IDN Times/Arief Rahmat)

Dilansir The Healthy, beberapa ahli percaya bahwa ada kemungkinan dosis vaksin, yang mana sama untuk laki-laki dan perempuan, terlalu kuat untuk perempuan dan ini mungkin bisa menjadi penyebab munculnya reaksi vaksinasi yang merugikan.

Akan tetapi, beberapa ahli berpikir bahwa dosis itu sendiri—bukan dosis yang relatif terhadap berat badan—lebih penting dalam hal efek samping. Studi awal untuk semua vaksin menunjukkan bahwa dosis yang lebih tinggi menyebabkan lebih banyak gejala efek samping. Akan tetapi, belum ada analisis yang mengalami berat badan atau indeks massa tubuh penerima vaksin, sehingga para ahli belum bisa membuat kesimpulan.

Tidak ada uji coba vaksin terpisah yang dilakukan pada laki-laki dan perempuan, jadi para peneliti tidak tahu apakah dosis yang lebih kecil akan memberi perempuan perlindungan yang sama dengan efek samping yang lebih sedikit.

Penyebab Perempuan Mengalami Efek Samping Vaksin COVID-19 Lebih Banyakilustrasi vaksinasi (unsplash.com/CDC)

Para ahli setuju kalau efek samping dari vaksinasi biasanya muncul dalam rentang waktu 24 jam. Rasa sakit di tempat suntikan bisa diredakan dengan kompres panas maupun dingin.

Untuk nyeri dan demam, asetaminofen bisa dikonsumsi, atau ibuprofen untuk demam atau inflamasi. Baiknya selalu laporkan kondisi ke dokter dan minta rekomendasi yang tepat.

Selain itu, pastikan juga untuk meningkatkan asupan cairan, istirahat dulu dari aktivitas fisik berat, dan tidur cukup. Sebanyak 95 persen reaksi vaksin akan hilang sendiri dalam waktu 24 jam. Walau efek samping vaksinasi tidak bisa dicegah, tetapi jangan khawatir karena tingkat keparahannya bisa dikurangi. Ingat, vaksin COVID-19 telah terbukti aman dan efektif, serta manfaatnya jauh lebih besar daripada risikonya.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya