Studi: Polusi Udara Meningkatkan Risiko Aritmia

Risiko meningkat dalam beberapa jam pertama paparan polusi

Menurut laporan sebuah penelitian terbaru, risiko aritmia, yaitu kondisi detak jantung yang tidak teratur, tampaknya meningkat bahkan setelah paparan polusi udara berat yang relatif singkat.

Studi yang diterbitkan dalam Canadian Medical Association Journal pada 1 Mei 2023 ini mengevaluasi bagaimana paparan polusi udara setiap jam di China dikaitkan dengan aritmia.

Paparan yang lebih besar terhadap polusi udara terkait dengan risiko aritmia yang lebih besar

Studi: Polusi Udara Meningkatkan Risiko Aritmiailustrasi mengalami aritmia (freepik.com/wayhomestudio)

Para peneliti menganalisis tingkat konsentrasi polusi udara per jam dan menggunakan data kesehatan dari 2.025 rumah sakit di 322 kota di China, untuk memahami hubungan antara paparan polusi udara dan aritmia.

Lebih dari 190.000 pasien dengan aritmia simtomatik onset akut (termasuk fibrilasi atrium, atrial flutter, takikardia supraventrikular, dan detak jantung prematur) disertakan dalam evaluasi.

Enam jenis polusi udara dinilai, yaitu:

  • Partikel halus (PM2.5)
  • Partikel kasar (PM2.5–10)
  • Nitrogen dioksida (NO2)
  • Sulfur dioksida (SO2)
  • Karbon monoksida (CO)
  • Ozon

Tim peneliti menemukan bahwa risiko aritmia meningkat secara substansial dalam beberapa jam pertama paparan polusi udara, kemudian berkurang setelah 24 jam.

Polusi udara paling kuat dikaitkan dengan atrial flutter dan takikardia supraventrikular, diikuti oleh fibrilasi atrium dan detak jantung prematur.

Risiko yang terkait paling menonjol di antara laki-laki, yang diduga para peneliti mungkin karena prevalensi yang lebih besar dari faktor risiko aritmia seperti merokok dan konsumsi alkohol dan lebih banyak paparan melalui aktivitas di luar ruangan, termasuk bekerja.

Hubungan tersebut juga ditemukan terbesar selama musim dingin, yang kemungkinan besar karena suhu yang lebih dingin dapat mengintensifkan dampak polusi udara pada sistem kardiovaskular.

Para peneliti juga menemukan bahwa NO2 memiliki hubungan terkuat dengan semua jenis aritmia. Makin banyak orang terpapar NO2, makin kuat hubungannya.

Dilansir Healthline, temuan studi ini menguatkan temuan studi sebelumnya yang menunjukkan bahwa polusi udara berkedudukan kuat sebagai penyebab kesakitan dan kematian akibat penyakit jantung.

Ada banyak pengaruh polusi udara dan gangguan irama jantung yang serius, misalnya pada pasien dengan defibrilator implan. Polusi udara dapat memengaruhi variabilitas ritme detak jantung.

Baca Juga: Studi: Polusi Udara Berdampak pada Setiap Tahap Kehidupan Manusia

Efek polusi udara langsung terlihat

Studi: Polusi Udara Meningkatkan Risiko Aritmiailustrasi pencemaran udara (IDN Times/Nathan Manaloe)

Risiko aritmia tampaknya melonjak dalam beberapa jam setelah terpapar polusi udara berat sebelum menghilang setelah 24 jam.

Meskipun penelitian sebelumnya yang menghubungkan paparan polusi udara jangka pendek dengan aritmia tidak konsisten, tetapi laporan baru ini menambah bukti yang menunjukkan bahwa polusi udara dapat merusak sistem kardiovaskular dan berpotensi menyebabkan detak jantung tidak teratur.

Para peneliti berharap temuan mereka menyoroti kebutuhan untuk mengurangi polusi udara dan mendorong individu yang berisiko untuk melindungi diri mereka selama periode polusi udara yang tinggi.

Paparan polusi udara kronis diketahui berdampak pada jantung. Ada hubungan yang kuat antara polusi udara dan aterosklerosis, penumpukan plak di arteri koroner yang dapat mengurangi kesehatan jantung. Penumpukan kalsium ini dapat membatasi aliran darah ke jantung dan pembuluh darah utama lainnya, meningkatkan kemungkinan kejadian kardiovaskular seperti serangan jantung dan stroke.

Mengapa polusi udara dapat memengaruhi irama jantung

Studi: Polusi Udara Meningkatkan Risiko Aritmiailustrasi polusi udara pekat (IDN Times/Gregorius Aryodamar P)

Walaupun hubungan antara polusi udara dan irama jantung masih diselidiki, tetapi beberapa peneliti menduga bahwa bahan kimia berbahaya di udara menyebabkan stres oksidatif dan peradangan sistematis yang dapat merusak fungsi jantung. Polusi udara juga dapat memperburuk aritmia yang sudah ada sebelumnya.

Aritmia dapat meningkatkan risiko penggumpalan darah dan stroke yang menyebabkan kematian mendadak dan gagal jantung. Ini butuh perawatan, mungkin dalam keadaan darurat jika berkelanjutan.

Tidak diketahui berapa banyak polusi udara yang terlalu banyak, tetapi kata Dr. Mary Prunicki, MD, Ph.D., direktur polusi udara dan penelitian kesehatan di Sean N. Parker Center for Allergy & Asthma Research di Stanford Medicine kepada Healthline, ia dan rekan telah melihat efek jantung, seperti peningkatan tekanan darah, di area di mana tingkat polusi udara berada di bawah tingkat batas kriteria.

Penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menentukan mengapa polusi udara berdampak pada kesehatan jantung, bagaimana perbedaan konsentrasi polusi udara memengaruhi fungsi jantung, dan jika paparan pada usia muda meningkatkan risiko masalah jantung di masa depan.

Risiko aritmia tampaknya meningkat bahkan setelah paparan yang relatif singkat terhadap polusi udara berat. Risiko itu melonjak dalam beberapa jam setelah terpapar polusi udara berat sebelum menghilang setelah 24 jam.

Para peneliti berharap temuan ini menyoroti urgensi pengurangan polusi udara dan mendorong individu yang berisiko untuk melindungi dirinya saat tingkat polusi udara sedang tinggi.

Baca Juga: Polusi Udara Tingkatkan Risiko Penyakit Paru-Paru 15–30 Persen

Topik:

  • Nurulia
  • Delvia Y Oktaviani

Berita Terkini Lainnya