Subacute Sclerosing Panencephalitis, Komplikasi Langka Campak

Berkembang bertahun-tahun setelah infeksi campak

Panensefalitis sklerosis subakut atau subacute sclerosing panencephalitis (SSPE) adalah kelainan neurologis progresif pada anak-anak dan dewasa muda yang memengaruhi sistem saraf pusat. Penyakit ini juga dikenal sebagai ensefalitis Dawson. Ini merupakan infeksi virus yang lambat, tetapi persisten, yang disebabkan oleh virus campak yang bermutasi pada sistem saraf pusat.

SSPE telah dilaporkan dari seluruh belahan dunia, tetapi dianggap sebagai penyakit langka di negara maju. Insiden di negara maju seperti Amerika Serikat adalah sebanyak 1 per 1 juta populasi anak, sedangkan di negara berkembang seperti India diperkirakan 21 per 1 juta penduduk.

Survei di Inggris menunjukkan bahwa risiko relatif setelah mengalami infeksi campak 29 kali lebih besar dibanding risiko SSPE setelah divaksinasi campak. Namun, kasus SSPE pada anak yang telah divaksinasi tidak dapat ditentukan apakah itu berasal dari infeksi virus vaksin campak attenuated (dilemahkan) yang menetap atau dari jenis infeksi campak yang tidak didiagnosis sebelum divaksinasi.

Laki-laki lebih sering terkena SSPE dibanding perempuan (3:1). Lebih dari 50 persen kasus terjadi pada anak dengan riwayat campak pada usia kurang dari 2 tahun.

1. Penyebab

Normalnya, virus campak tidak menyebabkan kerusakan otak. Namun, respons imun abnormal terhadap campak atau, mungkin, bentuk mutan tertentu dari virus dapat menyebabkan penyakit parah dan kematian. Respons ini menyebabkan radang otak (pembengkakan dan iritasi) yang dapat berlangsung selama bertahun-tahun.

SSPE cenderung terjadi beberapa tahun setelah seseorang menderita campak, meskipun orang tersebut tampaknya sudah sembuh total dari penyakitnya, dilansir MedlinePlus.

2. Gejala

Subacute Sclerosing Panencephalitis, Komplikasi Langka Campakilustrasi kejang otot (pexels.com/Maryann Kariuki)

Gejala SSPE terjadi dalam empat tahap umum. Dengan setiap tahap, gejalanya lebih buruk dari tahap sebelumnya:

  • Tahap I: Dapat terjadi perubahan kepribadian, perubahan suasana hati, atau depresi. Demam dan sakit kepala juga mungkin ada. Tahap ini bisa berlangsung hingga 6 bulan.
  • Tahap II: Mungkin ada masalah gerakan yang tidak terkendali termasuk menyentak dan kejang otot. Gejala lain yang mungkin terjadi pada tahap ini adalah kehilangan penglihatan, demensia, dan kejang.
  • Tahap III: Gerakan menyentak digantikan oleh gerakan menggeliat (memutar) dan kekakuan. Kematian dapat terjadi akibat komplikasi.
  • Tahap IV: Area otak yang mengontrol pernapasan, detak jantung, dan tekanan darah rusak. Ini menyebabkan koma dan kemudian kematian.

Baca Juga: Campak: Penyebab, Gejala, Pengobatan, Komplikasi, dan Pencegahan

3. Diagnosis

Dilansir Healthline, setelah menanyakan riwayat kesehatan, dokter akan memeriksa tanda-tanda SSPE berikut ini:

  • Kerusakan pada saraf optik.
  • Kerusakan pada retina mata.
  • Kedutan otot.
  • Kinerja yang buruk pada tes gerakan dan koordinasi.

Dokter mungkin juga memesan tes atau prosedur tambahan, seperti:

  • Elektroensefalogram.
  • Pemindaian MRI
  • Pungsi lumbal.
  • Titer antibodi serum, yang merupakan tes darah untuk memeriksa infeksi campak sebelumnya.

4. Pengobatan

Subacute Sclerosing Panencephalitis, Komplikasi Langka Campakilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Menurut National Institute of Neurological Disorders and Stroke, saat ini SSPE tidak ada obatnya. 

Uji klinis obat antivirus (isoprinosine dan ribavirin) dan imunomodulator (interferon alfa) menunjukkan bahwa jenis terapi yang diberikan sendiri atau dalam kombinasi menghentikan perkembangan penyakit dan dapat memperpanjang hidup, tetapi efek jangka panjangnya pada individu, dan akhirnya hasil, tidak diketahui.

Asuhan keperawatan yang baik adalah aspek pengobatan SSPE yang paling penting, bersama dengan obat antikonvulsan dan antispasmodik bila diperlukan.

Menambahkan dari Radiopaedia.org, angka kematian sangat tinggi dalam kasus SSPE, yaitu sekitar 95 persen, sedangkan kasus sisanya mengalami remisi spontan.

5. Pencegahan

Satu-satunya cara untuk mencegah SSPE adalah dengan mendapatkan vaksinasi campak. Menurut WHO, vaksin campak telah tersedia selama 50 tahun. Vaksin campak efektif, aman, dan murah.

WHO merekomendasikan untuk mengimunisasi semua anak dengan dua dosis vaksin campak, baik vaksin tunggal atau dalam kombinasi campak-gondok-rubela, atau campak-rubela. Orang dewasa yang tidak diimunisasi juga harus mendapatkannya.

Kalau kamu merasa belum mendapatkan vaksinasi campak atau tidak ingat, tanyakan kepada dokter. Selain dapat mencegah SSPE, hal ini juga dapat membantu kamu terhindari dari penyakit campak beserta kemungkinan komplikasinya.

Campak bahkan bisa menyebabkan kematian. Mendapatkan vaksin adalah cara sederhana dan aman untuk menjaga diri kamu tetap aman.

Baca Juga: 7 Komplikasi Campak, Gak Boleh Disepelekan!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya