Studi: Vaksin COVID-19 Tidak Berdampak Signifikan pada Menstruasi

Pada awal masa kampanye vaksinasi COVID-19, ada kekhawatiran bahwa vaksin tersebut bisa berdampak pada siklus menstruasi beberapa perempuan. Namun, studi terbaru menyatakan bahwa tidak ada hubungan kuat antara vaksin COVID-19 dan perubahan menstruasi.
Tim peneliti mengamati jutaan perempuan baik pra maupun pascamenopause untuk melihat apakah vaksin COVID-19 dapat memengaruhi menstruasi atau risiko perdarahan.
Vaksin COVID-19 kecil kemungkinannya berdampak signifikan pada siklus menstruasi
Studi bertajuk "Association between SARS-CoV-2 vaccination and healthcare contacts for menstrual disturbance and bleeding in women before and after menopause: nationwide, register based cohort study" ini melihat rekam medis dari hampir 3 juta perempuan Swedia berusia antara 12 dan 74 tahun, terutama mereka yang mengunjungi profesional kesehatan karena perubahan menstruasi antara Desember 2020 dan Februari 2022.
Kontak dengan layanan kesehatan termasuk kunjungan perawatan primer, rawat jalan spesialis kunjungan, dan hari rawat inap terkait gangguan menstruasi atau perdarahan sebelum atau setelah menopause.
Editor’s picks
Studi yang dipimpin oleh peneliti dari Swedish Medical Products Agency menemukan hubungan yang lemah dan tidak konsisten antara vaksinasi COVID-19 dan kontak dengan layanan kesehatan untuk perdarahan pascamenopause dan bahkan kurang konsisten untuk gangguan menstruasi dan perdarahan pada mereka yang pramenopause.
Temuan studi ini diterbitkan dalam jurnal BMJ pada 3 Mei 2023, dan mendapatkan kesimpulan yang berbeda dari penelitian sebelumnya, yaitu studi berjudul "Menstrual Changes after COVID-19 Infection and COVID-19 Vaccination" dalam International Journal of Clinical Practice tahun 2022.
Pada studi tahun 2022 tersebut, para ahli menemukan tanda-tanda bahwa ada hubungan antara vaksin COVID-19 dan perubahan siklus menstruasi. Namun, studi tersebut memiliki batasan tertentu, termasuk kelompok peserta yang terbatas dan tidak mengendalikan faktor lain seperti rawat inap COVID-19 yang dapat memengaruhi ketidakteraturan menstruasi. Faktor lain seperti stres dan depresi berpengaruh pada siklus menstruasi, dan banyak orang selama pandemik mengalami gejala baru stres dan depresi.
Dalam studi terbaru, lebih dari 2,5 juta (88 persen) perempuan menerima setidaknya satu vaksin COVID-19 dan lebih dari 1,6 juta (64 persen) perempuan yang divaksinasi menerima tiga dosis selama masa studi.
Studi baru ini dianggap berkualitas karena terdaftar secara nasional dan datanya sangat bersih, bebas dari bias.
Baca Juga: 12 Penyebab Kram Perut setelah Menstruasi, Harus ke Dokter?