West Nile Virus: Transmisi, Gejala, Komplikasi, Pengobatan

Bisa menyebabkan ensefalitis dan meningitis

Disebarkan oleh nyamuk, West Nile virus dapat menginfeksi manusia, burung, nyamuk, kuda, dan beberapa mamalia lainnya. Virus juga dapat menyebar dalam darah yang ditransfusikan, organ yang ditransplantasikan, atau melalui plasenta ke janin, tetapi ini sangat jarang.

Dalam kebanyakan kasus, infeksi virus West Nile menyebabkan gejala ringan seperti flu. Namun, virus ini juga dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa seperti ensefalitis, meningitis, dan meningoensefalitis.

Dua kasus virus West Nile pada manusia telah dilaporkan di New York, Amerika Serikat. Virus tersebut telah terdeteksi dalam rekor jumlah nyamuk di kota itu, menurut pernyataan pejabat kesehatan setempat pada 16 Agustus 2022, seperti dilansir CNN.

Di lima wilayah kota, 1.068 kolam nyamuk telah dinyatakan positif terkena virus, menurut New York City Department of Health and Mental Hygiene. Kota ini mencatat 779 kolam positif pada waktu yang sama tahun lalu. Dua kasus manusia dilaporkan di Brooklyn dan Queens.

Apa itu infeksi virus West Nile dan apa saja dampaknya?

1. Transmisi

Mengutip Badan Kesehatan Dunia (WHO), infeksi virus West Nile paling sering disebabkan oleh gigitan nyamuk yang terinfeksi. Nyamuk menjadi terinfeksi ketika mereka memakan burung yang terinfeksi, yang mengedarkan virus dalam darah mereka selama beberapa hari. Virus akhirnya masuk ke kelenjar ludah nyamuk. Selama makan darah, kemudian (ketika nyamuk menggigit) virus dapat disuntikkan ke manusia dan hewan, membuatnya berkembang biak dan menyebabkan penyakit.

Virus juga dapat ditularkan melalui kontak dengan hewan lain yang terinfeksi, darah, atau jaringan lain.

Sebagian kecil dari infeksi manusia telah terjadi melalui transplantasi organ, transfusi darah, dan ASI. Ada satu kasus transmisi virus West Nile transplasental (ibu-ke-anak) yang dilaporkan.

Sampai saat ini, tidak ada penularan virus West Nile dari manusia ke manusia melalui kontak biasa yang telah didokumentasikan, dan tidak ada penularan virus West Nile ke petugas kesehatan yang dilaporkan ketika tindakan pencegahan pengendalian infeksi standar telah diterapkan.

Penularan virus West Nile ke pekerja laboratorium telah dilaporkan.

2. Gejala

West Nile Virus: Transmisi, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi infeksi West Nile virus (pexels.com/cottonbro)

Seperti diterangkan dalam Johns Hopkins Medicine, kebanyakan orang yang terinfeksi virus West Nile hanya memiliki gejala ringan seperti flu yang berlangsung beberapa hari. Gejala biasanya muncul dalam 3 hingga 14 hari setelah infeksi.

Sekitar 20 persen orang yang terinfeksi akan mengalami demam West Nile. Berikut ini gejala umumnya:

  • Demam.
  • Sakit kepala.
  • Pegal-pegal.
  • Ruam kulit di batang tubuh.
  • Pembengkakan kelenjar getah bening.

Bentuk yang lebih parah dari virus West Nile memengaruhi sebagian besar orang dewasa yang lebih tua. Ini terjadi ketika virus melintasi penghalang darah-otak dan dapat menyebabkan:

  • Sakit kepala.
  • Demam tinggi.
  • Leher kaku.
  • Stupor (keadaan gangguan kesadaran, kelesuan ekstrem, dan berkurangnya reaktivitas terhadap rangsangan luar).
  • Disorientasi.
  • Koma.
  • Tremor.
  • Kejang.
  • Kelemahan otot.
  • Kelumpuhan.

Gejala virus West Nile mungkin terlihat seperti kondisi atau masalah kesehatan lain. Selalu temui dokter untuk diagnosis akurat.

3. Faktor risiko

Siapa pun yang digigit nyamuk yang terinfeksi bisa terkena virus West Nile. Namun, kurang dari 1 persen orang yang digigit mengalami gejala parah atau mengancam jiwa.

Usia adalah salah satu faktor risiko paling signifikan untuk mengembangkan gejala parah dari infeksi West Nile. Makin tua usia (terutama usia di atas 60 tahun), makin besar kemungkinannya untuk mengalami gejala yang lebih parah.

Beberapa kondisi medis yang meningkatkan risiko gejala parah meliputi:

  • Kondisi ginjal.
  • Diabetes.
  • Hipertensi.
  • Kanker.
  • Gangguan sistem kekebalan tubuh.

4. Diagnosis

West Nile Virus: Transmisi, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi sampel darah untuk tes AMH (pexels.com/Los Muertos Crew)

Virus West Nile dapat didiagnosis dengan sejumlah tes berbeda:

  • Sero-konversi antibodi IgG (atau peningkatan yang signifikan dalam titer antibodi) dalam dalam dua spesimen serial yang dikumpulkan pada interval satu minggu dengan enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
  • IgM antibody capture enzyme-linked immunosorbent assay (ELISA).
  • Neutralization assay.
  • Deteksi virus dengan reverse transcription polymerase chain reaction (RT-PCR).
  • Isolasi virus dengan kultur sel.

IgM dapat dideteksi pada hampir semua cairan serebrospinal dan spesimen serum yang diterima dari pasien yang terinfeksi virus West Nile pada saat presentasi klinis mereka. Antibodi IgM serum dapat bertahan lebih dari satu tahun.

Selain itu, menambahkan dari Mayo Clinic, dokter juga mungkin akan memeriksa penyakit yang berhubungan dengan virus West Nile, seperti meningitis atau ensefalitis, dengan memesan satu atau beberapa tes berikut ini:

  • Pungsi lumbal: Cara paling umum untuk mendiagnosis meningitis adalah dengan menganalisis cairan serebrospinal yang mengelilingi otak dan sumsum tulang belakang. Jarum yang dimasukkan di antara vertebra bawah tulang belakang digunakan untuk mengambil sampel cairan untuk dianalisis di laboratorium. Sampel cairan mungkin menunjukkan peningkatan jumlah sel darah putih. Ini merupakan sinyal bahwa sistem kekebalan tubuh melawan infeksi dan antibodi terhadap virus West Nile. Jika sampel tidak menunjukkan antibodi, tes lain mungkin dilakukan beberapa minggu kemudian.
  • Tes otak: Dalam beberapa kasus, dokter mungkin memesan electroencephalography (EEG), yaitu prosedur yang mengukur aktivitas otak, atau MRI untuk membantu mendeteksi peradangan pada otak.

Baca Juga: Fakta Virus Langya, Virus Baru yang Ditemukan di China

5. Pengobatan

Karena merupakan infeksi virus, virus West Nile tidak ada obatnya. Akan teatpi, pasien dapat mengonsumsi obat pereda nyeri yang dijual bebas, seperti ibuprofen atau aspirin, untuk meredakan gejala seperti nyeri otot dan sakit kepala.

Jika pasien mengalami pembengkakan otak atau gejala parah lainnya, dokter mungkin memberikan cairan infus dan obat-obatan untuk menurunkan risiko infeksi.

Penelitian saat ini sedang dilakukan pada terapi interferon untuk virus West Nile. Terapi interferon ditujukan untuk menggunakan zat yang diproduksi oleh sistem kekebalan tubuh untuk mengobati ensefalitis pada orang yang terinfeksi virus West Nile. Walaupun penelitiannya menjanjikan, tetapi penggunaan terapi ini untuk ensefalitis masih belum konklusif.

Perawatan potensial lainnya yang sedang diteliti untuk ensefalitis terkait infeksi virus West Nile meliputi:

  • Imunoglobulin poliklonal intravena (IGIV).
  • West Nile virus recombinant humanized monoclonal antibody (MGAWN1).
  • Kortikosteroid.

Dokter mungkin mendiskusikan satu atau lebih perawatan ini jika pasien menderita ensefalitis dan gejala parah atau berpotensi fatal.

6. Komplikasi yang dapat terjadi

West Nile Virus: Transmisi, Gejala, Komplikasi, Pengobatanilustrasi perawatan pasien di rumah sakit (247nursing.com.au)

Biasanya, virus West Nile menyebabkan gejala ringan seperti flu. Namun, virus dapat menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa, seperti:

  • Ensefalitis, yaitu radang otak.
  • Meningitis, yakni radang selaput otak dan sumsum tulang belakang.
  • Meningoensefalitis, yang merupakan radang otak dan membran sekitarnya.

Tanda dan gejala dari infeksi neurologis meliputi:

  • Demam tinggi.
  • Sakit kepala parah.
  • Leher kaki.
  • Disorientasi atau kebingungan.
  • Koma.
  • Tremor atau sentakan otot.
  • Kejang.
  • Paralisis parsial atau kelemahan otot.
  • Kehilangan penglihatan.
  • Mati rasa.

7. Pencegahan

Upaya terbaik untuk mencegah virus West Nile dan penyakit yang dibawa nyamuk lainnya adalah dengan menghindari paparan nyamuk dan menghilangkan genangan air, tempat nyamuk berkembang biak. Lakukan ini:

  • Buka atau bersihkan talang atap yang tersumbat.
  • Kosongkan kolam renang atau tempat penampungan air lainnya yang tidak terpakai.
  • Ganti air di tempat mandi burung dan mangkuk hewan peliharaan secara teratur.
  • Singkirkan ban bekas atau wadah yang tidak digunakan yang dapat menampung air dan menjadi tempat nyamuk berkembang biak.
  • Pasang atau perbaiki kasa pada jendela dan pintu.

Untuk mengurangi paparan nyamuk:

  • Hindari aktivitas di luar ruangan yang tidak perlu saat nyamuk paling sering muncul, seperti saat fajar, senja, dan awal malam.
  • Kenakan kemeja lengan panjang dan celana panjang saat berada di luar ruangan.
  • Oleskan obat nyamuk yang terbukti aman dan memiliki izin edar pada kulit dan pakaian. Pilih konsentrasi berdasarkan jam perlindungan yang kamu butuhkan. Makin tinggi persentase (konsentrasi) bahan aktif, makin lama obat akan bekerja. Ikuti petunjuk pada kemasan, berikan perhatian khusus pada rekomendasi untuk digunakan pada anak-anak.
  • Saat berada di luar ruangan, tutupi kereta dorong atau playpen bayi dengan kelambu.

Manusia bisa terinfeksi virus West Nile dari gigitan nyamuk yang terinfeksi. Biasanya, virus ini menyebabkan gejala ringan seperti flu. Namun, bisa juga menyebabkan penyakit yang mengancam jiwa seperti ensefalitis, meningitis, atau meningoensefalitis. Tidak ada vaksin yang tersedia untuk mencegah virus West Nile. Jadi, penting untuk melindungi diri dari gigitan nyamuk sebagai langkah pencegahan utama.

Baca Juga: Virus Hendra, Virus yang Menyerang Kuda dan Manusia

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya