Psikosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatan

Pada kondisi ini, kenyataan dan khayalan terkesan sama

Beberapa gangguan mental ada yang ditandai dengan timbulnya gejala yang disertai delusi dan halusinasi. Kondisi ini termasuk dalam psikosis. Psikosis menyebabkan penderitanya kehilangan kontak dengan kenyataan. Mereka mungkin melihat, mendengar, atau mempercayai hal-hal yang tidak nyata.

Perlu digarisbawahi bahwa psikosis adalah gejala, bukan penyakit. Kondisi ini dapat muncul akibat penyakit mental atau fisik, penyalahgunaan zat, stres, atau trauma ekstrem. Untuk lebih memahaminya, berikut penjelasan tentang psikosis yang perlu diketahui.

1. Sulit membedakan kenyataan dan khayalan

Psikosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan PengobatanPsikosis sulit membedakan kenyataan dan khayalan. unsplash.com/Ehimetalor Akhere Unuabona

Dilansir Healthline, psikosis adalah kondisi yang ditandai dengan gangguan hubungan dengan realitas. Penderitanya sering kali kesulitan membedakan antara kenyataan dan khayalan.

Orang yang mengalami psikosis biasanya memiliki gejala berupa delusi dan halusinasi. Sering dianggap sama, delusi dan halusinasi merupakan dua hal yang berbeda.

Delusi terjadi saat seseorang memiliki keyakinan yang kuat tentang sesuatu yang berlawanan dengan realitas. Misalnya, merasa bahwa dirinya memiliki kekuatan super atau sedang menjalani misi khusus.

Sementara itu, halusinasi adalah kondisi saat seseorang mengalami pengalaman sensoris tanpa adanya rangsangan nyata. Contohnya, mendengar orang berbicara atau melihat ada orang di hadapannya, padahal sedang sendirian.

Seperti dijelaskan di laman Medical News Today, orang dengan kondisi ini mungkin tidak menyadari bahwa dirinya mengalami psikosis. Sebab, bagi mereka delusi terasa nyata. Psikosis bisa sangat membebani dan membingungkan. Bahkan, kadang penderitanya sampai punya pikiran untuk melukai diri sendiri.

2. Gejala-gejala yang perlu diwaspadai

Psikosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan PengobatanDepresi menjadi salah satu gejala psikosis. (pexels.com/Kat Jayne)

Selain delusi dan halusinasi, psikosis juga bisa memunculkan beberapa gejala meliputi:

  • Sulit konsentrasi
  • Suasana hati yang tertekan
  • Kurang tidur atau terlalu banyak tidur
  • Merasa cemas dan curiga
  • Menarik diri dari lingkungan keluarga dan teman
  • Cara berbicara yang tidak teratur, seperti tidak fokus, tidak nyambung, dan mengalihkan pembicaraan secara tidak menentu
  • Depresi
  • Memiliki pikiran atau mencoba tindakan bunuh diri

Baca Juga: Mengenal Halusinasi Taktil, saat Tubuh Merasakan Sensasi Sentuhan Aneh

3. Psikosis berbeda dengan skizofrenia, bagaimana diagnosisnya?

Psikosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi psikosis (pexels.com/cottonbro)

Kerap dikira sama, nyatanya psikosis beda dengan skizofrenia. Dilansir Healthy Place, psikosis mengacu pada gejala yang meliputi delusi dan halusinasi serta bisa menjadi bagian dari banyak hal.

Sementara itu, skizofrenia adalah penyakit kejiwaan yang mencakup gejala psikosis. Namun, tak cuma psikosis, seseorang dengan skizofrenia juga harus menunjukkan gejala lain seperti: berkurangnya ekspresi emosi; kehilangan motivasi, ucapan, dan/atau rasa senang; serta enggan bersosialiasi.

Perlu diketahui bahwa tidak semua yang memiliki gejala psikosis mengalami skizofrenia. Sebab, terdapat gangguan mental lain yang juga melibatkan psikosis, seperti gangguan psikotik, gangguan mood, dan gangguan penggunaan zat.

Untuk diagnosis yang akurat, psikolog atau psikiater akan melakukan pemeriksaan mencakup gejala yang dialami, riwayat kesehatan dan kriteria lainnya. Mereka akan mencari tahu apa yang menyebabkan gejala. Diagnosis akan ditegakkan setelah ahli kesehatan jiwa mengesampingkan hal-hal yang dapat menyebabkan gejala psikotik.

Berdasarkan Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018, diperkirakan estimasi prevalensi orang yang pernah menderita psikosis di Indonesia adalah sebesar 1,8 per 1.000 penduduk. Kenyataannya mungkin lebih dari itu karena tidak terdiagnosis.

4. Faktor risiko psikosis

Psikosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi alkohol dan penyalahgunaan obat-obatan (hegghc.org)

Bersumber dari WebMD, penyebab psikosis belum diketahui secara pasti. Namun, ada beberapa faktor yang bisa meningkatkan risikonya, yaitu:

  • Faktor genetika: memiliki keluarga dengan riwayat gangguan psikotik bisa meningkatkan risiko seseorang mengalami psikosis, meskipun kondisi ini tidak selalu diturunkan.
  • Penyalahgunaan alkohol dan obat-obatan.
  • Memiliki trauma: seperti ditinggalkan orang yang disayangi atau pernah mengalami pelecehan.
  • Cedera dan penyakit: seperti cedera otak, tumor otak, stroke, penyakit Parkinson, penyakit Alzheimer, demensia, dan HIV.
  • Psikosis juga bisa menjadi gejala dari penyakit mental: contohnya skizofrenia atau gangguan bipolar.

5. Pengobatan psikosis

Psikosis: Penyebab, Gejala, Diagnosis, dan PengobatanObat, psikoterapi, dan dukungan keluarga membantu perawatan psikosis. (pexels.com/Pixabay)

Orang dengan psikosis harus segera mendapat penanganan yang tepat agar gejala tak memburuk dan memengaruhi hubungan sosialnya. Pengobatannya sendiri melibatkan obat-obatan dan psikoterapi.

Gejala psikosis dapat dikontrol dengan pemberian obat antipsikotik. Tujuannya adalah untuk mengurangi halusinasi dan delusi, serta membantu pasien untuk bisa berpikir lebih jernih. Jenis antipsikotik yang diberikan tergantung dari gejala yang dialami pasien.

Dibarengi psikoterapi, seperti terapi perilaku kognitif, juga dapat membantu penanganan psikosis. Selain itu, dukungan dari keluarga dan kerabat dekat akan sangat dibutuhkan selama pasien menjalani perawatan.

Itulah informasi seputar psikosis. Untuk masalah yang berkaitan dengan mental, baiknya jangan mendiagnosis diri sendiri. Pasalnya, banyak gejala yang mirip antara satu sama lain. Jangan ragu atau malu untuk konsultasi ke ahli kejiwaan profesional, seperti psikolog atau psikiater, bila merasa mengalami gangguan kesehatan mental. Mereka akan membantumu sebaik mungkin untuk mengatasinya.

Baca Juga: 8 Manfaat Berdiam Diri untuk Kesehatan Fisik dan Mental

Rifa Photo Verified Writer Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya