Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatan

Penderitanya tak sadar ia makan sambil tidur

Tidur adalah salah satu cara untuk mengistirahatkan tubuh setelah seharian beraktivitas. Selain itu, tidur juga berfungsi untuk memulihkan tenaga. Tidur yang terganggu bisa berdampak buruk bagi kesehatan. Ada beberapa bentuk gangguan tidur, seperti insomnia, sleepwalking, sindrom kaki gelisah, sleep apnea, dan sebagainya.

Selain itu, ada pula jenis gangguan tidur yang mungkin terdengar cukup aneh, yaitu sleep-related eating disorder (SRED) alias makan sambil tidur. Kondisi ini melibatkan episode berulang perilaku makan dan minum yang tidak terkendali saat dalam keadaan tertidur.

Untuk lebih mengenal jenis gangguan tidur ini, simak informasinya di bawah ini sampai habis, ya!

1. Termasuk gangguan tidur parasomnia  

Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanpexels/Ivan Oboleninov

Menurut keterangan di laman Sleep Education, SRED termasuk dalam gangguan tidur parasomnia. Parasomnia adalah sekelompok gangguan tidur yang melibatkan kegiatan yang tidak diinginkan atau tak menyenangkan yang terjadi saat hendak tidur, tertidur, atau terbangun dari tidur.

Mayoritas penderita SRED memiliki episode makan hampir setiap malam. Berdasarkan sebuah laporan dalam jurnal Cureus tahun 2018, seseorang dengan SRED mengonsumsi makanan berkarbohidrat, cokelat, atau bukan tak mungkin sesuatu yang beracun.

Episode SRED yang terus-menerus dapat menyebabkan penambahan berat badan, cedera akibat kesalahan dalam penyiapan makanan, karies gigi, diabetes, atau kadar kolesterol yang tidak normal.

Beberapa penderita bisa makan lebih dari sekali tiap malam. Episode-episode ini bisa terjadi meski penderitanya tidak haus maupun lapar dan ini terjadi di luar kendali. Selain orang, orang-orang dengan gangguan tidur ini cuma ingat sebagian atau bahkan tidak ingat sama sekali tentang apa yang mereka lakukan.

2. Apa gejalanya?

Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sleep-related eating disorder (omicsonline.org)

Dilansir Mayo Clinic, episode SRED terjadi pada paruh pertama malam setelah penderitanya tidur, dan ini termasuk:

  • Episode yang sering, umumnya setiap malam, serta makan dan minum dengan cara yang tidak terkendali.
  • Gangguan kesadaran saat menyiapkan dan mengonsumsi makanan.
  • Sedikit atau tidak ada ingatan tentang tindakan ini keesokan paginya.
  • Makan makanan tinggi karbohidrat dan tinggi lemak atau kombinasi makanan yang tidak biasa.
  • Kemungkinan memakan zat yang tidak dapat dimakan atau beracun, seperti makanan beku, bubuk kopi, larutan pembersih, atau puntung rokok.
  • Mungkin mengalami cedera atau terlibat dalam aktivitas persiapan makanan yang berbahaya.
  • Tidak mudah dibangunkan atau dialihkan selama episode berlangsung.
  • Mengalami dampak negatif pada kesehatan akibat makan pada larut malam.

3. Berkaitan dengan sleepwalking

Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi sleepwalking, somnambulism, atau tidur sambil berjalan (psypost.org)

SRED bisa terjadi pada orang-orang yang mengalami gangguan sleepwalking. Mereka bisa makan sambil tertidur. Mereka sering berjalan ke dapur dan menyiapkan makanan tanpa ingat pernah melakukannya. Jika kondisi ini sering terjadi, penderitanya bisa mengalami kenaikan berat badan dan meningkatkan risiko obesitas dan terkena diabetes tipe 2.

Baca Juga: 9 Fakta Unik Insomnia, Gangguan Tidur Ini Bisa Mengancam Nyawamu

4. SRED berbeda dengan gangguan makan tengah malam

Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi makan hamburger (unsplash.com/Szabo Viktor)

Dilansir Cleveland Clinic, sindrom makan tengah malam atau night eating syndrom (NES) adalah kondisi saat seseorang makan pada malam hari tanpa kesadaran penuh, dan biasanya tidak bisa tidur lagi kecuali dia makan.

Penderita SRED tidak punya kendali atas aktivitas makan yang mereka lakukan, sementara pasien NES secara sadar membuat keputusan saat makan tengah malam.

Mengutip dari sebuah laporan dalam jurnal Psychiatry and Clinical Neurosciences tahun 2014, kebanyakan pasien dengan laporan SRED tertidur atau setengah tertidur selama episode makan, sementara mereka dengan NES menjadi terjaga dan sadar.

Penurunan kesadaran pada SRED juga menjelaskan tentang pasien SRED bisa mengonsumsi sesuatu yang tidak dapat dimakan atau beracun, sedangkan pada pasien NES tidak.

5. Bisa berbahaya bagi kesehatan tubuh

Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi tertidur di meja (pexels.com/Valeria Ushakova)

Gangguan tidur sambil makan terjadi ketika seseorang dalam keadaan setengah sadar atau tidak sadar. Oleh sebab itulah, SRED bisa menimbulkan masalah bagi kesehatan.

Bersumber dari MayoClinic dan Sleep Education, beberapa masalah yang bisa timbul dari kondisi SRED meliputi:

  • Episode makan atau minum yang tidak terkendali, biasanya pada malam hari.
  • Gangguan kesadaran saat menyiapkan dan mengonsumsi makanan.
  • Sedikit atau tidak memiliki ingatan tentang perilaku ini keesokan paginya.
  • Kemungkinan memakan sesuatu yang tidak bisa dimakan atau beracun seperti makanan beku, biji kopi, cairan pembersih, puntung rokok, dan sebagainya.
  • Kemungkinan mengalami cedera atau terlibat dalam aktivitas persiapan makanan yang berbahaya. Misalnya saat memotong makanan dengan pisau.
  • Kehilangan nafsu makan pada pagi hari.
  • Sakit perut.
  • Insomnia akibat gangguan tidur.
  • Kolesterol tinggi dan kenaikan berat badan berlebih akibat mengonsumsi makanan tinggi karbohidrat atau tinggi lemak.

6. Apa saja faktor risikonya?

Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi seseorang mengalami kecemasan (pexels.com/David Garrison)

Meski bisa dialami siapa pun, tetapi SRED lebih umum dialami oleh perempuan. Ada pula beberapa faktor lainnya yang dapat meningkatkan risiko gangguan tidur ini, yakni:

  • Memiliki gangguan tidur lain seperti sleep apnea, sleepwalking, narkolepsi dan sindrom kaki gelisah.
  • Penggunaan obat tidur hipnotik seperti zolpidem dan obat-obatan lain seperti antidepresan dan antipsikotik.
  • Memiliki gangguan makan seperti bulimia atau anoreksia.
  • Memiliki gangguan mental seperti stres, kecemasan, atau depresi.
  • Memiliki anggota keluarga (orang tua atau saudara kandung) dengan kondisi SRED atau sleepwalking.
  • Kurang tidur.

7. Bagaimana pengobatannya?

Sleep-Related Eating Disorder: Penyebab, Gejala, dan Pengobatanilustrasi obat-obatan (pexels.com/Polina Tankilevitch)

Beberapa upaya untuk menangani SRED antara lain:

  • Menghentikan pengobatan yang bisa menjadi pemicu SRED.
  • Mengobati gangguan tidur lain seperti obstructive sleep apnea, sleepwalking, atau sindrom kaki gelisah.
  • Strategi keamanan. Dokter mungkin merekomendasikan strategi untuk memastikan keamanan dan menawarkan edukasi kepada anggota keluarga untuk membujuk penderita kembali ke tempat tidur tanpa mengekang atau membangunkannya. Strategi ini juga bisa mencakup perubahan rutinitas tidur.
  • Pemberian obat-obatan yang bergantung pada penyebab SRED dan tipe gangguan makan atau tidur lainnya.
  • Jadikan area tidur dan dapur lebih aman untuk menghindari cedera.
  • Membiasakan tidur yang cukup dan teratur setiap hari.
  • Fokus untuk tetap sehat seperti menghindari minuman beralkohol dan merokok.

Menjaga waktu dan pola tidur yang baik sangat penting serta bisa berpengaruh pada kesehatan fisik dan mental. Selain mengganggu istirahat dan waktu tidur, SRED juga bisa membahayakan kesehatan. Bila kamu atau orang yang kamu kenal mengalami gejala yang mengarah pada sleep-related eating disorder, sebaiknya periksakan ke dokter, ya.

Baca Juga: 7 Gangguan Tidur yang Sering Diabaikan, Pernah Mengalami? 

Rifa Photo Verified Writer Rifa

.

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya