Apa Itu COVID-19 Rebound? Ini Penjelasannya

Diduga disebabkan oleh paparan pengobatan Paxlovid

Orang yang sudah dinyatakan negatif dari infeksi virus COVID-19 memiliki kemungkinan untuk dinyatakan positif kembali. Sebuah studi yang diterbitkan di jurnal Clinical Infectious Diseases menemukan bahwa fenomena ini bisa terjadi karena paparan obat yang tidak memadai.

Pasien COVID-19 yang kembali positif baru-baru ini terjadi kepada presiden Amerika Serikat, Joe Biden. Dilansir BBC, hasil tes presiden Joe Biden pada 27 Juli 2022 menunjukkan hasil negatif. Akan tetapi, hasil tes pada Sabtu (30/7/2022) menunjukkan hasil positif. Fenomena ini dinamakan dengan COVID-19 rebound.

1. Apa itu COVID-19 rebound?

Apa Itu COVID-19 Rebound? Ini Penjelasannyailustrasi COVID-19 rebound (unsplash.com/CDC)

Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC) merilis panduan COVID-19 rebound pada Mei lalu. COVID-19 rebound didefinisikan sebagai gejala berulang atau pasien yang dinyatakan positif kembali setelah sebelumnya dinyatakan negatif. 

COVID-19 rebound dilaporkan terjadi antara 2 dan 8 hari setelah pemulihan pertama dan ditandai dengan kambuhnya gejala COVID-19 atau hasil tes positif baru. Menurut penelitian yang diterbitkan di Clinical Infectious Diseases, fenomena ini diduga disebabkan oleh paparan pengobatan Paxlovid. 

Gejala yang ditimbulkan pada masa rebound relatif ringan pada pasien yang sudah melakukan pengobatan Paxlovid.

2. COVID-19 rebound dan penggunaan Paxlovid

Apa Itu COVID-19 Rebound? Ini Penjelasannyailustrasi obat antidepresan (unsplash.com/Hal Gatewood)

Paxlovid adalah obat antivirus yang dikembangkan oleh Pfizer untuk mengobati pasien COVID-19. Dilansir UC San Diego Health, obat ini terbilang efektif mengurangi risiko rawat inap dan kematian akibat COVID-19 sebesar 89 persen setelah dilakukan uji klinis.

Akan tetapi, laporan dari penelitian di jurnal Clinical Infectious Diseases menimbulkan kekhawatiran terkait penggunaan Paxlovid dan terjadinya fenomena COVID-19 rebound. Penelitian tersebut dilakukan untuk melihat resistansi virus terhadap Paxlovid. 

Walaupun hasil studi tersebut tidak menemukan resistansi virus, para peneliti mengimbau untuk para pasien yang menggunakan pengobatan Paxlovid untuk waspada terhadap COVID-19 rebound

Baca Juga: Infeksi COVID-19 Bisa Menurunkan Kesehatan Otak

3. Pasien COVID-19 dianjurkan untuk menambah durasi isolasi

Apa Itu COVID-19 Rebound? Ini Penjelasannyailustrasi protokol kesehatan (unsplash.com/Kobby Mendez)

Karena adanya fenomena COVID-19 rebound, para pasien COVID-19 dianjurkan untuk melakukan proses isolasi yang lebih lama untuk mencegah penyebaran virus. CDC menganjurkan untuk melakukan isolasi tambahan selama 5 hari setelah dinyatakan negatif COVID-19.

Pasien juga dianjurkan untuk menggunakan masker selama total 10 hari setelah gejala rebound dimulai. Evaluasi klinis disarankan bagi pasien yang mengalami rebound dengan gejala yang tidak hilang atau memburuk. 

Kita semua harus tetap waspada terhadap penyebaran virus penyebab COVID-19. Selalu patuhi protokol kesehatan dan hindari kontak dengan pasien yang terinfeksi virus COVID-19. Segera hubungi layanan kesehatan jika kamu mengalami gejala COVID-19 maupun COVID-19 rebound.

Baca Juga: 7 Fakta Paxlovid, Obat COVID-19 yang Baru Diberi Izin oleh BPOM

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya