Mengenal Kedokteran Nuklir, Pengobatan dengan Radioaktif

Memiliki tingkat diagnosis yang lebih akurat

Kedokteran nuklir adalah spesialisasi medis yang menggunakan sebagian zat radioaktif untuk diagnosis dan pengobatan penyakit. Spesialisasi ini masih terbilang sangat sedikit di Indonesia. 

Pada Jumat (10/06/2022) Mandaya Royal Hospital Puri menggelar acara peluncuran pusat layanan kedokteran nuklir yang berfokus pada penanganan penyakit hipertiroid, kanker tiroid, dan gangguan kelenjar tiroid. 

Acara ini menghadirkan dr. Eko Purnomo, SpKN(K)Onk selaku dokter spesialis kedokteran nuklir dan konsultan onkologi untuk memberikan informasi terkait kedokteran nuklir.  

1. Apa itu kedokteran nuklir?

Mengenal Kedokteran Nuklir, Pengobatan dengan Radioaktifilustrasi kedokteran nuklir (nuclearmedicinediscovery.org)

Dokter Eko menjelaskan bahwa penggunaan nuklir dalam bidang kedokteran tidak sama dengan penggunaan nuklir yang biasa digunakan untuk membuat senjata. Kedokteran nuklir merupakan penunjang dan terapi yang menggunakan sumber radiasi terbuka dari disentegrasi inti radionuklida. 

Beberapa pelayanan kedokteran nuklir meliputi diagnostik in vivo dan in vitro melalui pemantauan proses fisiologi metabolisme sel. Metode tersebut digunakan untuk mengetahui fungsi organ tubuh dengan menggunakan dosis kecil radiofarmaka. 

"Ini (kedokteran nuklir) juga berbeda dengan radiologi. Kalau radiologi itu hanya diagnostik, tapi kalau ini diagnostik dan terapi. Bisa untuk scan dan bisa untuk mengobati juga," ucap dr. Eko. 

2. Melibatkan kolaborasi antar dispilin

Selanjutnya, dr. Eko memaparkan bahwa kedokteran nuklir melibatkan kombinasi dari berbagai disiplin ilmu, seperti kimia, fisika, matematika, teknologi komputer, dan kedokteran. 

Tidak hanya itu, kedokteran nuklir juga didukung dengan radio farmasi, regulasi, serta alat-alat pendukung, seperti kamera, scanner, probe, dan lain-lain. Semua aspek tersebut sangat penting mengingat spesialisasi kedokteran nuklir yang begitu kompleks. 

"Kami tidak bisa bekerja sendiri. Saya sebagai dokter, kita juga butuh teman-teman farmasi, fisika, kimia, teknologi. Jadi penting. Tidak bisa bekerja sendiri," ujar dr. Eko. 

Baca Juga: 7 Kondisi yang Bisa Diatasi dengan Botox, Bukan Hanya Kerutan

3. Fungsi kedokteran nuklir

Mengenal Kedokteran Nuklir, Pengobatan dengan Radioaktifilustrasi penggunaan kedokteran nuklir (yeditepehealthcare.com)

Kedokteran nuklir mempunyai berbagai macam fungsi, baik itu untuk mendeteksi ataupun mengobati. Menurut pemaparan dr. Eko, beberapa fungsi kedokteran nuklir meliputi:

  • Memeriksa suatu fungsi organ dengan lebih detail dan terperinci.
  • Mengetahui respons sebelum dan sesudah pengobatan.
  • Mengetahui lokasi terapi radiasi pasien kanker.
  • Membatasi operasi kanker payudara yang berlebihan.
  • Pengobatan keloid atau hemangioma tanpa suntik berulang. 

"Kanker payudara, kalau dulu itu harus diangkat semua sampai habis. Tapi kalau dengan kedokteran nuklir, bisa membantu batas mana yang harus diambil mana yang tidak," dr. Eko menjelaskan.

4. Diagnostik kedokteran nuklir

Sama halnya dengan berbagai fungsi yang ditawarkan, diagnostik menggunakan kedokteran nuklir bisa digunakan untuk berbagai macam hal.

Dokter Eko menambahkan, spesialisasi ini akan sangat berguna khususnya bagi dokter bedah. Diagnostik menggunakan kedokteran nuklir akan mempercepat deteksi dengan akurasi yang lebih baik. 

Beberapa diagnostik kedokteran nuklir meliputi: 

  • Brain scan.
  • Nasolacrimal duct scan.
  • Liver scan.
  • Lung scan.
  • Cardiac scan. 

5. Risiko potensial

Mengenal Kedokteran Nuklir, Pengobatan dengan Radioaktifilustrasi penggunaan CT Scan (unsplash.com/National Cancer Institute)

Fasilitas kesehatan yang menyediakan pelayanan kedokteran nuklir tentunya menggunakan peralatan dan regulasi yang aman. Peralatan yang ada akan dites terlebih dahulu sebelum digunakan oleh pasien. 

Akan tetapi, terdapat beberapa efek samping potensial. Dilansir laman Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit Amerika Serikat (CDC), risiko yang bisa ditimbulkan termasuk:

  • Tingkat radiasi yang lebih tinggi daripada sinar-X. Itu artinya, prosedur ini akan meningkatkan kemungkinan terkena kanker di kemudian hari.
  • Beberapa prosedur akan memakan waktu lebih lama dan menggunakan lebih banyak radiasi. Hal tersebut bisa mengakibatkan kulit memerah dan rambut rontok.
  • Setelah menjalankan prosedur, pasien akan mengeluarkan sedikit radiasi yang bisa dipaparkan oleh orang lain. Langkah-langkah tertentu perlu dilakukan untuk melindungi orang lain dari paparan. 

Metode tes kedokteran nuklir dinilai sebagai cara yang efektif untuk mendiagnosis atau mengobati suatu penyakit. Pastikan kamu mengonsultasikan penyakit yang sedang dialami dengan detail sebelum memutuskan untuk menggunakan layanan ini.

Baca Juga: 5 Fakta Benang Operasi, Punya Pengaruh Besar di Dunia Medis

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya