Orang dengan HIV Berisiko Lebih Besar Terkena COVID-19 Berat

ODHIV disarankan untuk rutin menggunakan ARV

Untuk memperingati Hari AIDS Sedunia yang jatuh pada 1 Desember, Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (PB IDI) bersama dengan Perhimpunan Dokter Peduli AIDS mengadakan Media Briefing dengan tema "HIV AIDS di Jaman Sekarang"

Media Briefing yang diadakan pada Rabu (30/11/2022) ini, menghadirkan Dr. dr. Evy Yunihastuti, SpPD-KAI, ketua Perhimpunan Dokter Peduli AIDS Indonesia, untuk menjelaskan kasus terbaru HIV/AIDS dan COVID-19

Dalam acara ini, Dr. Evy membagikan penelitian yang telah ia lakukan bersama rekannya terkait Orang Dengan HIV (ODHIV) dan COVID-19. 

1. ODHIV memiliki risiko lebih tinggi

Orang dengan HIV Berisiko Lebih Besar Terkena COVID-19 Beratilustrasi ODHIV (unsplash.com/Kobby Mendez)

Menurut penelitian tersebut, Dr. Evy menjelaskan bahwa ODHIV memiliki persepsi akan mengalami gejala yang lebih berat jika terinfeksi COVID-19 (44,8 persen) dan lebih berisiko (51%). Data ini berfungsi untuk mengetahui perilaku dan kesadaran ODHIV tentang infeksi COVID-19.

Selain persepsi, metaanalisis menunjukkan bahwa ODHIV memiliki risiko infeksi COVID-19 berat 1,3–2,3 lebih tinggi daripada non-HIV. ODHIV juga memiliki risiko kematian karena COVID-19 1,8 lebih tinggi daripada non-HIV.

"Faktanya, dari berbagai penelitian dan sudah digabung dalam metaanalisis, orang dengan HIV tetap memiliki risiko infeksi COVID-19 yang berat," ucap Dr. Evy. 

2. Ditemukan kasus HIV baru karena pandemi COVID-19

Orang dengan HIV Berisiko Lebih Besar Terkena COVID-19 Beratilustrasi tes HIV (unsplash.com/CDC)

Di sisi lain, Dr. Evy menemukan terdapat kasus HIV yang baru terdeteksi setelah terinfeksi COVID-19 atau menunjukkan gejala seperti COVID-19. Ini dapat terjadi karena gejala COVID-19 juga bisa menjadi salah satu indikasi infeksi HIV. 

Contohnya saat seseorang mengalami gejala sesak napas dan memiliki hasil PCR yang negatif, orang tersebut mungkin positif HIV. Karena hal ini, ada beberapa kasus baru yang ditemukan saat seseorang melakukan tes COVID-19.

"Jadi beberapa kasus dikira COVID-19, ternyata tidak terbukti COVID-19, lalu kemudian para dokter berpikir bahwa gejala tersebut mungkin infeksi lain yang terkait dengan HIV," kata Dr. Evy. 

3. Prediktor penyebab COVID-19 berat pada ODHIV

Orang dengan HIV Berisiko Lebih Besar Terkena COVID-19 Beratilustrasi pasien HIV (unsplash.com/Engin Akyurt)

Dari penelitian lain yang dilakukan oleh Dr. Evy dan rekan-rekannya, ada beberapa prediktor yang membuat infeksi COVID-19 menjadi berat/kritis. Prediktor ini meliputi adanya komorbiditas, CD4 di bawah 200, tidak menggunakan obat antiretroviral (ARV), dan adanya infeksi oportunistik.

Jika 3 dari 4 prediktor tersebut ditemukan pada ODHIV, maka risiko COVID-19 berat dapat terjadi hingga 58 persen. Jika prediktor ditemukan 2 dari 4, maka risiko COVID-19 berat adalah 25 persen, sedangkan jika prediktor ditemukan 1 dari 4 risiko menjadi 7,3 persen.

Dari hasil tersebut, Dr. Evy menganjurkan untuk selalu mengonsumsi ARV bagi ODHIV dan tetap menjalankan pola hidup sehat agar terhindar dari infeksi COVID-19 berat. 

Baca Juga: Mengenal PrEP, Hampir 99% Bisa Cegah Infeksi HIV

4. Vaksin dinilai aman untuk ODHIV

Orang dengan HIV Berisiko Lebih Besar Terkena COVID-19 Beratilustrasi vaksin COVID-19 (IDN Times/Aditya Pratama)

Dokter Evy menjelaskan bahwa HIV tidak menjadi kontraindikasi atau penghalang penggunaan vaksin COVID-19 walaupun CD4 masih rendah. Oleh sebab itu, ODHIV dianggap aman untuk mendapatkan vaksin COVID-19.

Vaksin COVID-19 dinilai aman karena tidak menggunakan virus aktif sehingga tetap bisa digunakan oleh semua ODHIV. Walaupun begitu, efektivitas vaksin berkurang pada CD4 yang lebih rendah.

5. Keinginan ODHIV untuk mendapatkan vaksin

Orang dengan HIV Berisiko Lebih Besar Terkena COVID-19 Beratilustrasi pasien ODHIV (unsplash.com/National Cancer Institute)

Dokter Evy juga membagikan penelitian multisenter yang dilakukan di tiga RS di Jakarta tentang keinginan untuk vaksin pada 470 ODHIV. Dari penelitian tersebut, ditemukan 75,5 persen ingin divaksinasi dan 3,8 persen tidak ingin divaksinasi.

Salah satu faktor yang memengaruhi keinginan ODHIV untuk vaksin COVID-19 adalah persepsi mendapatkan perlindungan dari infeksi COVID-19. Selain itu, elemen luar juga memengaruhi keinginan ODHIV untuk mendapatkan vaksin. Elemen luar ini meliputi program pemerintah, dokter, pemuka agama, dan keluarga.

"Jadi, kita tetap harus mendorong penggunaan vaksin COVID-19 pada ODHIV karena mereka adalah kelompok yang berisiko lebih tinggi terkena COVID-19 yang lebih berat," tutup Dr. Evy. 

Penelitian menunjukkan bahwa ODHIV memiliki risiko yang lebih besar untuk terkena COVID-19 berat atau kritis. Penggunaan ARV rutin, mendapatkan vaksin, dan menjalankan pola hidup sehat disarankan bagi para ODHIV agar terhindar dari infeksi COVID-19 yang membahayakan. 

Baca Juga: Apakah Poligami Bisa Mencegah Penyebaran HIV? Ini Faktanya!

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya