Post-Holiday Syndrome, Depresi Usai Liburan dan Cara Mengatasinya
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Umumnya setelah pergi liburan, tubuh dan pikiran akan relaks sehingga siap untuk kembali menghadapi rutinitas harian. Namun, ada pula orang yang merasa depresi setelah pergi berlibur. Kondisi ini dikenal sebagai post-holiday syndrome atau post-holiday blues.
Menukil laman Great Lakes Psychiatric, depresi tersebut disebabkan oleh ekspektasi liburan yang terlalu tinggi, perasaan bersalah karena telah menghabiskan banyak uang ketika liburan, atau bahkan ketakutan atau stres karena harus kembali bekerja.
Nah rasa depresi yang berlebihan itu secara ilmiah disebut dengan post-holiday syndrome. Depresi seperti ini juga dikenal dengan nama holiday depression atau post-holiday blues.
Laporan berjudul “Post-Holiday Syndrome” yang diterbitkan dalam jurnal Clinical Pschology Disorders pada Januari 2020 lalu, kondisi tersebut dialami setelah berlibur yang pada akhirnya dapat mengganggu performa harian.
Seseorang yang mengalami post-holiday syndrome umumnya sulit tidur pada malam hari, dan lebih sering tertidur di siang hari. Biasanya, tingkat kecemasan, depresi, dan stres akan meningkat saat dan setelah liburan.
Kalau dibiarkan, tak jarang sindrom ini akan mengarah ke depresi mayor yang dampaknya lebih serius. Gejalanya adalah perasaan tertekan, gelisah, putus asa, kehilangan daya konsentrasi, mengisolasi diri, hingga munculnya pikiran tentang bunuh diri.
Perlu diketahui bahwa kondisi bisa dialami siapa saja. Namun, jangan biarkan post-holiday syndrome berlarut-larut. Berikut ini adalah beberapa cara yang dianjurkan para ahli untuk mengatasi kondisi tersebut dan semangat lagi dalam beraktivitas sehari-hari.
1. Melakukan aktivitas fisik di luar pekerjaan
Menurut sebuah laporan berjudul “Facing the Post-Holiday Blues” yang dipublikasikan di majalah Safety Management tahun 2013, melakukan aktivitas fisik di luar pekerjaan seperti meditasi, yoga, atau teknik relaksasi lainnya bisa membuka hati dan pikiran lebih tenang.
Suasana hati yang tidak keruan juga bisa diatasi dengan mencari udara segar di luar rumah dan melakukan aktivitas fisik.
Usai kembali dari liburan, jangan langsung bekerja. Kamu bisa istirahat sebentar dan beraktivitas di luar rumah untuk melakukan aktivitas fisik ringan. Bisa dengan lari, joging, atau sekadar jalan kaki.
2. Menulis jurnal
Menulis ketakutanmu ke dalam sebuah jurnal harian juga bisa membuat hati dan pikiranmu lebih damai. Mencuplik laman Greatist, Dr. Tricia Wolanin, seorang psikolog klinis, instruktur yoga, dan penulis mengatakan jika menulis kecemasan secara nyata bisa mendukungmu untuk melepaskan emosi yang menumpuk di pikiran.
“Cobalah untuk mengatur waktumu setiap hari selama 10-20 menit dan tulis semua kecemasan yang ada di kepala tentang hari ini, besok, hingga seminggu ke depan,” ucap Wolanin.
Akan lebih baik lagi jika cara ini bisa membantu mencari solusi dari permasalahanmu.
Editor’s picks
Sebagai langkah awal, kamu bisa menulis jurnal setiap satu minggu sekali di akhir pekan. Nanti jika sudah terbiasa, kamu bisa melakukan jurnal setiap hari.
Menurut ahli, kesehatan mental dapat dijaga dengan menulis jurnal. Ini dibenarkan dengan penelitian yang dilakukan oleh tim peneliti dari University of Rochester Medical Center, AS, dan diterbitkan di Journaling for Mental Health. Dikatakan bahwa mengekspresikan diri dengan cara yang sehat dapat mengatasi emosi yang meluap-luap. Salah satunya adalah dengan menulis jurnal.
Dalam penelitian tersebut, jurnal bisa digunakan untuk mengekspresikan diri yang sehat hingga bisa membantumu dalam mengelola kesehatan, mengatasi depresi, meredakan kekhawatiran, mengelola kecemasan, dan menganalisis penyelesaian masalah mental.
Walaupun jurnal bisa mengelola stres, kamu tetap harus mengimbanginya dengan aktivitas relaksasi lainnya, tidur cukup, menjauhi diri dari alkohol, menerapkan pola makan sehat, dan olahraga rutin.
Baca Juga: Bantu Redakan Stres, Teknik Pernapasan Box Breathing Ini Bisa Dicoba
3. Mengobrol dengan orang yang kamu sayangi
Melansir Psychology Today, menjaga komunikasi dengan orang-orang terdekat (secara verbal, ya, bukan dengan bertukar pesan) juga bisa membuat kecemasan, kesedihan, dan kegelisahan yang dialami teratasi.
Saat berkomunikasi, baik lewat sambungan telepon atau video call, bertukarlah cerita tentang dirimu dan tanyakan juga kabar mereka. Rasa bahagia yang diceritakan oleh orang yang kamu sayangi juga bisa membuatmu bahagia.
4. Temukan apa yang membuatmu semangat bekerja
Buatlah agenda menyenangkan setidaknya selama seminggu tentang pekerjaan yang akan kamu lakukan. Jika masih tidak tahu apa yang menyenangkan dari pekerjaanmu, cobalah kembali lihat agendamu dan bacalah lagi apa yang menjadi tujuanmu bekerja. Dengan cara ini, kamu bisa kembali fokus dengan tujuan yang sudah kamu susun.
Melansir Greatist, kalau kamu masih sulit mencari apa yang menyenangkan dalam agendamu dalam sebulan, kamu bisa membuat sendiri daftar yang membuatmu bahagia. Contohnya melakukan hobi yang disukai dalam satu minggu ke depan.
5. Bersih-bersih lingkungan rumah setelah liburan
Lingkungan yang berantakan bisa membuat perasaan bawah sadar menjadi sedih. Melansir Illinois Extension yang merupakan bagian dari University of Illinois at Urbana-Champaign, AS, luangkan waktu setelah liburan untuk bersih-bersih lingkungan rumah untuk menguraikan rasa jengkel yang mungkin dirasakan.
Misalnya memisahkan baju-baju yang tak lagi bisa dipakai, memindahkan barang-barang yang rusak atau memperbaikinya, dan sebagainya. Rumah yang rapi dan bersih akan membuat pikiran lebih tenang.
Demikian hal-hal seputar post-holiday syndrome, depresi usai liburan beserta cara mengatasinya. Siapkan diri untuk termotivasi dalam aktivitas harian. Yuk, semangat!
Baca Juga: 7 Penyebab Kamu Menangis Setiap Hari, Apakah Ini Normal?
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.