Berperilaku Antagonis? Ini 5 Fakta Antisocial Personality Disorder

Seperti Ko Moon-young di K-drama "It's Okay to Not Be Okay"

Sudah nonton K-drama It's Okay to Not Be Okay belum? Drama ini ditayangkan di tvN dan Netflix tahun 2020 dengan total 16 episode.

K-drama ini mengisahkan Moon Gang-tae, seorang pekerja kesehatan komunitas di bangsal psikiatri dan Ko Moon-young, seorang penulis buku anak-anak sukses yang sikapnya dingin terhadap orang lain.

Gang-tae sibuk memperhatikan saudara laki-lakinya yang memiliki autisme, yaitu Moon Sang-tae. Sementara itu, Moon-young terus dihantui oleh luka emosionalnya.

Nah, persona Moon-young dalam drama ini berperilaku antagonis, seperti tidak memiliki rasa empati bagi orang yang melihatnya. Ternyata, perilakunya tersebut merupakan gejala antisocial personality disorder (ASPD) atau gangguan kepribadian antisosial.

Gangguan kepribadian antisosial adalah salah satu jenis gangguan jiwa yang ditandai sifat acuh akan perasaan maupun konsekuensi dari suatu tindakan. Yuk, kenali lebih jauh tentang gangguan kepribadian yang satu ini di dunia nyata!

1. ASPD menunjukkan defisit di seluruh fungsi eksekutif, visual jangka pendek dan memori bekerja, serta perhatian

Berperilaku Antagonis? Ini 5 Fakta Antisocial Personality Disorderilustrasi gangguan kepribadian antisosial (pexels.com/Jeswin Thomas)

Baliousis dkk., melakukan penelitian untuk mengklarifikasi profil neuropsikologis dari ASPD dan psikopati (gangguan jiwa yang dicirikan oleh tindakan yang bersifat egosentris dan antisosial). Hasil penelitiannya diterbitkan di jurnal Psychiatry Research tahun 2019. Ada dua rangkaian perbandingan, di antaranya ASPD versus gangguan kepribadian lain versus kontrol; dan psikopati versus gangguan kepribadian lain versus kontrol.

Tim peneliti menemukan bahwa ASPD menunjukkan defisit di seluruh fungsi eksekutif, visual jangka pendek dan memori bekerja, serta perhatian (dibandingkan dengan kontrol). Berbeda dengan psikopati yang menunjukkan defisit terbatas pada perhatian, perencanaan kompleks, pengendalian penghambatan, dan pembalikan respons.

Di samping itu, pembalikan respons dan defisit pencarian visual tampak spesifik untuk ASPD dan psikopati versus gangguan kepribadian lain dan dapat menjadi penyebab sifat antisosial. Defisit tambahan dalam kontrol penghambatan dan memori bekerja tampaknya membedakan ASPD dari gangguan kepribadian lainnya. 

Meskipun kadang-kadang digunakan secara bergantian, kedua konsep ASPD dan psikopati, itu berbeda. Namun, karena temuan telah dicampur untuk sebagian besar fungsi neuropsikologis dan defisit di ASPD telah mencakup fungsi eksekutif "dingin" dan "panas" terlepas dari psikopati, tampaknya ASPD ditandai dengan berbagai defisit neuropsikologis, meskipun replikasi diperlukan untuk menetapkan ini lebih lanjut. Literatur tentang psikopat berfokus pada fungsi afektif dan fungsi eksekutif "panas".

2. Mereka yang terdiagnosis dengan ASPD melaporkan perilaku khas antisosial lebih sering, termasuk kesulitan untuk mengendalikan amarah atau dorongan untuk memukul atau melukai seseorang

Berperilaku Antagonis? Ini 5 Fakta Antisocial Personality Disorderilustrasi gangguan kepribadian antisosial (pexels.com/Andrew Neel)

Berdasarkan laporan hasil penelitian yang ditulis oleh Stoffel dkk., yang diterbitkan di jurnal Addictive Behaviors tahun 2019, didapatkan bahwa mereka yang terdiagnosis ASPD melaporkan perilaku antisosial yang khas lebih sering, termasuk kesulitan untuk mengontrol amarah atau dorongan untuk memukul atau melukai seseorang.

Hasil tersebut didapat dari sampel penelitian yang dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu dengan dan tanpa diagnosis ASPD. Juga ditemukan bahwa situasi kekerasan biasa terjadi pada seluruh kelompok yang diwawancarai, tetapi bahkan lebih sering terjadi pada mereka yang didiagnosis ASPD.

Misalnya, proporsi yang lebih tinggi dari mereka yang terdiagnosis ASPD dibandingkan yang tidak dilaporkan mengalami kekerasan fisik atau pelecehan oleh seseorang yang mereka kenal dan berisiko meninggal.

Mengenai hubungan antara trauma dan permulaan penggunaan narkoba, hampir setengah dari mereka yang pernah menderita trauma melaporkan bahwa hal ini terjadi sebelum dimulainya penggunaan narkoba. Namun, lebih banyak yang melaporkan bahwa trauma terjadi setelahnya.

Dalam penelitian tersebut, beberapa pengalaman traumatis bahkan lebih sering terjadi di antara pengguna narkoba yang memenuhi kriteria diagnostik untuk ASPD, yaitu pernah dilecehkan atau diserang secara fisik oleh seseorang yang mereka kenal atau yang tidak mereka kenal; berisiko meninggal dan sudah pernah mengalaminya; atau menyaksikan seseorang dibunuh, dipukuli atau terluka parah.

Bahkan, di antara mereka yang tidak terdiagnosis dengan ASPD, pengalaman traumatis sangat umum terjadi. Beberapa dari pengalaman kekerasan ini terjadi selama masa kanak-kanak atau remaja. 

Baca Juga: 7 Fakta Hoarding Disorder, Gangguan Suka Menimbun Barang Berlebihan

3. Berhubungan dengan pengalaman buruk pada masa kanak-kanak

Berperilaku Antagonis? Ini 5 Fakta Antisocial Personality Disorderilustrasi anak-anak (IDN Times/Aryodamar)

Dari laporan yang diterbitkan di jurnal Comprehensive Psychiatry tahun 2019 oleh Delisi dkk., ditemukan bahwa pengalaman buruk masa kanak-kanak yang lebih besar dikaitkan dengan diagnosis ASPD dengan kekerasan fisik, yang menunjukkan hubungan dengan gejala ASPD dan pelecehan seksual dengan diagnosis seumur hidup untuk ASPD.

Mereka mengatakan bahwa pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan tidak memiliki hubungan dengan gejala ASPD, tetapi memiliki hubungan yang signifikan dengan riwayat diagnostik gangguan tersebut.

Memilah pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan mengungkapkan bentuk-bentuk pelecehan dan pengabaian ini tidak memiliki efek merugikan langsung pada psikopatologi selanjutnya, yang konsisten dengan penelitian sebelumnya.

Di satu sisi, pelecehan seksual adalah contoh paling parah dari pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan, salah satu yang sering memprediksi masalah penyesuaian yang paling substansial, dan dengan demikian masuk akal secara intuitif bahwa hal itu akan dikaitkan dengan kondisi diagnostik yang paling parah.

Secara keseluruhan, efek signifikan untuk pelecehan fisik dan pelecehan seksual konsisten dengan penelitian metaanalisis baru-baru ini yang menemukan bahwa pelecehan seksual dan penganiayaan fisik di antara berbagai bentuk penganiayaan lebih terkait erat dengan bentuk penyimpangan agresif.

Dalam keluarga di mana ada bukti terbatas dari perilaku antisosial, dan seseorang hadir dengan apa yang tampaknya menjadi ASPD de novo, pengalaman masa kanak-kanak yang merugikan mungkin sangat merusak dan pada kenyataannya membantu untuk menjelaskan mengapa seseorang akan hadir dengan gejala ASPD ketika dibesarkan.

4. Baik gangguan stres pascatrauma dan hubungan dengan rekan antisosial telah ditemukan terkait dengan peningkatan risiko untuk diagnosis ASPD

Berperilaku Antagonis? Ini 5 Fakta Antisocial Personality Disorderilustrasi antisosial (unsplash.com/Claudio Schwarz)

Laporan Wojciechowski tahun 2019 dalam jurnal Psychiatry Research menyatakan, baik gangguan stres pascatrauma (PTSD) dan hubungan dengan rekan antisosial telah ditemukan berkaitan dengan peningkatan risiko untuk diagnosis ASPD.

Heterogenitas dalam pola perkembangan antisosial teman sebaya ditemukan sangat memprediksi status diagnostik ASPD, dengan individu dengan tingkat asosiasi antisosial sedang dan tinggi menunjukkan risiko yang lebih besar.

Namun, menetapkan mekanisme yang tepat di mana asosiasi antisosial mengarah pada peningkatan risiko onset atau gejala awal ASPD berada di luar cakupan penelitian tersebut.

Akan tetapi, diduga bahwa asosiasi antisosial tampaknya dapat meningkatkan risiko timbulnya ASPD di masa dewasa melalui satu atau lebih dari yang teridentifikasi. Program pendampingan juga ditawarkan sebagai salah satu cara untuk mengurangi asosiasi antisosial sebaya.

Hal ini mungkin karena peserta yang lebih muda terus menunjukkan tingkat asosiasi antisosial yang lebih tinggi daripada peserta yang lebih tua. Kemungkinan yang didukung oleh penelitian sebelumnya tentang arti penting teman sebaya tampaknya menunjukkan perbedaan risiko PTSD pada masa remaja, mungkin berdampak pada efek potensial tersebut pada risiko ASPD.

Temuan ini konsisten dengan penelitian sebelumnya yang menunjukkan komorbiditas yang tumpang tindih antara PTSD dan ASPD dari asosiasi antisosial selama masa remaja. Studi ini juga menyoroti bagaimana trauma dapat dikaitkan dengan onset ASPD, karena pengalaman trauma merupakan kondisi yang dapat menyebabkan PTSD.

5. Gangguan pemrosesan emosi dan empati dapat berkontribusi pada perilaku antisosial 

Berperilaku Antagonis? Ini 5 Fakta Antisocial Personality Disorderilustrasi gangguan kepribadian antisosial (pexels.com/MART PRODUCTION)

Marsden dkk., pada tahun 2019 menerbitkan hasil penelitiannya di jurnal Aggression and Violent Behavior, melaporkan bahwa kurangnya perhatian terhadap perasaan, kebutuhan atau penderitaan orang lain, dan kurangnya penyesalan setelah menyakiti atau menganiaya orang lain adalah karakteristik utama dari ASPD, jika tidak teridentifikasi sebagai dissocial personality disorder (DPD) dan menunjukkan bahwa gangguan pemrosesan emosi dan empati dapat berkontribusi pada perilaku antisosial.

Hasil tersebut didasarkan atas mayoritas studi yang disertakan menggunakan kelompok ASPD/DPD +/−, sehingga mencegah penggambaran efek khusus untuk ASPD/DPD dan psikopati, dan penelitian lebih lanjut yang membandingkan pemrosesan emosi dalam kelompok ASPD/DPD + dan ASPD/DPD -.

Selain itu, karena penelitian epidemiologi menunjukkan bahwa laki-laki dengan ASPD lebih cenderung terlibat dalam tindakan ilegal dan kekerasan dan lebih umum mendukung iritabilitas atau agresivitas dan pengabaian yang sembrono untuk keselamatan diri atau kriteria diagnostik orang lain daripada perempuan, perbedaan gender dalam pengolahan empati dan emosi dapat memediasi perbedaan dalam manifestasi gejala dan perilaku kekerasan yang terkait dengan ASPD/DPD.

Selain itu, meskipun sebagian besar studi yang disertakan menggunakan populasi ASPD +/− atau DPD +/- dan tidak menggambarkan hasil untuk kelompok ASPD/DPD - dan ASPD/DPD +, tiga bukti yang ditemukan menunjukkan bahwa kekurangan pemrosesan emosi yang terbukti pada peserta ASPD sepenuhnya disebabkan oleh ciri psikopat penyerta.

Psikopati atau psikopat, temuan saat ini dibatasi oleh kurangnya penelitian yang membandingkan empati dan pemrosesan emosi di seluruh kelompok ASPD/DPD - dan ASPD/DPD +, dan penelitian lebih lanjut diperlukan untuk menginformasikan secara akurat sejauh mana dan sifat defisit yang spesifik untuk populasi ini.

Itulah lima fakta mengenai antisocial personality disorder (ASPD) yang merujuk pada berbagai jurnal ilmiah. Ternyata berkaitan dengan hal yang dialami pada masa lalu, ya. Mari terus bersosialisasi guna menjaga kesehatan mental!

Baca Juga: 6 Gangguan Makan Paling Umum, Korbannya Bukan Hanya Perempuan

Sarah Ferwinda Photo Verified Writer Sarah Ferwinda

Life is all about learning

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya