5 Fakta Expressive Writing sebagai Terapi untuk Kesehatan Mental

Menulis tentang pikiran dan perasaan terkait tekanan hidup

Pernahkah kamu mendengar tentang expressive writing atau menulis ekspresif? Menurut buku Encyclopedia of Behavioral Medicine tahun 2013, expressive writing adalah bentuk terapi di mana individu menulis tentang pikiran dan perasaan terkait pengalaman hidup yang penuh tekanan atau traumatis secara pribadi.

Nah, setelah diselidiki oleh para peneliti dan mereka menemukan bahwa terapi ini berpotensi untuk diaplikasikan sebagai terapi untuk mendukung kesehatan mental.

Untuk mengetahui lebih lanjut terkait terapi expressive writing, simak fakta-faktanya berikut ini, ya!

1. Intervensi expressive writing merupakan pilihan positif bagi perempuan untuk mengurangi PTSD

5 Fakta Expressive Writing sebagai Terapi untuk Kesehatan Mentalilustrasi menulis di laptop (pexels.com/Ivan Samkov)

Qian dkk., telah melakukan analisis terkait pengaruh intervensi expressive writing (EW) untuk perempuan dengan gangguan stres pascatrauma atau post-traumatic stress disorder (PTSD), depresi, kecemasan atau anxiety, dan stres yang berhubungan dengan kehamilan. Tim peneliti menemukan bahwa intervensi EW adalah pilihan positif bagi perempuan untuk mengurangi gejala PTSD. Temuan ini diterbitkan di jurnal Psychiatry Research tahun 2020.

Berdasarkan temuan dari metaanalisis yang dilakukan menunjukkan penurunan yang signifikan pada PTSD. Sementara itu, pada penurunan kecemasan, stres, dan depresi tidak menunjukkan perbedaan signifikan. Dengan ini disimpulkan bahwa intervensi EW merupakan pengobatan psikologis yang efektif dalam mengurangi PTSD.

2. Expressive writing dapat berkontribusi pada kesehatan psikologis perempuan dengan kelainan janin

5 Fakta Expressive Writing sebagai Terapi untuk Kesehatan Mentalilustrasi seorang wanita diminta untuk menulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Dalam artikel yang ditulis oleh Qian dkk., yang diterbitkan di jurnal Midwifery tahun 2019, dipaparkan beberapa persepsi perempuan dengan kelainan janin yang menjalani penghentian kehamilan terkait intervensi EW. Praktik EW dikatakan dapat berkontribusi pada kesehatan psikologis para perempuan tersebut. Ditemukan bahwa EW adalah bentuk intervensi yang dapat diterima dan layak.

Para partisipan melaporkan manfaat EW dari berbagai aspek, di antaranya:

  • Memperkuat pemikiran rasional atas introspeksi buta
  • Mulai terlibat dalam pemikiran sistem sehubungan dengan kelainan janin selama tiga sesi EW
  • Mengubah perspektif dan membantu mereka mengakhiri pemikiran berulang
  • Mengubah objek kepercayaan diri partisipan untuk mengekspresikan emosi
  • Memberi jalan keluar bagi karakter introver untuk mengekspresikan pemikiran terdalam di benak mereka
  • Membantu menerima kenyataan secara umum dan mengatasi kesulitan dengan menyesuaikan strategi coping mereka
  • EW meningkatkan kondisi psikologis partisipan 

Baca Juga: Terapkan 5 Terapi Alternatif Ini Bagi Kamu yang Ingin Berhenti Merokok

3. Expressive writing paling bermanfaat bagi yang lebih sadar, berhubungan dengan, dan lebih menderita dari perasaan negatif

5 Fakta Expressive Writing sebagai Terapi untuk Kesehatan Mentalilustrasi seseorang sedang dalam perasaan negatif (unsplash.com/Lacie Slezak)

Mordechay dkk., telah melakukan studi untuk memeriksa perbedaan individu dalam efek EW. Hasilnya telah diterbitkan di jurnal Complementary Therapies in Clinical Practice tahun 2019. Mereka menemukan bahwa individu yang lebih sadar, berhubungan dengan, dan lebih menderita dari perasaan negatif merupakan yang mendapatkan keuntungan paling banyak dari terapi menulis ini.

Partisipan dengan tingkat neurotisme (salah satu sifat kepribadian dengan kecenderungan jangka panjang untuk berada dalam keadaan emosi negatif atau cemas) yang lebih tinggi berhubungan dengan pengurangan gejala psikologis yang lebih besar pada kelompok EW. Selain itu, semakin tertekan seseorang, semakin baik keadaannya setelah menjalani intervensi EW.

Di samping itu, yang menulis tentang peristiwa yang lebih parah atau traumatis secara subjektif lebih bersedia (dan benar-benar melakukannya) terlibat dalam proses yang bermakna dalam tulisan mereka. Mereka lebih termotivasi untuk menyelesaikan masalah dan tidak menghindari pengalaman sarat emosi mereka yang paling menyakitkan.

4. Intervensi expressive writing dalam konteks akademis mungkin tidak cocok untuk anak-anak

5 Fakta Expressive Writing sebagai Terapi untuk Kesehatan Mentalilustrasi seorang anak sedang menulis (pexels.com/Andrea Piacquadio)

Mesghina dan Richland telah menyelidiki bagaimana EW memengaruhi pembelajaran anak-anak usia sekolah dasar. Hasilnya diterbitkan di jurnal Contemporary Educational Psychology tahun 2020. Hasil temuan mereka menunjukkan bahwa dalam konteks akademis, intervensi EW mungkin tidak cocok untuk anak-anak.

Didapatkan kesimpulan bahwa menyalurkan emosi para siswa melalui tulisan membuat siswa lebih khawatir dan kemudian menghambat pembelajaran mereka. Ini karena pada usianya mereka belum dapat secara efektif memproses dan menciptakan makna pengalaman stres. Lain halnya dengan orang dewasa yang mampu mengelola dan menilai stres mereka ketika mengaksesnya selama menulis. 

Oleh karena itu, memanfaatkan intervensi EW saja sebagai alat untuk menghilangkan kekhawatiran sebelum momen pembelajaran atau ujian kepada siswa tidak mungkin berhasil dan bisa sangat berbahaya.

Mungkin lain halnya apabila EW disertai dengan pelatihan tentang bagaimana mengatur emosi yang muncul dalam tulisan, ataupun bersama dengan orang dewasa membangun narasi EW yang dapat membantu dalam memaknai stres.

5. Intervensi expressive writing juga memungkinkan diaplikasikan melalui mengekspresikan emosi via media sosial

5 Fakta Expressive Writing sebagai Terapi untuk Kesehatan Mentalilustrasi seseorang sedang menulis di media sosial (unsplash.com/Mimi Thian)

Berlatar belakang dengan adanya penelitian yang telah menunjukkan bahwa berbagai aktivitas jaringan sosial online dapat digunakan sebagai penanda suasana hati orang serta gejala depresi, Lee dkk., telah melakukan studi untuk menyelidiki potensi intervensi berbasis online.

Mereka mengembangkan aplikasi EW dalam Facebook. Mereka menyelidiki bagaimana intervensi yang dirancang serta berbagai aktivitas jaringan sosial online berkontribusi untuk meningkatkan keadaan emosional seseorang. Hasilnya telah diterbitkan di jurnal Computers in Human Behavior tahun 2016.

Mereka merancang aplikasi Facebook berbasis web yang dinamakan EmotionDiary untuk melakukan eksperimen. Hasilnya menunjukkan bahwa mengekspresikan kata-kata emosional dan kognitif melalui aplikasi tersebut tidak hanya terkait dengan mengurangi suasana hati depresi bagi peserta yang kemungkinan menunjukkan gejala subsyndromal symptomatic depression (SSD), yaitu seseorang yang mengalami dua atau lebih gejala yang konsisten dengan depresi), tetapi juga untuk meningkatkan kesadaran diri, terutama bagi orang yang terbiasa merekam emosinya di jaringan sosial online

Dalam EW online, didapatkan dua faktor penting dalam mengurangi gejala depresi, yaitu kata-kata emosional negatif dan kata-kata kognitif (berkaitan dengan proses mental yang terlibat dalam mengetahui, mempelajari, dan memahami sesuatu). Oleh karena itu, temuan ini memiliki implikasi yang dapat membantu dalam merancang platform intervensi online yang dipersonalisasi dan untuk terapi penulisan yang canggih untuk memaksimalkan pengaruh EW.

Demikianlah lima fakta terkait expressive writing berdasarkan beberapa artikel ilmiah. Ternyata menulis itu banyak kegunaannya, ya, salah satunya bisa dijadikan sebagai terapi untuk kesehatan mental, seperti terapi ini. Semangat menulis, yuk!

Baca Juga: 9 Cara Menghilangkan Mood Jelek, Saran dari Pakar Kesehatan Mental

Sarah Ferwinda Photo Verified Writer Sarah Ferwinda

Life is all about learning

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya