Diseksi Aorta: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatan

Robekan yang berkembang di sepanjang lapisan dalam aorta

Aorta adalah arteri utama yang membawa darah yang kaya akan oksigen dari jantung ke seluruh tubuh kita. Dinding aorta terdiri dari tiga lapisan jaringan, yaitu lapisan dalam (intima), lapisan tengah (media), dan lapisan luar (adventitia). Diseksi aorta dimulai secara tiba-tiba ketika robekan terjadi di lapisan dalam area aorta yang melemah.

Darah akan mengalir deras melalui robekan, menyebabkan lapisan dalam dan tengah terbelah atau terpisah (diseksi). Apabila darah yang dialihkan mengalir di antara lapisan jaringan, aliran darah normal ke bagian tubuh mungkin melambat atau terhenti, atau aorta bisa pecah sepenuhnya.

Diseksi aorta adalah kondisi yang mengancam jiwa yang dapat menyebabkan kematian mendadak jika tidak diidentifikasi dan ditangani dengan cepat.

1. Jenis

Mengutip laman NYU Langone Hospitals, ada dua jenis diseksi aorta yang diklasifikasikan berdasarkan lokasinya.

  • Tipe A

Diseksi aorta tipe A terjadi para aorta asensdens, yaitu bagian lengkung aorta yang memanjang ke atas dari jantung. Robekan ini dapat meluas di sepanjang bagian atas aorta dan turun menuju perut.

Tipe A adalah tipe diseksi aorta yang paling umum dan lebih cenderung akut daripada kronis. Ini membuatnya lebih berbahaya daripada diseksi aorta tipe B karena lebih mungkin menyebabkan aorta pecah, yang mengarah ke kondisi jantung yang berpotensi fatal.

Orang dengan diseksi aorta tipe A sering melaporkan sesak napas dan rasa sakit yang tiba-tiba, parah, dan tajam yang terasa seperti robekan di dada dan punggung bagian atas. Namun, beberapa orang tidak mengalami gejala.

  • Tipe B

Diseksi aorta tipe B berasal dari aorta desendens, yang memanjang dari lengkungan di bagian atas aorta asendens—bagian yang memanjang ke atas dari jantung—ke bagian bawah aorta, yang juga dikenal sebagai aorta perut.

Sebagian besar diseksi aorta tipe B bersifat kronis dan oleh karena itu jarang menyebabkan efek samping yang mengancam jiwa. Perawatannya termasuk pengobatan dan pemeriksaan rutin dengan dokter.

Kadang, diseksi tipe B bisa mengurangi atau menghalangi aliran darah ke organ-organ seperti ginjal dan usus. Saat ini terjadi, ahli bedah dapat melakukan operasi endovaskular untuk menempatkan cangkok stent untuk menopang aorta, sambil juga menjaga aliran darah ke organ terdekat.

Gejalanya mungkin termasuk tekanan darah tinggi dan nyeri punggung yang parah dan tajam, yang bisa terasa seperti menjalar ke dada atau perut.

Diseksi Aorta: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi tahapan diseksi aorta (mountelizabeth.com.sg)

Nantinya, dokter mendiagnosis diseksi aorta tipe A dan tipe B sebagai akut atau kronis. Diseksi aorta akut menyebabkan gejala yang mengancam jiwa dan memerlukan perawatan medis darurat. Sementara itu, diseksi aorta kronis kurang serius, tetapi masih memerlukan perawatan.

  • Diseksi aorta akut: menyebabkan nyeri dada atau punggung mendadak atau keduanya, dan memerlukan perawatan bedah segera untuk menghindari pecahnya aorta.

  • Diseksi aorta kronis: kadang gejala diseksi aorta tidak jelas dan tidak spesifik dan mungkin tidak terdeteksi sampai robekan mulai menyebabkan gejala lain, seperti berkeringat, sesak napas, atau pingsan. Ketika gejala ini terjadi, atau jika tes pencitraan menunjukkan tanda-tanda bahwa kondisi tersebut telah muncul selama 2 minggu atau lebih, hal itu disebut sebagai diseksi aorta kronis.

2. Penyebab dan faktor risiko

Diseksi aorta terjadi karena adanya masalah yang mendasari, yaitu kerusakan lambat sel-sel yang membentuk dinding aorta. Sederhananya, diseksi aorta disebabkan oleh area dinding aorta yang melemah.

Kerusakan tersebut kemungkinan telah berlangsung secara diam-diam selama bertahun-tahun sebelum area dinding aorta yang melemah akhirnya bobol, mengakibatkan robekan, yang mengarah ke diseksi aorta.

Mengapa dinding aorta melemah pada beberapa orang dan tidak pada orang lain? Diyakini bahwa sebagian besar diseksi aorta disebabkan oleh kerentanan mendasar yang mungkin diturunkan. Pada beberapa orang, tekanan pada dinding aorta akibat tekanan darah tinggi yang konstan dapat melemahkan dinding aorta pada orang yang rentan, mengakibatkan robekan dan diseksi.

Diseksi aorta di aorta asendens (bagian yang paling dekat dengan jantung di mana tekanannya paling tinggi) hampir dua kali lebih umum daripada yang terjadi di aorta desendens. Robekan di aorta biasanya terjadi di area di mana tekanan pada dinding aorta paling tinggi.

Beberapa faktor yang dapat meningkatkan risiko diseksi aorta antara lain:

  • Hipertensi yang sedang berlangsung. Ini adalah faktor risiko yang paling penting. Hipertensi menyebabkan kerusakan langsung pada lapisan jaringan aorta, menyebabkan hilangnya serat elastis, kerusakan struktur dinding, dan peningkatan kekakuan dinding.
  • Aterosklerosis (atau penumpukan plak di arteri) atau kolesterol tinggi dan merokok.
  • Aneurisme aorta, yaitu pembesaran abnormal atau tonjolan di dinding aorta.
  • Penyakit katup aorta.
  • Kondisi jantung bawaan seperti katup aorta bikuspid atau sindrom Turner.
  • Gangguan jaringan ikat, seperti sindrom Marfan dan sindrom Ehlers-Danlos. Ini adalah masalah terkait genetik yang dapat diwariskan.
  • Kondisi aorta toraks herediter lainnya yang terutama memengaruhi aorta yang juga disebabkan secara genetik.
  • Riwayat keluarga dengan diseksi aorta.
  • Vaskulitis, khususnya aortitis. Penyakit radang ini mempengaruhi pembuluh darah tubuh.
  • Cedera traumatis di dada, misalnya akibat kecelakaan mobil berkecepatan tinggi atau jatuh serius dari ketinggian lebih dari 20 kaki.
  • Usia antara 50 dan 65 tahun. Dinding aorta kehilangan elastisitasnya seiring penuaan.
  • Sedang hamil dan memiliki tekanan darah tinggi saat melahirkan.
  • Aktivitas yang memperpanjang periode tekanan darah tinggi, seperti penggunaan kokain atau amfetamin.
  • Powerlifting yang berat dapat meningkatkan kecepatan perkembangan aneurisme atau diseksi pada orang yang rentan.

3. Gejala

Diseksi Aorta: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi gejala diseksi aorta (rocklandthoracicandvascular.com)

Seperti dijelaskan di laman MedlinePlus, gejala diseksi aorta dimulai secara tiba-tiba, dan meliputi nyeri dada parah. Rasa sakitnya mungkin terasa seperti serangan jantung.

  • Rasa sakit yang ditimbulkan dideskripsikan tajam, menusuk, atau seperti dirobek.
  • Nyeri dirasakan di bawah tulang dada, lalu bergerak ke bawah tulang belikat atau ke punggung.
  • Nyeri bisa berpindah ke bahu, leher, lengan, rahang, perut, atau paha.
  • Rasa sakit berubah posisi, sering berpindah ke lengan dan kaki saat diseksi aorta memburuk.

Gejala disebabkan oleh penurunan aliran darah ke seluruh dan dapat termasuk: 

  • Kecemasan dan perasaan seperti malapetaka
  • Pingsan atau pusing
  • Berkeringat parah
  • Mual dan muntah
  • Kulit pucat
  • Denyut nadi cepat dan lemah
  • Sesak napas dan sulit bernapas saat berbaring telentang

Gejala lainnya bisa meliputi:

  • Sakit perut
  • Gejala stroke
  • Sulit menelan akibat tekanan pada kerongkongan

Baca Juga: Penyakit Jantung Bawaan, Masalah Struktur Jantung pada Kelahiran Bayi

4. Diagnosis

Diseksi aorta harus didiagnosis dengan cepat jika diperlukan pembedahan segera. Tim perawatan kesehatan perlu menentukan apakah pasien memiliki diseksi aorta atau kondisi lainnya, seperti serangan jantung dan stroke, yang gejalanya serupa. Tes yang dapat dilakukan meliputi:

  • Rontgen dada: untuk membuat gambar struktur di dalam dada, termasuk jantung, paru-paru, pembuluh darah (termasuk aorta) dan tulang. Tes ini tidak terlalu spesifik tetapi cepat dan dapat mengarahkan diagnosis.
  • Computed tomography (CT) scan: tes ini memberikan gambaran terbaik dari aorta selama keadaan darurat dan dapat dilakukan agak cepat untuk mencari aneurisme atau diseksi. Untuk pencitraan aorta, kontras intravena (IV) mungkin diperlukan.
  • Ekokardiogram transtorakal: menggunakan ultrasound untuk memberikan gambar bergerak dari katup dan bilik jantung dan bagian pertama dari aorta (akar aorta).
  • Ekokardiogram transesofageal (TEE): menunjukkan gambar yang lebih rinci dari katup dan bilik jantung dibanding ekokardiogram transtoraks dan gambaran yang lebih baik dari aorta toraks.
  • Magnetic resonance imaging (MRI): untuk menghasilkan gambar detail organ dan struktur di dalam tubuh, termasuk aorta Anda. Ini memberikan gambar bergerak dari katup dan ruang jantung dan aliran darah melalui aorta. Tes ini mungkin makan lebih banyak waktu dibanding CT scan biasa dan lebih jarang digunakan dalam kondisi darurat.

5. Pengobatan

Diseksi Aorta: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi operasi atau pembedahan (pixabay.com/sasint)

Diseksi aorta adalah kondisi darurat medis yang butuh perawatan segera. Perawatan mungkin termasuk pembedahan atau obat-obatan, tergantung pada area aorta yang terlibat, seperti dilansir Mayo Clinic.

Perawatan untuk diseksi aorta tipe A dapat mencakup:

  • Pembedahan. Ahli bedah mengangkat aorta yang mengalami diseksi aorta sebanyak mungkin dan menghentikan darah agar tidak bocor ke dinding aorta. Sebuah tabung sintetis (cangkok) digunakan untuk merekonstruksi aorta. Jika katup aorta bocor sebagai akibat dari kerusakan aorta, maka dapat diganti pada saat yang sama. Katup baru ditempatkan di dalam cangkok.
  • Obat-obatan. Bertujuan untuk mengurangi detak jantung dan menurunkan tekanan darah, yang dapat mencegah diseksi aorta memburuk. Obat-obatan mungkin diberikan kepada orang-orang dengan diseksi aorta tipe A untuk mengontrol tekanan darah sebelum operasi.

Sementara itu, perawatan untuk diseksi aorta tipe B antara lain:

  • Obat-obatan. Obat yang sama yang digunakan untuk mengobati diseksi aorta tipe A dapat digunakan tanpa pembedahan untuk mengobati diseksi aorta tipe B.
  • Pembedahan. Prosedurnya mirip dengan yang digunakan untuk mengoreksi diseksi aorta tipe A. Terkadang stent dapat ditempatkan di aorta untuk memperbaiki diseksi aorta tipe B yang rumit.

Setelah perawatan, pasien mungkin perlu minum obat untuk mengontrol tekanan darah selama sisa hidup. Pasien mungkin memerlukan CT scan atau MRI rutin untuk memantau kondisi.

6. Pencegahan

Risiko terjadinya diseksi aorta adalah dengan mencegah cedera pada dada dan menerapkan langkah-langkah untuk menjaga kesehatan jantung, seperti:

  • Mengontrol tekanan darah tinggi.
  • Tidak merokok.
  • Menjaga dan meraih berat badan ideal, bisa dengan mengonsumsi makanan rendah garam dan memperbanyak banyak sayur dan buah serta biji-bijian utuh, serta rutin olahraga.
  • Gunakan sabun pengaman saat berkendara untuk mengurangi risiko cedera dada jika terjadi kecelakaan mobil.
  • Patuhi instruksi dokter. Bila memiliki riwayat diseksi aorta dalam keluarga, kelainan jaringan ikat, atau katup aorta bikuspid, beri tahu dokter. Jika memiliki aneurisme aorta, cari tahu seberapa sering memerlukan pemantauan dan apakah pembedahan diperlukan untuk memperbaiki aneurisme.

7. Komplikasi yang bisa terjadi

Diseksi Aorta: Penyebab, Diagnosis, dan Pengobatanilustrasi stroke (commons.wikimedia.org/https://www.scientificanimations.com)

Jika tidak segera ditangani, diseksi aorta dapat menyebabkan komplikasi serius, seperti:

  • Stroke.
  • Kerusakan katup aorta.
  • Kerusakan organ dalam.
  • Penumpukan cairan antara otot jantung itu sendiri dan kantung yang menutupi jantung (tamponade jantung), memberi tekanan pada jantung dan mencegahnya bekerja dengan semestinya.
  • Kematian.

Diseksi aorta akut adalah kondisi darurat medis. Jika kamu memiliki gejala mengarah ke diseksi aorta dan punya faktor risikonya, segera cari pertolongan medis. Kamu mungkin memerlukan pembedahan segera untuk memperbaiki segmen aorta.

Jika diseksi aorta tidak parah, pembedahan segera mungkin tidak diperlukan, tetapi kemungkinan besar akan butuh pemantauan ketat di rumah sakit dan butuh pembedahan di lain waktu.

Apabila kamu sudah terdiagnosis diseksi aorta, jagalah tekanan darah tetap terkendali dan lakukan pemeriksaan CT atau MRI secara rutin untuk memantau aorta. Minumlah obat yang diberikan dan patuhi instruksi dokter. Jangan lupa juga untuk kontrol rutin.

Baca Juga: Fakta Katup Aorta Bikuspid, Kelainan Jantung Bawaan Paling Umum

Topik:

  • Bella Manoban
  • Nurulia R F
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya