Waspadai Bahaya Penyakit Leptospirosis, Bisa Berakibat Fatal

Leptospirosis bisa ditularkan dari kencing tikus

Leptospirosis adalah penyakit yang disebabkan oleh infeksi bakteri Leptospira. Kita bisa terinfeksi Leptospira melalui lecet atau luka di kulit, atau melalui mata, hidung, atau mulut. Leptospirosis adalah penyakit zoonosis, yang artinya ditularkan antara hewan dan manusia.

Menurut laporan dalam medRxiv tahun 2022, leptospirosis adalah zoonosis global yang muncul dengan perkiraan 1,03 juta kasus dan 58.900 kematian terjadi setiap tahun.

Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyebut bahwa Indonesia berisiko tinggi terkena leptospirosis karena kejadian banjir dan genangan air serta kondisi saluran pembuangan dan sanitasi yang buruk di beberapa area perumahan. Pada 2021, kasus leptospirosis dilaporkan dari delapan provinsi yaitu Jawa Timur, Jawa Tengah, Yogyakarta, Banten, DKI Jakarta, Kalimantan Utara, Jawa Barat, dan Kalimantan Timur.

Dinas Kesehatan Jawa Timur mencatat ada 249 kasus penyakit Leptospirosis atau kencing tikus di sepanjang 2023 yang tersebar di sejumlah kota/kabupaten. Dari data itu sebanyak sembilan orang meninggal dunia dengan periode waktu yang sama. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Pacitan dengan jumlah 204 kasus dan jumlah kematian enam orang.

1. Apa penyebab leptospirosis?

Waspadai Bahaya Penyakit Leptospirosis, Bisa Berakibat FatalBbakteri Leptospira penyebab penyakit Leptospirosis. (commons.wikimedia.org/bluuurgh)

Bakteri Leptospira menyebabkan leptospirosis. Bakteri masuk ke tubuh melalui mulut, hidung, atau mata atau melalui luka di kulit. Bakteri melakukan perjalanan melalui darah ke organ, berkumpul di ginjal (organ yang membersihkan darah).

Ginjal membuang zat yang tidak perlu atau beracun dalam kencing (urine). Bakteri dari ginjal meninggalkan tubuh lewat kencing, yagn dapat menyebarkan leptospirosis ke orang atau hewan lain.

Leptospirosis biasanya menular ke manusia dari kencing hewan yang mengandung bakteri Leptospira. Hampir semua mamalia (seperti tikus, anjing, kuda, babi atau sapi) bisa terkena leptospirosis. Mereka mungkin memiliki sedikit atau tidak ada gejala penyakit.

Hewan dengan leptospirosis dapat mencemari air atau kotoran (tanah), yang menyebarkan bakteri ke hewan lain atau manusia. Kita bisa mendapatkan leptospirosis dari:

  • Menyentuh langsung kencing atau cairan tubuh lain dari hewan penderita leptospirosis.
  • Air atau tanah yang terkontaminasi masuk ke mata, hidung, atau mulut, atau di kulit yang luka.

Banyak orang bisa terkena leptospirosis sekaligus (wabah) setelah hujan lebat dan banjir. Air banjir mengalir ke sungai, danau, dan kanal, membawa bakteri bersamanya.

Leptospirosis jarang menular dari satu orang ke orang lain.

Leptospirosis lebih umum terjadi di area tropis. Menurut WHO, diperkirakan penyakit ini memengaruhi 10 atau lebih dari 100.000 orang setiap tahunnya.

Di negara beriklim sedang, leptospirosis mungkin memengaruhi antara 0,1 dan 1 per 100.000 orang. Dalam kondisi epidemi, penyakit ini dapat memengaruhi 100 atau lebih dari setiap 100.000 orang. Orang yang bepergian ke daerah tropis memiliki risiko paparan yang lebih tinggi.

2. Gejala leptospirosis yang harus diwaspadai

Waspadai Bahaya Penyakit Leptospirosis, Bisa Berakibat Fatalilustrasi pasien leptospirosis (unsplash.com/SharonMcCutcheon)

Berdasarkan laporan dalam jurnal Current Topics in Microbiology and Immunology, waktu dari masuknya bakteri ke dalam tubuh sampai menimbulkan gejala (masa inkubasi) adalah sekitar 7 sampai 12 hari.

Masa inkubasi ini dapat lebih cepat, dalam 3 hari ataupun lebih lama dalam 1 bulan, semua tergantung daya tahan tubuh pasien dan juga tingkat infeksius bakteri. 

Dilansir Medical News Today, pada kasus leptospirosis ringan, gejalanya adalah:

  • Demam dan menggigil.
  • Batuk.
  • Diare, muntah, atau keduanya.
  • Sakit kepala.
  • Nyeri otot, terutama punggung bawah dan betis.
  • Ruam.
  • Mata merah dan iritasi.
  • Penyakit kuning (jaundice).

Kebanyakan orang bisa pulih dalam waktu seminggu tanpa pengobatan, tetapi sekitar 10 persen akan mengembangkan leptospirosis parah.

Dalam kasus parah, tanda dan gejalanya akan muncul beberapa hari setelah gejala leptospirosis ringan hilang. Gejalanya bergantung pada organ mana yang terdampak. Ini dapat menyebabkan gagal ginjal atau gagal hati, gangguan pernapasan (respiratory distress), dan meningitis. Ini bisa berakibat fatal.

Bila leptospirosis memengaruhi jantung, hati, dan ginjal, pasien akan mengalami gejala berikut ini:

  • Kelelahan.
  • Detak jantung tidak teratur, sering kali cepat.
  • Nyeri otot.
  • Mual.
  • Mimisan.
  • Sakit di dada.
  • Terengah-engah.
  • Nafsu makan yang buruk.
  • Pembengkakan di tangan, kaki, atau pergelangan kaki.
  • Penurunan berat badan yang tidak dapat dijelaskan.
  • Jaundice, terlihat pada bagian putih mata, lidah, dan kulit yang menguning.

Bila tidak mendapat perawatan, bisa terjadi gagal gijal yang dapat mengancam nyawa.

Apabila leptospirosis memengaruhi otak atau sumsum tulang belakang, meningitis, ensefalitis, atau keduanya bisa berkembang.

Meningitis adalah infeksi pada selaput yang menutupi otak dan sumsum tulang belakang, sedangkan ensefalitis mengacu pada infeksi jaringan otak. Kedua kondisi tersebut memiliki tanda dan gejala yang serupa, yakni:

  • Kebingungan atau disorientasi.
  • Kantuk.
  • Kejang.
  • Demam tinggi.
  • Mual.
  • Fotofobia atau sensitif terhadap cahaya.
  • Masalah dengan gerakan fisik.
  • Leher kaku.
  • Tak mampu bicara.
  • Muntah.
  • Perilaku agresif atau tidak biasa.

Meningitis atau ensefalitis yang tidak ditangani dapat menyebabkan kerusakan otak yang serius dan mungkin mengancam nyawa.

Bila leptospirosis menyerang paru-paru, pasien tidak akan bisa bernapas. Tanda dan gejalanya meliputi:

  • Demam tinggi.
  • Terengah-engah.
  • Batuk darah.

Dalam kasus yang parah, mungkin ada begitu banyak darah sehingga orang tersebut mati lemas.

Baca Juga: 10 Penyakit Ini Bisa Ditularkan Hewan ke Manusia, Lebih Waspada ya!

3. Faktor risiko

Waspadai Bahaya Penyakit Leptospirosis, Bisa Berakibat FatalIlustrasi korban banjir (ANTARA FOTO/Reno Esnir)

Berdasarkan laporan dalam Journal American Medical Association (JAMA), terdapat beberapa kondisi atau profesi yang berisiko terinfeksi leptospirosis, di antaranya:

  • Individu yang rumah dan tempat tinggalnya memiliki sanitasi (kebersihan) yang buruk.
  • Individu yang berenang di danau atau sungai.
  • Pekerja pertambangan.
  • Petani.
  • Peternak dan pekerja di pemotongan hewan.
  • Anggota militer.

Hal ini dikaitkan dengan peningkatan risiko terpaparnya dengan cairan yang kemungkinan terinfeksi dengan bakteri leptospirosis.

Menurut studi laporan dalam jurnal PLOS Neglected Tropical Diseases tahun 2015, leptospirosis lebih mungkin muncul di:

  • Asia Selatan dan Asia Tenggara.
  • Australia.
  • Karibia dan Amerika Tengah.
  • Andes dan daerah tropis Amerika Selatan.
  • Afrika Sub-Sahara dan Afrika Timur.

Tempat wisata di mana leptospirosis kadang terjadi termasuk Selandia Baru, Australia, Hawaii, dan Barbados.

Banjir juga meningkatkan risiko terjadinya wabah. Bila perubahan iklim menyebabkan lebih banyak kasus banjir di seluruh dunia, kemunculan leptospirosis mungkin akan lebih banyak.

4. Leptospirosis bisa dicegah

Waspadai Bahaya Penyakit Leptospirosis, Bisa Berakibat Fatalilustrasi anak bermain di genangan air (pexels..com/Adreyat Hasan)

Mencegah lebih baik mengobati. Beberapa hal dapat dilakukan untuk mencegah terinfeksi leptospirosis, di antaranya:

  • Menjaga kebersihan rumah dan lingkungan rumah.
  • Hindari tertelannya air sungai atau danau saat berenang.
  • Mengenakan sepatu pelindung ataupun baju pelindung saat bekerja atau berada di genangan air.
  • Hindari bermain di genangan banjir.
  • Segera membersihkan diri setelah berkontak dengan air banjir ataupun genangan air kotor setelah bekerja.

5. Pengobatan

Waspadai Bahaya Penyakit Leptospirosis, Bisa Berakibat Fatalilustrasi obat-obatan (IDN Times/Aditya Pratama)

Untuk kasus ringan, dokter mungkin akan meresepkan antibiotik seperti doxycycline atau penicillin. Pasien dengan kasus parah kemungkinan besar butuh rawat inap dan akan menerima antibiotik secara intravena.

Tergantung organ mana yang terdampak leptospirosis, pasien mungkin butuh ventilator untuk bantuan bernapas. Bila memengaruhi ginjal, mungkin dialisis atau cuci darah akan diperlukan.

Cairan intravena juga akan diberikan untuk mendukung hidrasi dan nutrisi penting untuk pasien.

Perawatan di rumah sakit mungkin bervariasi dari beberapa minggu hingga beberapa bulan. Ini umumnya tergantung respons pasien terhadap terapi antibiotik dan seberapa parah infeksi merusak organ.

Bila leptospirosis dialami oleh ibu hamil, maka janin bisa terdampak. Siapa pun yang mengalami infeksi saat hamil akan memerlukan perawatan di rumah sakit agar bisa terus dipantau.

Itulah fakta-fakta tentang penyebab, gejala, faktor risiko, pencegahan, dan pengobatan leptospirosis, penyakit yang mengintai saat banjir melanda. Lakukan langkah-langkah pencegahan agar kita terhindar dari penyakit ini, ya!

Baca Juga: 7 Serangan Hewan Ini Bisa Memengaruhi Kondisi Psikologis, Hati-hati!

Sheila Adiwinata Photo Writer Sheila Adiwinata

Member IDN Times Community ini masih malu-malu menulis tentang dirinya

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya