14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Down

Apa benar anak dengan Down syndrome selalu merasa bahagia?

Intinya Sih...

  • World Down Syndrome Day atau Hari Sindrom Down Sedunia diperingati setiap 21 Maret. Tema tahun 2024 adalah "End The Stereotypes". 
  • Sindrom Down bukan penyakit menular, tetapi kondisi genetik akibat kromosom tambahan.
  • Karena kurangnya pengetahuan, banyak orang yang memandang sebelah mata anak-anak dengan sindrom Down. Banyak yang menganggap mereka terlahir dengan disabilitas dan tidak mampu melakukan banyak hal. Ini adalah hal yang salah dan perlu diluruskan!

World Down Syndrome Day atau Hari Sindrom Down Sedunia (WDSD) merupakan hari kesadaran global yang diperingati setiap tanggal 21 Maret sejak tahun 2012. Hari ke-21 bulan ke-3 dipilih untuk menandakan keunikan rangkap tiga (trisomi) kromosom ke-21 penyebab sindrom Down.

Tanggal WDSD adalah hari ke-21 bulan ke-3, dipilih untuk menandakan keunikan rangkap tiga (trisomi) kromosom ke-21 yang menyebabkan sindrom Down.

Tema WDSD tahun 2024 adalah "End The Stereotypes". 

Sindrom Down adalah suatu kondisi genetik ketika seseorang dilahirkan dengan kelebihan kromosom. Kebanyakan orang memiliki 23 pasang kromosom dalam setiap sel di tubuhnya, totalnya ada 46. Seseorang dengan sindrom Down memiliki salinan ekstra kromosom 21, yang berarti sel mereka mengandung total 47 kromosom, bukan 46. Kondisi ini mengubah cara otak dan tubuh mereka berkembang.

Karena kurangnya pengetahuan, banyak orang yang memandang sebelah mata anak-anak dengan sindrom Down. Banyak yang menganggap mereka terlahir dengan disabilitas dan tidak mampu melakukan banyak hal. Ini adalah hal yang salah dan perlu diluruskan!

Berikut ini mitos dan fakta seputar anak dengan sindrom Down yang perlu kamu pahami bersama.

1. Mitos: Sindrom Down adalah penyakit menular

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi orang dengan Down syndrome (freepik.com/freepik)

Itu cuma mitos! Faktanya, sindrom Down bukan penyakit, melainkan sebuah kondisi atau sindrom, dan ini bukan penyakit menular.

Dilansir National Health Service, seseorang biasanya mendapatkan kromosom tambahan secara kebetulan, karena adanya perubahan pada sperma atau sel telur sebelum seseorang dilahirkan. 

Perubahan ini tidak terjadi karena apa pun yang dilakukan seseorang sebelum atau selama kehamilan.

2. Mitos: Anak dengan sindrom Down terlahir dari usia ibu yang lebih tua

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi ibu hamil sedang mempersiapkan persalinan (pexels.com/Amina Filkins)

Diterangkan oleh Healthdirect, meskipun kemungkinan memiliki anak dengan sindrom Down meningkat seiring bertambahnya usia ibu, tetapi 4 dari 5 bayi dengan sindrom Down lahir dari ibu yang berusia di bawah 35 tahun.

Hal ini karena perempuan pada kelompok usia ini memiliki lebih banyak bayi.

3. Mitos: Anak dengan sindrom Down tidak bisa membaca dan menulis

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan sindrom Down (freepik.com/freepik)

Lagi-lagi, ini adalah anggapan yang tak berdasar! 

Mengutip dari laman Kids Health, sindrom Down dapat memengaruhi kemampuan belajar dengan berbagai cara, tetapi biasanya menyebabkan gangguan intelektual ringan hingga sedang.

Anak-anak dengan sindrom Down mengalami keterlambatan dalam berbicara dan keterampilan motorik, dan mungkin memerlukan bantuan perawatan diri, seperti berpakaian dan dandanan.

Siswa dengan sindrom Down bisa memiliki berbagai kemampuan. Mereka bisa belajar dan mengembangkan keterampilan baru sepanjang hidup mereka, tetapi mencapai tujuan dengan kecepatan yang berbeda.

Pengajar harus fokus pada individu dan belajar langsung berdasarkan kemampuan dan kebutuhan khususnya.

4. Mitos: Semua anak dengan sindrom Down hanya diterima di sekolah khusus

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak sekolah (pexels.com/CDC)

Anak-anak dengan sindrom Down tidak hanya disarankan untuk bersekolah di sekolah umum, tetapi mereka juga punya hak untuk mendapatkan pendidikan yang sesuai, yang memenuhi kebutuhan unik mereka, dan mempersiapkan mereka untuk pendidikan lebih lanjut, pekerjaan, dan kehidupan mandiri.

Penelitian menunjukkan bahwa memasukkan siswa dengan disabilitas ke dalam kelas akan meningkatkan kemajuan akademik siswa non disabilitas (PLOS One, 2022).

Baca Juga: Mengapa Orang dengan Down Syndrome Memiliki Wajah yang Sama?

5. Mitos: Anak dengan sindrom Down selalu merasa bahagia

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan Down syndrome atau sindrom Down (freepik.com/prostooleh)

Banyak yang beranggapan bahwa anak dengan sindrom Down selalu merasa bahagia. Namun, faktanya mereka juga punya rentang perasaan dan suasana hati yang sama seperti manusia pada umumnya.

Menurut National Down Syndrome Society, setidaknya setengah dari semua anak dan orang dewasa dengan sindrom Down menghadapi masalah kesehatan mental selama rentang hidupnya. Anak-anak dan orang dewasa dengan berbagai masalah medis mengalami tingkat masalah kesehatan mental yang lebih tinggi.

Masalah kesehatan mental yang paling umum meliputi:

  • Gangguan kecemasan umum, perilaku berulang dan obsesif-kompulsif.
  • Perilaku oposisi, impulsif, dan lalai.
  • Kesulitan terkait tidur.
  • Depresi.
  • Kondisi spektrum autisme.
  • Masalah neuropsikologis yang ditandai dengan hilangnya keterampilan kognitif secara progresif.

Pola gangguan kesehatan mental pada sindrom Down berbeda-beda, tergantung usia dan karakteristik perkembangan anak maupun orang dewasa.

6. Mitos: Anak dengan sindrom Down nantinya tidak bisa memiliki pekerjaan

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan Down syndrome (freepik.com/freepik)

Pendidikan khusus yang mereka peroleh menjadikan bekal mereka untuk melanjutkan hidup, termasuk kemampuan untuk bekerja. Mereka mampu, kok, bekerja, hanya saja kurangnya lapangan kerja menjadikan mereka terhambat untuk mendapatkan pekerjaan. 

7. Mitos: Anak dengan sindrom Down tidak bisa merasakan nyeri

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan sindrom Down (pexels.com/Antoni Shkraba)

Individu dengan sindrom Down mengalami penurunan dan penundaan respons nyeri. Mereka bukannya tidak peka terhadap rasa sakit, tetapi ekspresi mereka tertunda dan kurang tepat, dikutip dari laman Advocate Health Care.

Sulit untuk mengatakan apakah ada penurunan kemampuan untuk merasakan nyeri, melokalisasi nyeri, atau apakah reaksi terhadap nyeri tertunda.

Mungkin ada juga faktor gangguan komunikasi. Orang tua dan pengasuh harus bersikap tegas terhadap komunitas medis dan mendesak agar orang dengan sindrom Down diberikan jenis prosedur pengendalian nyeri yang sama seperti orang pada umumnya, bahkan tanpa adanya tanda-tanda nyeri yang jelas.

8. Mitos: Semua anak dengan sindrom Down memiliki wajah dan perawakan yang sama

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan Down syndrome (pexels.com/Kampus Production)

Banyak, namun tidak semua, orang dengan sindrom Down memiliki ciri-ciri yang sama, menurut Global Down Syndrome Foundation.

Misalnya, banyak namun tidak semua orang dengan sindrom Down memiliki mata berbentuk almon dan bertubuh pendek. Namun, seperti orang pada umumnya yang memiliki ciri-ciri serupa, mereka lebih terlihat seperti keluarga dibandingkan satu sama lain.

9. Mitos: Anak dengan sindrom Down tidak memiliki ingatan

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan sindrom Down (unsplash.com/Pavol Štugel)

Faktanya, seperti individu pada umumnya, anak dengan sindrom Down juga memiliki ingatan. Hanya saja, tingkat atau variasinya berbeda pada setiap anak. 

10. Mitos: Anak dengan Down syndrome selalu sakit

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi Down syndrome (pexels.com/RDNE Stock project)

Faktanya, orang dengan sindrom Down mempunyai peningkatan risiko terhadap kondisi medis tertentu seperti kelainan jantung bawaan, gangguan pernapasan, pendengaran, dan kondisi tiroid.

Akan tetapi, kemajuan dalam layanan kesehatan dan pengobatan kondisi ini telah memungkinkan sebagian besar individu dengan sindrom Down menjalani hidup sehat.

11. Mitos: Anak dengan sindrom Down tidak bisa berjalan, bermain, atau berolahraga

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan Down syndrome (pexels.com/Nicola Barts)

Ketidakmampuan berjalan bukanlah ciri-ciri sindrom Down. Namun, mendapatkan terapi fisik sejak dini untuk memastikan cara berjalan yang benar adalah penting dan akan membangun landasan bagi bakat olahraga.

Individu dengan sindrom Down memiliki beragam kemampuan atletik dan tingkat ketangkasan, sama seperti orang pada umumnya.

Di seluruh dunia, terdapat tim olahraga dan kompetisi yang mengikutsertakan orang dengan sindrom Down.

12. Mitos: Semua orang dengan sindrom Down kelebihan berat badan

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak kelebihan berat badan (freepik.com/andreas)

Tidak semua orang dengan sindrom Down mengalami kelebihan berat badan. Namun, ada hubungan antara sindrom Down dan obesitas, meskipun tingkat obesitas sebenarnya dibandingkan dengan populasi pada umumnya memerlukan penelitian lebih lanjut.

Menurut sebuah penelitian terhadap 247 orang dengan sindrom Down, perempuan dan laki-laki dengan sindrom Down cenderung mengalami kelebihan berat badan atau obesitas dibandingkan dengan populasi pada umumnya (Journal of Intellectual Disability Research, 2004).

Tiroid dan tingkat metabolisme yang lebih rendah berkontribusi terhadap kelebihan berat badan pada orang dengan sindrom Down. Tingkat metabolisme yang lebih rendah ini berarti bahwa anak-anak dengan sindrom Down membakar lebih sedikit kalori secara keseluruhan dibandingkan dengan anak-anak pada umumnya dan perlu berolahraga lebih banyak untuk membakar jumlah kalori yang sama.

Penting bagi setiap orang untuk menerapkan pola makan sehat dan seimbang dan berolahraga.

13. Mitos: Orang dengan sindrom Down akan meninggal pada usia muda

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi anak dengan Down syndrome (freepik.com/pikisuperstar)

Faktanya, harapan hidup rata-rata orang dengan sindrom Down hampir 60 tahun (European Journal of Public Health, 2006). Beberapa tercatat pernah hidup hingga usia 80-an.

Memang benar bahwa orang-orang dengan sindrom Down rata-rata tidak hidup selama orang-orang pada umumnya. Sebagai contoh, sayangnya, harapan hidup rata-rata orang Afrika-Amerika di Amerika Serikat dengan sindrom Down hanya 35 tahun.

14. Mitos: Seorang anak dengan sindrom Down berdampak negatif pada saudara kandungnya

14 Mitos dan Fakta seputar Anak dengan Sindrom Downilustrasi orang dengan Down syndrome (freepik.com/freepik)

Tidak ada penelitian yang mendukung klaim bahwa anak dengan sindrom Down akan berdampak negatif pada saudara kandungnya.

Faktanya, beberapa ahli kesehatan mental menekankan keuntungan psikologis dari anak dengan sindrom Down yang dirawat dalam lingkungan keluarga. Mereka telah mendokumentasikan saudara kandung yang memiliki peningkatan toleransi, kasih sayang, dan kesadaran, berbeda dengan saudara kandung pada umumnya, dilansir Global Down Syndrome Foundation.

Baca Juga: Ciri-ciri Hamil Bayi Down Syndrome, Terlihat saat USG

Sherly Naswa S Photo Verified Writer Sherly Naswa S

Instagram: @sherlynsabi

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia R F

Berita Terkini Lainnya