5 Fakta Voyeurisme, Kepuasan Seksual yang Diraih lewat Mengintip Orang

Termasuk dalam kelompok parafilia

Penyimpangan seksual, atau dikenal dengan parafilia, adalah suatu ketertarikan seksual abnormal yang intens dan terus-menerus. Salah satu jenisnya adalah voyeurisme, yakni kepuasan seksual yang didapat lewat mengintip orang.

Tentu kamu sudah sering baca berita tentang kasus pengintipan, baik lewat CCTV atau lewat kamera tersembunyi. Namun, apakah itu termasuk voyeurisme? Untuk lebih jelasnya, kenali fakta-fakta tentang jenis penyimpangan seksual tersebut di bawah ini.

1. Pengertian voyeurisme

5 Fakta Voyeurisme, Kepuasan Seksual yang Diraih lewat Mengintip Orangunsplash.com/Quentin Lagache

Bersumber dari buku Practical Guide to Paraphilia and Paraphilic Disorders, voyeurisme atau skopofilia didefinisikan sebagai suatu ketertarikan untuk mengamati seseorang yang tidak merasa sedang diawasi, terutama saat mereka membuka pakaian, telanjang, ataupun saat melakukan aktivitas seksual.

Ketika sedang mengintip korbannya, tak jarang seorang voyeur atau pelaku akan melakukan masturbasi dan mencapai orgasme. Namun, mereka tidak tertarik untuk melakukan kontak seksual dengan korbannya tersebut.

Berbeda dengan menonton film porno pada umumnya, pelaku voyeurisme akan terangsang jika orang yang dia amati tidak menyadari bahwa dirinya tengah diintip.

2. Kapan seseorang dikatakan punya kecenderungan voyeurisme?

5 Fakta Voyeurisme, Kepuasan Seksual yang Diraih lewat Mengintip Orangpixabay.com/Varun Kulkarni

Menurut buku panduan DSM-5 (Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disorders, 5th Edition: DSM-5) yang dikeluarkan oleh American Psychiatric Association, kriteria diagnostik voyeurisme adalah:

  • Telah dilakukan setidaknya selama 6 bulan. Orang tersebut mengalami gairah seksual yang terus-menerus dan intens dengan cara mengamati seseorang dengan sengaja tanpa orang tersebut menyadarinya, khususnya saat orang seseorang tersebut telanjang, membuka pakaian, ataupun berhubungan seksual.
  • Telah bertindak berdasarkan dorongan seksual terhadap orang yang tidak setuju, ataupun dorongan dan fantasi yang menyebabkan gangguan signifikan secara klinis dalam bidang fungsi sosial, pekerjaan, ataupun bidang penting lainnya.
  • Setidaknya telah berusia 18 tahun.

Baca Juga: Duh, 7 Gangguan Seksualitas Ini Bakal Membuatmu Mengernyitkan Mata

3. Memiliki berbagai faktor risiko, salah satunya adalah child abuse

5 Fakta Voyeurisme, Kepuasan Seksual yang Diraih lewat Mengintip Orangunsplash.com/Kat J

Ternyata, ada beberapa faktor risiko yang dapat menyebabkan terjadinya voyeurisme. Menurut sebuah laporan berjudul "A Hidden Aspect of Physical Child Abuse: A Case of Voyeurism" dalam Journal of Forensic Psychology Research and Practice tahun 2019, child abuse dapat menjadi salah satu risiko terjadinya voyeurisme.

Hal tersebut dapat berupa perlakuan buruk pada anak baik fisik maupun emosional, pelecehan seksual, penelantaran, eksploitasi komersial, dan sebagainya.

Selain itu, hiperseksual dan penyalahgunaan obat-obatan juga dapat menjadi faktor risiko perkembangan voyeurisme.

4. Lebih sering terjadi pada laki-laki

5 Fakta Voyeurisme, Kepuasan Seksual yang Diraih lewat Mengintip Orangunsplash.com/Ali Tareq

Melansir laman Southwest Alabama Behavioral Health Care Systems, voyeurisme lebih sering terjadi pada laki-laki. Walaupun begitu, bukan berarti perempuan tidak dapat mengalami jenis parafilia ini. Diperkirakan bahwa kemungkinan voyeurisme terjadi pada laki-laki adalah sebanyak 12 persen, sedangkan pada perempuan sekitar 4 persen.

5. Bisakah diobati?

5 Fakta Voyeurisme, Kepuasan Seksual yang Diraih lewat Mengintip Orangunsplash.com/Toa Heftiba

Voyeurisme bisa disembuhkan lewat berbagai jenis terapi. Menurut keterangan di laman Thriveworks Counseling, agar terapi berhasil, maka seorang voyeur harus memiliki keinginan kuat untuk mengubah perilakunya terlebih dulu.

Terapi yang selama ini telah terbukti dapat diberikan pada voyeurisme adalah terapi perilaku, terapi kognitif, dan psikoanalisis.

Terapi perilaku dilakukan dengan cara meminta pasien untuk belajar mengontrol dorongan agar berhenti mengintip korban, serta menemukan cara lain yang lebih dapat diterima untuk mendapatkan kepuasan seksualnya.

Sementara itu, terapi kognitif dilakukan tanpa menganalisis mengapa dan bagaimana voyeurisme dapat terjadi, tetapi terapi ini tetap akan berusaha mengubah perilaku seorang voyeur. Meskipun tidak dapat mengubah preferensi seksual, terapi ini dapat menekan perilaku yang tidak diinginkan nantinya.

Terakhir adalah psikoanalisis bertujuan untuk menentukan pengalaman bawah sadar traumatis yang memicu voyeurisme pada pasien. Mengetahui pengalaman bawah sadar ini akan membuat pasien dapat menyelesaikan traumanya secara rasional dan emosional.

Bergabung dalam sebuah support group juga mungkin akan disarankan oleh ahli kejiwaan yang menangani pasien. Pasalnya, terhubung dengan orang lain dengan masalah serupa akan membuat mereka tidak merasa dihakimi untuk berbicara hal-hal seputar masalah atau kelainan seksual yang dimilikinya.

Itulah fakta seputar voyeurisme, yakni ketertarikan seksual abnormal yang intens dan terus-menerus, cuma bisa mendapatkan kepuasan seksual lewat mengintip orang. Semoga bermanfaat.

Baca Juga: 7 Fantasi Seksual Paling Umum yang Mungkin Sering Dibayangkan

Adena Riskivia Trinanda Photo Verified Writer Adena Riskivia Trinanda

Anak koas yang suka menulis

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya