Cairan Sperma Sedikit saat Ejakulasi? Waspadai Ejakulasi Retrograde

Duh! Perlukah kondisi ini dikhawatirkan?

Jumlah air mani (cairan pelindung dan makanan bagi sperma) sangat sedikit atau tidak keluar sama sekali setelah mencapai orgasme (orgasme kering)? Waspada, bisa jadi itu sinyal adanya masalah ejakulasi retrograde (retrograde ejaculation) atau ejakulasi terbalik.

Masalah ejakulasi sering menimbulkan ketidaknyamanan, terlebih lagi jika berkaitan dengan hubungan dengan pasangan. Tak hanya itu, masalah ini juga bisa menjadi indikasi kondisi medis yang mendasarinya.

Meskipun ejakulasi retrograde tidak berbahaya, tetapi kalau dibiarkan mungkin bisa menyebabkan masalah kesuburan. Yuk, mengenali kondisi ini lebih lanjut. Baca ulasan lengkapnya berikut ini!

1. Bukannya keluar lewat ujung penis, ejakulasi retrograde menyebabkan sperma masuk ke dalam kandung kemih

Cairan Sperma Sedikit saat Ejakulasi? Waspadai Ejakulasi Retrogradeunsplash.com/Scott Sanker

Normalnya, saat laki-laki mengalami ejakulasi, sperma akan keluar dari penis melalui uretra. Sementara, otot yang dikenal dengan sfingter kandung kemih akan menutupi kandung kemih dengan tujuan mencegah sperma memasukinya.

Namun, berbeda dengan kasus ejakulasi retrograde, di mana sfingter kandung kemih tidak dapat bekerja secara optimal, sehingga menyebabkan sperma malah masuk ke dalam kandung kemih.

Ejakulasi retrograde dapat menyebabkan infertilitas atau kemandulan pada beberapa pria. Hal ini bisa terjadi ketika produksi sperma sedikit atau tidak ada sperma yang membuahi sel telur secara sempurna.

Dalam kajian yang dimuat dalam jurnal “Translational Andrology and Urology” tahun 2016, disebutkan bahwa ejakulasi retrograde dapat menyebabkan infertilitas atau ketidaksuburan dengan perkiraan 0,3-2 persen.

2. Gejala ejakulasi retrograde salah satunya air mani yang jumlahnya sedikit sekali saat orgasme

Cairan Sperma Sedikit saat Ejakulasi? Waspadai Ejakulasi Retrogradepexels.com/Dainis Graveris

Ejakulasi retrograde biasanya tidak menyakitkan, prevalensinya pun terbilang kecil. Studi dalam “Ginecología y Obstetricia de México (Ginecolog Obstet Mex)” tahun 2011 memperkirakan prevalensi ejakulasi retrograde sebanyak 3,2 persen dari 2.587 pasien yang mengalami infertilitas.

Sementara itu, perkiraan prevalensi ejakulasi retrograde pada penderita hipospermia (volume cairan sperma kurang dari 1 sendok teh) adalah 40,5 persen.

Umumnya, gejala ejakulasi retrograde ditunjukkan dengan sangat sedikit atau bahkan tidak adanya air mani yang keluar saat laki-laki mencapai klimaks.

Selain itu, beberapa laki-laki yang mengalami kondisi ini juga melaporkan urine menjadi keruh setelah ejakulasi. Hal ini kemungkinan besar dikarenakan sperma bercampur dengan urine.

Gejala lainnya yang juga bisa timbul adalah infertilitas.

Baca Juga: Hematospermia, Fenomena Sperma Berdarah yang Bikin Pria Cemas

3. Apa penyebabnya?

Cairan Sperma Sedikit saat Ejakulasi? Waspadai Ejakulasi Retrogradeunsplash.com/Dainis Graveris

Menurut National Health Service, prosedur bedah seperti operasi prostat dan operasi kandung kemih menjadi penyebab paling umum seorang laki-laki mengembangkan ejakulasi retrograde. Pasalnya, prosedur medis tersebut dapat merusak otot dan saraf kandung kemih.

Hal tersebut diperjelas dalam sebuah artikel yang diterbitkan di laman Harvard Health Publishing tahun 2018, yang memaparkan bahwa sekitar 10-15 persen laki-laki bisa mengalami ejakulasi retrograde karena operasi prostat.

Kondisi medis yang turut menjadi penyebab ejakulasi retrograde di antara adalah:

  • Diabetes: gula darah yang tidak terkontrol dalam waktu yang lama bisa merusak organ dan saraf, termasuk memengaruhi kinerja otot kandung kemih.
  • Kerusakan sistem saraf: penyakit dan cedera yang merusak saraf seperti multiple sclerosis, penyakit Parkinson, dan cedera tulang belakang dapat merusak saraf dan otot kandung kemih.
  • Prosedur pembedahan: operasi pada usus besar, testis, prostat, rektum, kandung kemih, atau tulang belakang bagian bawah dapat menyebabkan ejakulasi retrograde.
  • Konsumsi obat-obatan tertentu seperti antidepresan dan antipsikotik.

4. Diagnosis ejakulasi retrograde

Cairan Sperma Sedikit saat Ejakulasi? Waspadai Ejakulasi Retrogradeunsplash.com/Austin Distel

Dalam menegakkan diagnosis, dokter akan memeriksa riwayat medis lengkap, termasuk wawancara seputar gejala dan intensitas yang dialami pasien.

Tes fisik seperti pemeriksaan penis, rektum, dan testis juga akan dilakukan. 

Selain itu, dokter juga dapat melakukan pemeriksaan laboratorium terkait cairan sperma yang ditemukan di urine pasien. Bila dokter tidak menemukan kandungan sperma dalam urine, kemungkinan masalahnya bukan ejakulasi retrograde, tetapi lebih ke produksi sperma.

Jika memungkinkan, dokter dapat memberikan rujukan ke spesialis atau melakukan tes lebih lanjut untuk mengetahui detail penyebabnya.

5. Langkah pengobatan dan perawatan ejakulasi retrograde

Cairan Sperma Sedikit saat Ejakulasi? Waspadai Ejakulasi Retrogradeunsplash.com/Ali Yahya

Dikarenakan ejakulasi retrograde bisa memengaruhi aktivitas seksual, kebanyakan laki-laki biasanya akan menempuh langkah pengobatan untuk mengatasi kondisi ini.

Dilansir Harvard Health Publishing, kemungkinan sembuh bagi pasien yang mengalami ejakulasi retrograde akibat kerusakan saraf parah sangat kecil.

Pada dasarnya, pengobatan dan perawatan untuk ejakulasi retrograde tergantung pada penyebab yang mendasarinya. Misalnya, jika ejakulasi retrograde karena konsumsi obat-obatan, maka berhenti mengonsumsi obat tersebut dalam jangka waktu tertentu atau mengganti obat biasanya dapat membantu.

Dilansir dari berbagai sumber, obat untuk mengobati ejakulasi retrograde biasanya adalah imipramine, midodrine, brompheniramine, chlorpheniramine, phenylephrine, pseudoephedrine, atau ephedrine.

Meskipun dianggap efektif, tetapi harus diketahui bahwa obat-obatan tersebut bisa menyebabkan efek samping atau berinteraksi dengan obat lain. Maka dari itu, konsumsinya harus di bawah pengawasan dokter.

Dilansir Medical News Today, untuk meminimalkan infertilitas, pengobatan dengan jalur pembedahan untuk mengeluarkan sperma seperti aspirasi sperma testis (TESA), aspirasi sperma epididimis perkutan (PESA), dan ekstraksi sperma testis (TESE) mungkin akan direkomendasikan.

Selanjutnya, sperma yang telah dikeluarkan akan melewati tahap-tahap tertentu seperti fertilisasi in vitro (IVF) atau inseminasi intrauterin (IUI).

Walaupun ejakulasi retrograde tidak berbahaya dan tidak menyebabkan nyeri, tetapi komplikasi berupa infertilitas atau kemandulan bisa terjadi. Kondisi ini bahkan bisa mengancam hubungan dengan pasangan, khususnya bila ingin mendapat keturunan.

Bila kamu mengalami tanda dan gejala ejakulasi retrograde, sebaiknya segera konsultasi dengan dokter agar bisa segera diketahui penyebabnya dan ditangani dengan tepat.

Baca Juga: 7 Hal Ini Terbukti Dapat Menurunkan Kualitas Sperma, Segera Hindari ya

Indriyani Photo Verified Writer Indriyani

Full-time learner, part-time writer and reader. (Insta @ani412_)

IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya