Hematospermia, Fenomena Sperma Berdarah yang Bikin Pria Cemas
Follow IDN Times untuk mendapatkan informasi terkini. Klik untuk follow WhatsApp Channel & Google News
Hematospermia didefinisikan sebagai kondisi adanya darah dalam sperma ketika ejakulasi. Kondisi ini tentunya sering bikin cemas setiap pria yang mengalaminya.
Sebetulnya hematospermia jarang terjadi dan biasanya tidak menunjukkan kondisi medis serius. Bagi pria berusia di bawah 40 tahun tanpa faktor risiko dan tanpa gejala terkait yang mendasari, hematospermia umumnya akan sembuh dengan sendirinya.
Namun, perlu diwaspadai jika hematospermia terjadi pada usia di atas 40 tahun. Karena, itu bisa jadi indikasi masalah medis tertentu, terlebih jika gejalanya persisten atau berulang, dan tes diagnostik menunjukkan penyebab yang mendasarinya.
Dilansir dari laman Cleveland Clinic, hematospermia bisa dialami segala usia, tapi lebih sering terjadi pada pria berusia 30-40 tahun. Yuk kenali berbagai fakta tentang kondisi medis ini!
1. Gejala yang dikaitkan dengan hematospermia
Hematospermia terkadang ditunjukkan dengan sensasi terbakar saat buang air kecil, nyeri di kandung kemih, dan adanya darah dalam urine atau hematuria. Selain itu, ejakulasi yang terasa menyakitkan juga bisa dirasakan.
Cairan seperti keputihan yang keluar dari penis atau tanda-tanda penyakit menular seksual merupakan gejala lain yang bisa muncul, jika penyebabnya adalah infeksi.
Tekanan darah tinggi, demam, dan detak jantung berdegup lebih cepat juga dapat dikaitkan dengan kondisi hematospermia.
2. Beberapa kemungkinan penyebab hematospermia
Dalam beberapa kasus, penyebab hematospermia, terutama pada laki-laki berusia 40 tahun atau lebih muda, belum dapat ditentukan secara pasti dan sebagian besar kasus tidak menunjukkan masalah serius.
Dilansir dari Healthline beberapa kemungkinan berikut ini diduga dapat menjadi penyebabnya:
- Peradangan, khususnya pada vesikula seminalis, merupakan penyebab umum pertama dari kondisi hematospermia. Sementara itu, peradangan pada kelenjar, tabung, saluran, atau organ pada alat kelamin laki-laki juga bisa menyebabkan hematospermia seperti masalah medis prostatitis (radang prostat), uretritis (radang saluran uretra), dan epididimitis (radang epididimis). Peradangan juga dapat disebabkan karena iritasi dari batu yang ada di prostat, kandung kemih, atau vesikula seminalis.
- Infeksi pada kelenjar, tabung, saluran, atau organ di alat kelamin laki-laki diduga berkontribusi pada terjadinya hematospermia. Infeksi yang disebabkan oleh bakteri, jamur, atau virus tertentu termasuk penyakit menular seksual gonore, herpes, dan klamidia dapat menjadi penyebabnya.
- Penyebab lainnya yaitu adanya penyumbatan saluran ejakulasi, tumor di area alat kelamin, kelainan pembuluh darah pada alat kelamin, prosedur medis seperti vasektomi, faktor lain seperti hipertensi, hemofilia, leukemia, dan penyakit hati kronis, serta trauma fisik yang memengaruhi alat kelamin.
Dilansir dari jurnal medis "Deutsches Ärzteblatt International" tahun 2017, disebutkan bahwa penyebab umum hematospermia adalah trauma iatrogenik (disebabkan secara tidak sengaja oleh praktisi kesehatan pada saat perawatan medis atau prosedur diagnosis). Khususnya pada biopsi prostat USG transkretal untuk diagnosis kanker prostat.
Infeksi urogenitalia dikatakan merupakan penyebab umum kedua. Perubahan patologis pada prostat juga harus dipertimbangkan bersama dengan penyebab sistemik, misalnya hipertensi arteri atau berbagai kelainan hematologis.
Baca Juga: Kamu Harus Tahu, 5 Jenis Makanan yang Dapat Menurunkan Kualitas Sperma
Editor’s picks
3. Dokter akan mengevaluasi riwayat medis lengkap pasien untuk diagnosis
Untuk diagnosis hematospermia, dokter biasanya akan mengawalinya dengan rekap riwayat medis lengkap pasien, termasuk riwayat aktivitas seksual.
Selain itu, pemeriksaan fisik juga dilakukan untuk mengetahui apakah ada pembengkakan atau benjolan di alat kelamin. Bisa juga dilakukan pemeriksaan dubur untuk tahu apakah ada pembengkakan, nyeri tekan, dan kondisi lainnya.
Tes pendukung juga bisa dilakukan, seperti urinalisis atau kultur urine untuk mengidentifikasi infeksi atau kelainan lainnya.
Tes urologis seperti CT scan, MRI, sistoskopi, dan ultrasonografi, tes PSA dengan pengukuran suatu zat yang disebut antigen spesifik prostat dalam darah, serta tes penyakit menular seksual juga bisa dilakukan.
4. Perawatan hematospermia didasarkan pada penyebabnya
Pada laki-laki dengan usia 40 tahun atau lebih muda, hematospermia yang terjadi tanpa gejala atau riwayat kondisi medis tertentu umumnya dapat hilang dengan sendirinya. Namun, jika periode sperma berdarah terjadi bersamaan dengan gejala ejakulasi yang terasa menyakitkan, dokter mungkin memberi rujukan ke ahli urologi.
Jika dokter mencurigai adanya indikasi kanker prostat atau kanker lain, dokter dapat meminta pasien untuk melakukan prosedur medis sebagai evaluasi jaringan kanker, seperti biopsi prostat.
Sementara itu, antibiotik dapat diberikan bagi penderita hematospermia yang diduga penyebabnya berasal dari infeksi, beserta obat antiinflamasi dan obat-obatan untuk mengobati kondisi medis lain.
5. Alternatif perawatan di rumah
Jika kasus sperma berdarah terjadi akibat trauma, istirahat cukup bisa membantu mengatasinya.
Bila terjadi pembengkakan di area pangkal paha, kompres dingin dengan es selama 10-20 menit juga bisa dilakukan.
Meski demikian, walaupun sebagian besar kasus hematospermia atau sperma berdarah akan sembuh dengan sendirinya, tapi konsultasi dokter adalah langkah bijak, khususnya bila kondisi tersebut terus berulang atau memburuk.
Baca Juga: 7 Hal Ini Terbukti Dapat Menurunkan Kualitas Sperma, Segera Hindari ya
IDN Times Community adalah media yang menyediakan platform untuk menulis. Semua karya tulis yang dibuat adalah sepenuhnya tanggung jawab dari penulis.