Benarkah Bersepeda bisa Memengaruhi Kualitas Sperma?

Menurut penelitian, ini jawabannya!

Bersepeda masih menjadi hobi yang diminati masyarakat, bahkan popularitasnya makin melejit akhir-akhir ini. Apalagi ketika akhir pekan, jalanan (khususnya di tengah kota) dipenuhi oleh rombongan pesepeda. Jenisnya beragam, mulai dari sepeda lipat, fixie, road bike, sepeda gunung, hingga sepeda keranjang (city bike).

Akan tetapi, para lelaki perlu waspada. Pasalnya, bersepeda dikaitkan dengan kualitas sperma yang buruk. Benarkah demikian?

1. Dikaitkan dengan jumlah sperma yang rendah dan motilitas yang buruk

Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal Fertility and Sterility, bersepeda selama 5 jam atau lebih dalam seminggu dikaitkan dengan jumlah sperma yang rendah dan motilitas sperma yang buruk pada laki-laki. Motilitas adalah kemampuan sperma untuk bergerak secara efisien di dalam sistem reproduksi perempuan.

Para peneliti melakukan survei terhadap 2.200 laki-laki yang mendatangi klinik kesuburan di wilayah Boston, Amerika Serikat (AS), antara tahun 1993-2003. Kuesioner tersebut mencari tahu kondisi kesehatan umum, riwayat medis, serta jenis dan tingkat latihan mereka. Selain itu, mereka juga diminta menyediakan sampel air mani.

2. Penyebabnya diduga karena peningkatan suhu di skrotum saat bersepeda

Benarkah Bersepeda bisa Memengaruhi Kualitas Sperma?ilustrasi bersepeda (pexels.com/Pixabay)

Kualitas air mani mungkin dipengaruhi oleh peningkatan suhu di skrotum atau trauma saat bersepeda. Menurut penelitian yang dipublikasikan dalam jurnal Reproductive Toxicology tahun 2002, konsentrasi sperma turun 40 persen per 1 derajat Celsius kenaikan suhu skrotum.

Sementara itu, menurut studi yang diterbitkan dalam International Journal of Andrology tahun 2008, setelah bersepeda di dalam ruangan selama 60 menit dengan kecepatan 25,45 kilometer per jam, suhu skrotum meningkat dari 35,75 derajat Celsius menjadi 35,82 derajat Celsius.

Selain itu, para pesepeda banyak yang memakai pakaian ketat. Padahal, menurut riset yang dimuat dalam jurnal Human Reproduction tahun 2005, pakaian dalam yang ketat dikaitkan dengan suhu skrotum yang jauh lebih tinggi daripada pakaian dalam yang longgar.

3. Laki-laki yang bersepeda memiliki jumlah sperma lebih rendah daripada mereka yang tidak berolahraga sama sekali

Mengutip studi yang pertama disebutkan, ditemukan bahwa laki-laki yang bersepeda 5 jam dalam seminggu atau lebih memiliki jumlah sperma yang lebih rendah daripada laki-laki yang tidak berolahraga sama sekali.

Di sisi lain, pesepeda kompetitif atau atlet sepeda dikaitkan dengan kualitas air mani yang buruk, serta masalah kemih dan genital. Statement ini diucapkan oleh Lauren Wise dari Boston University, AS, yang memimpin studi.

Menurutnya, bersepeda dikaitkan dengan masalah genitourinari seperti sindrom jebakan saraf (dialami 50-91 persen pesepeda) hingga disfungsi ereksi (terjadi pada 13-24 persen pesepeda).

Baca Juga: 7 Manfaat Kesehatan Berolahraga dengan Sepeda Statis

4. Sadel mungkin menekan testis dan mengurangi aliran darah

Benarkah Bersepeda bisa Memengaruhi Kualitas Sperma?ilustrasi sadel sepeda (pexels.com/Dó Castle)

Seperti yang sudah dijelaskan sebelumnya, sindrom jebakan saraf terjadi pada 50–91 persen pesepeda, yang membuat mereka mengalami mati rasa pada alat kelamin. Salah satu jenisnya adalah jebakan saraf pudendal.

Kondisi ini disebabkan oleh tekanan atau kompresi pada perineum (daerah antara skrotum dan anus) akibat duduk di sadel sepeda. Ini bisa menyebabkan disfungsi ereksi dan rasa sakit selama hubungan seksual.

Jika testis mengalami tekanan saat bersepeda, ini bisa mengurangi aliran darah dan berpotensi merusak sperma. Bahkan, mungkin mengarah pada ketidaksuburan atau infertilitas.

5. Kelainan skrotum mungkin terjadi pada laki-laki yang bersepeda dengan intensitas tinggi

Berdasarkan studi yang diterbitkan dalam jurnal Radiology tahun 2001, dari 85 laki-laki sehat yang rutin bersepeda gunung setidaknya dua jam per hari selama enam hari dalam seminggu, 94 persen di antaranya mengalami kelainan skrotum.

Dari keseluruhan kasus, 81 persen adalah kalkuli skrotum (endapan keras yang bisa dipindahkan di lapisan sekitar testis), 32 persen adalah kalsifikasi testis (yang mungkin terkait dengan infertilitas), dan 11 persen adalah varikokel (pembengkakan pada pembuluh darah vena dalam skrotum).

Penyebabnya adalah gesekan atau benturan pada sadel sepeda yang bisa menyebabkan trauma pada testis. Di sisi lain, pada subjek non-pesepeda (yang jumlahnya 31 orang), hanya 16 persen yang mengalami kelainan testis.

Nah, itulah penjelasan mengenai bersepeda serta kaitannya dengan reproduksi dan kesuburan laki-laki. Bukan berarti laki-laki tidak boleh bersepeda, tetapi disarankan intensitasnya tidak terlalu tinggi dan pakaian yang dikenakan longgar.

Baca Juga: 7 Cedera yang Paling Sering Dialami saat Bersepeda, Antisipasi ya!

Topik:

  • Nurulia
  • Bayu Aditya Suryanto

Berita Terkini Lainnya