Fakta Sensitivitas Penis, Kapan Ini Dianggap Tidak Normal?

Sensitivitas penis tidak selalu sama pada setiap laki-laki

Sensitivitas terhadap penis adalah normal. Namun, ada kalanya penis bisa menjadi terlalu sensitif dan ini bisa memengaruhi kehidupan seksual, bahkan dapat berdampak pada aktivitas sehari-hari yang tidak terkait dengan aktivitas seksual.

Bagi sebagian orang, sensitivitas bisa menyebabkan ejakulasi dini. Sementara bagi yang lain, sensitivitasnya bisa sangat tinggi sehingga sentuhan atau kontak apa pun terasa tidak nyaman.

Sensitivitas penis tidak selalu sama pada setiap laki-laki, dan bagian penis yang berbeda bisa memiliki tingkat kepekaan yang berbeda pula. Di sisi lain, penis mungkin juga menjadi kurang sensitif seiring bertambahnya usia.

Berikut ini akan dijelaskan informasi seputar sensitivitas penis, kemungkinan penyebabnya, dan kapan perlu menemui dokter.

1. Penyebab

Beberapa kemungkinan sensitivitas penis antara lain:

1. Fimosis dan parafimosis

Menurut StatPearls, fimosis adalah suatu kondisi yang terjadi ketika kulup tidak dapat ditarik kembali dari sekitar ujung penis sepenuhnya. Ini bisa membuat penis menjadi sangat sensitif dan nyeri karena gesekan ekstra.

Sementara itu, parafimosis adalah kondisi saat seseorang menarik kulup ke belakang kepala penis lalu tidak bisa kembali ke posisi semula. Ini bisa menyebabkan rasa sakit dan bengkak.

Penyebab umum dari kulup yang kencang dapat mencakup peradangan, trauma, atau infeksi.

2. Balanitis

Balanitis adalah peradangan pada kepala penis. Kondisi ini relatif umum, diperkirakan memengaruhi sekitar 3–11 persen laki-laki selama hidup mereka dan biasanya tidak berbahaya. Namun, tetap penting untuk mendapatkan diagnosis dari dokter.

Penyebab umum balanitis bisa meliputi infeksi, kondisi kulit, atau iritasi.

3. Infeksi saluran kemih

Infeksi saluran kemih (ISK) juga bisa menyebabkan rasa sakit atau sensitivitas pada penis. Nyeri atau sensitivitas bisa lebih kuat saat buang air kecil atau ejakulasi karena inflamasi pada uretra. StatPearls melansir, ISK biasanya lebih sering terjadi pada laki-laki yang tidak disunat.

Beberapa studi mencatat bahwa pada laki-laki inflamasi pada uretra juga bisa terjadi karena pembatasan aliran ke uretra, seperti dari prostat yang meradang. Ini perlu diagnosis dokter untuk memastikan akar penyebabnya.

4. Cedera

Cedera dan trauma pada penis juga dapat menyebabkan kepekaan. Ini mungkin termasuk cedera akibat seks atau masturbasi yang kasar, cedera olahraga, atau trauma lainnya.

Cedera dapat menyebabkan gejala lain, seperti peradangan, kemerahan, dan bengkak. Trauma langsung dapat menyebabkan memar, dan beberapa orang mungkin merasa sulit buang air kecil atau ereksi.

Dalam beberapa kasus, cedera dapat menyebabkan berkurangnya kepekaan pada penis atau sensasi kesemutan. Gejala dapat hilang saat cedera sembuh, meskipun gejala dapat bertahan lebih lama pada kasus yang parah.

2. Apakah sunat pengaruhi sensitivitas penis?

Fakta Sensitivitas Penis, Kapan Ini Dianggap Tidak Normal?ilustrasi alat kelamin pria (IDN Times/Mardya Shakti)

Mengenai pengaruh sunat terhadap sensitivitas penis, topik ini masih menjadi perdebatan dalam komunitas medis.

Kulup sangat sensitif. Ini membuat beberapa orang percaya bahwa laki-laki yang tidak disunat mungkin mengalami lebih banyak sensitivitas penis daripada yang telah disunat. Namun, menurut studi dalam The Journal of Urology tahun 2016, sunat memengaruhi sensitivitas penis.

Kalau kamu tidak disunat dan mengalami sensitivitas ekstrem pada penis, bicarakan dengan dokter apakah sunat bisa menjadi solusi. Diskusikan pro dan kontra tentang sunat di kemudian hari dengan dokter sebelum menjalaninya.

Baca Juga: 7 Jenis Penis Laki-laki Berdasarkan Bentuknya, Ternyata Berbeda-beda

3. Apa hubungan antara sensitivitas penis dan ejakulasi dini?

Sensitivitas penis adalah penyebab umum ejakulasi dini. Studi dalam jurnal Scientific Reports tahun 2017 menyebut bahwa ejakulasi dini adalah disfungsi seksual yang paling umum, yang memengaruhi sekitar 20–30 persen populasi laki-laki. Kamu mungkin mengalami ejakulasi dini apabila saat berhubungan seks penetrasi, kamu secara teratur mengalami ejakulasi kurang dari satu menit setelah penetrasi.

Sebuah penelitian dalam jurnal Nature tahun 2017 menemukan hubungan yang kuat antara ejakulasi dini yang memburuk dan hipersensitivitas penis yang lebih besar. Dalam studi tersebut, peneliti menggunakan alat biothesiometer untuk mengukur tingkat getaran yang diterapkan pada penis yang dapat ditoleransi oleh partisipan. Hasil penelitian menunjukkan bahwa laki-laki dengan ejakulasi dini menoleransi lebih sedikit getaran daripada laki-laki yang tidak memiliki kondisi ini.

Faktor penyebab ejakulasi dini

Ejakulasi dini tidak selalu disebabkan oleh hipersensitivitas pada penis. Faktor biologis dan fisiologis bisa berkontribusi.

Beberapa kontributor psikologis umum untuk ejakulasi dini mungkin termasuk:

  • Pernah mengalami pelecehan seksual.
  • Pengalaman seksual dini.
  • Depresi.
  • Kecemasan.
  • Citra tubuh yang buruk.
  • Perasaan bersalah yang terkait dengan aktivitas seksual atau hubungan dengan pasangan kamu.
  • Khawatir tentang ejakulasi dini.

Sementara itu, kondisi medis yang dapat mendasari ejakulasi dini antara lain:

  • Kadar hormon abnormal.
  • Kadar abnormal neurotransmiter, yang merupakan bahan kimia yang membawa sinyal antar sel-sel otak.
  • Inflamasi atau infeksi pada prostat atau uretra.

4. Kapan harus menemui dokter?

Fakta Sensitivitas Penis, Kapan Ini Dianggap Tidak Normal?ilustrasi konsultasi (pexels.com/Alex Green)

Kamu bisa menemui spesialis urologi kalau kepekaan penis memengaruhi kehidupan seksual atau sehari-hari. Juga, temui dokter kalau kamu mengalami ejakulasi dini. Kamu mungkin tidak perlu perawatan kalau ejakulasi dini cuma terjadi sesekali.

Beri tahu semua gejala yang dialami kepada dokter. Ini bisa membantu dokter membuat rencana perawatan yang sesuai situasi kamu.

Kamu juga bisa mempertimbangkan untuk menemui terapis seks atau seksolog berlisensi. Mereka bisa membantu memahami dan mengelola tantangan terkait seks. Terapis seks juga bisa membantu menemukan cara untuk mengelola gejala.

5. Perawatan

Perawatan untuk penis yang sensitif akan tergantung pada penyebabnya. 

  • Kalau disebabkan oleh infeksi, dokter dapat meresepkan antibiotik, antijamur, atau antiprotozoa untuk membersihkan infeksi. Selalu jaga kebersihan penis dengan membersihkannya secara teratur dengan air hangat, mengutip National Health Service.
  • Dalam kasus fimosis dan parafimosis, dokter dapat merekomendasikan krim steroid untuk membantu meregangkan kulup di luar kepala penis. Dalam beberapa kasus, dokter mungkin membuat sayatan yang dikenal sebagai dorsal slit untuk memperlebar kulup dan menghindari kepekaan dan rasa sakit.
  • Sensitivitas dari cedera akan memudar saat cedera sembuh, meskipun dalam beberapa kasus kamu mungkin perlu perawatan tambahan.
  • Menurut Urology Care Foundation, orang dengan ejakulasi dini dapat mengurangi sensitivitas pada penis dengan menggunakan semprotan, pelumas, atau salep desensitisasi. Ini dapat membantu menunda ejakulasi dan mengurangi sensitivitas pada penis. Efeknya bersifat sementara dan perawatan ini perlu dilakukan kembali.
  • Kalau kamu memiliki sensitivitas penis kronis, kamu bisa mempertimbangkan psikoterapi, misalnya terapi perilaku kognitif. Ini bisa membantu mengatasi hambatan mental seputar seks atau mengembangkan pola untuk mengontrol efek hipersensitivitas.
  • Dalam kasus ejakulasi dini yang lebih menantang, beberapa dokter mungkin merekomendasikan penggunaan dosis rendah serotonin reuptake inhibitor (SSRI) dosis rendah. Sebuah studi dalam International Brazilian Journal of Urology tahun 2019 menyatakan bahwa banyak obat SSRI yang banyak tersedia secara efektif dapat mengobati ejakulasi dini tanpa komplikasi serius. Bicarakan ini dengan dokter.

Tidak mungkin untuk mencegah semua penyebab sensitivitas penis. Namun, beberapa praktik umum bisa membantu. Kebersihan umum dan hubungan seks dengan kondom dapat membantu mencegah beberapa jenis infeksi. Mengenakan cup pelindung penis selama olahraga atletik bisa membantu mencegah cedera.

Pada orang dengan fimosis, hindari menarik kulup ke belakang terlalu jauh karena akan menyebabkan sensitivitas dan rasa sakit. Jangan pernah memaksa kulup melewati kepala penis karena bisa tersangkut.

Jika sensitivitas penis atau ejakulasi dini memengaruhi keintiman, penting untuk membicarakannya dengan pasangan. Terbukalah dengan pasangan dan ada cara untuk mengatasinya. Bisa dengan melibatkan pendekatan foreplay yang berbeda atau menemukan cara lain untuk menjadi intim. Beberapa orang mungkin mendapat manfaat dari konseling pasangan atau bereksperimen dengan produk ejakulasi dini, seperti krim, semprotan, atau kondom.

Dalam beberapa kasus, penis sensitif adalah hal yang normal dan beberapa laki-laki mungkin lebih sensitif terhadap gesekan dan gairah pada penis. Namun, dalam kasus lain, sensitivitas penis bisa disebabkan oleh kondisi yang mendasarinya. Dokter bisa mengobati penyebab yang mendasari sensitivitas penis.

Baca Juga: Vakum Penis: Kegunaan, Cara Pakai, Efek Samping

Topik:

  • Nurulia

Berita Terkini Lainnya